bagian dua puluh

6.3K 281 4
                                    

Suara adzan maghrib berkumandang di masjid komplek rumahku. Aku beranjak dari dudukku untuk mengambil air wudhu. Telapak kakiku menapak dilantai kamar mandi yang dingin. Dengan niat karna allah semata aku membasuh wajahku dengan air yang mengalir. Setelah selesai wudhu aku keluar dari kamar mandi dan mendapati mas adnan yang sudah duduk dipinggiran ranjang. Saat mas adnan melihatku keluar dari kamar mandi dia langsung berjalan kearahku yang masih berdiri didepan pintu

" tungguin mas ya? Kita sholat jamaah " kata mas adnan diakhiri senyum dan berlalu masuk kedalam kamar mandi

Aku langsung mempersiapkan peralatan solat untukku dan mas adnan. Menggelar sajadah untuk mas adnan didepan dan satu saff dibelakang untukku

Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan mas adnan dengan wajah yang lebih segar disana. Tanpa mengelap wajahnya terlebih dahulu mas adnan langsung keluar begitu saja

" mas keringin dulu " kataku sedikit datar

Kalau ditanya kenapa aku berbicara dengan nada yang datar terhadapnya jawabannya karna aku masih kecewa dengan sikap labilnya

" apanya yang dikeringin? " tanyanya dengan wajah bingung

Tanpa menjawab pertanyaannya aku berjalan kearahnya dan mengambil handuk yang ada di gantungan handuk yang ada disampingnya. Aku mengelap wajahnya yang basah karna air wudhu dengan lembut. Dia tertegun dengan apa yang ku lakukan padanya

" apa kau sudah tidak marah kapadaku? " tanyanya kepadaku

" ayo mas nanti waktu maghribnya habis " ujarku tanpa menjawab pertanyaannya

Aku mengembalikan handuk ketempat semula. Aku berjalan kearah ranjang dan memakai mukena yang aku letakkan diatas ranjang bersama sarung dan baju koko milik mas adnan yang sudah aku siapkan. Kami berjamaah dengan khusyu, bersujud dalam rekaat yang sama, memohon ampun kepada sang pencipta. Selesai sholat mas adnan berbalik kearahku dan menyodorkan tangannya, aku yang mengerti maksudnya langsung saja kuraih tangannya dan kukecup sebagai tanda baktiku kepadanya dan dia membalas dengan mengecup keningku

" syifa mas mau tanya sama kamu " kata mas adnan

" tanya apa mas " jawabku sambil melepas mukenaku

" kenapa sikapmu berubah sama mas? " tanyanya serius

" karna mas sendiri yang memaksaku untuk berubah " jawabku dengan serius pula

" kapan mas memaksamu untuk berubah " kata mas adnan lagi

Aku bangkit untuk meletakkan mukena yang sudah aku lipat ketempat semula dan mas adnan hanya memperhatikanku. Setelah merapikan jilbab aku berbalik dan menatap mas adnan dengan intens

" saat sifat labil mas itu muncul " kataku

" sekarang mas bilang sayang sama aku, nyaman sama aku tapi nanti saat mas bertemu mbak lia mas bilang masih cinta sama dia. Mas adnan itu ustadz seharusnya tau kalau mencintai yang tidak halal bagimu itu dosa " lanjutku

" aku sadar diri kok aku terlalu jelek buat dipamerin apalagi buat dibanggain dan diperjuangin " sambungku lagi

Mas adnan hanya diam dengan keterkejutannya setelah mendengar kata kataku tadi. Aku langsung keluar kamar begitu saja. Inilah kenapa aku enggan bertemu dengannya. Aku takut sikapku pada suamiku membuat allah marah

" ya allah maafkan sikapku yang kurang ajar pada suamiku "
Ucapku dalam hati

Aku turun dan membantu bunda untuk mempersiapkan makanan untuk makan malam nanti

" bunda syifa bantu ya? " kataku saat melihat bunda yang sedang menata meja makan

" ini udah selesai kok, kamu panggil ayah sama adnan aja " suruh bunda

pantaskah aku bersamamu ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang