❝ ANITA NILA HARRIS ❞

426 21 8
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

"Anita bangun sayang, udah jam setengah enam." Indah—Ibunda Anita sedang berusaha untuk membangunkan anak bungsunya.

Sedangkan cewek dengan piyama doraemon bernama Anita Nila Harris itu tetap terlihat tidak peduli dengan suara Indah, dia terlalu malas untuk membuka ke-dua bola matanya, apalagi sekarang adalah hari senin.

"Lima menit lagi, Bun." Jawab Anita sambil menutupi wajahnya menggunakan bantal.

"Yasudah Bunda tunggu di meja makan, inget ya lima menit lagi!" Setelah itu Indah meninggalkan kamar Anita dan kembali ke dapur untuk menyiapkan sarapan pagi.

5 menit kemudian..

Dengan ogah-ogahan Anita bangkit dari kasurnya dan berjalan dengan sempoyongan menuju kamar mandi, seperti biasa dia hanya akan menggosok gigi dan mencuci mukanya. Anita memang sangat anti dengan air.

Dia menghela napas pelan, setelah memakai baju SMA-nya Anita beralih ke meja rias dan duduk disana. "Mau digimanain juga muka lo emang jelek Anita! Sadar diri aja." Kata Anita sambil mengoleskan lipbalm ke bibir mungilnya.

Setelah siap dengan semua yang harus ia bawa, Anita keluar dari kamar dan menuju meja makan. Anita memang anak bungsu di dalam keluarga Harris, dia hanya memiliki satu kakak laki-laki bernama Angga yang sekarang sedang mengejar gelar S1 di Universitas Indonesia.

Anita mencium pipi Harris lalu beralih ke Indah. "Pagi Ayah, pagi Bunda." Sapa Anita.

Angga menatap sinis adik satu-satunya itu. "Gue enggak di sapa?"

Anita mengangkat bahunya, tanda bahwa ia tidak peduli dengan keberadaan Angga. Anita mendaratkan bokongnya percis di bangku yang berada tepat di sebelah bangku Angga.

Dia mengoleskan selai kacang kesukaannya ke dalam roti lalu memakan roti itu.

"Gimana sekolah kamu? Baik-baik aja?" Tanya Indah.

Sebenarnya Anita ingin sekali bercerita kepada mereka semua, tapi dia tidak mau menambah beban yang sudah berat. "Baik-baik aja Bun, tapi aku males nyari teman."

Angga yang duduk di sebelah Anita langsung menoleh. "Cari teman yang banyak."

"Males, ribet." Kata Anita dengan suara pelan.

Bagaimana mau cari teman kalau dirinya dianggap anak pembawa sial?

"Kalo ada apa-apa bilang aja ya, De." Kata Harris yang sedari tadi diam.

Anita mengangguk lalu gadis itu menatap jam tangan yang melinggar di pergelangan tangan kanan nya. "Aku berangkat dulu ya!" Pamit Anita sambil menyalami seluruh anggota keluarganya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

🌋🌋🌋

Berangkat menggunakan angkutan umum memang sangat menyenangkan, Anita tidak mau berangkat bareng Angga walaupun di paksa. Dia akan lebih memilih naik angkot daripada harus satu motor dengan orang ternyebelin yang pernah ada di muka Bumi.

Sebenarnya Anita belum siap untuk masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas, dia tidak mau mendapatkan perlakuan tidak mengenakan itu setiap harinya.

Tapi waktu terus berjalan dan hari ini pasti akan terjadi. Setelah membayar uang ongkos kepada tukang angkot, Anita langsung masuk ke dalam gerbang bertuliskan SMA Taruna. Dia berniat untuk menghindari orang-orang yang sekiranya akan mendatangkan bencana.

Untung saja sekolah masih sepi hanya ada beberapa anak rajin yang sudah datang termasuk dirinya.

Anita berjalan sambil menundukan kepala, merasa takut jika harus mengangkat kepalanya.

Brakk...

Sial, malapetaka akan segera terjadi.

Anita mengangkat kepalanya dengan pelan-pelan, dia sudah pasrah setelah tahu siapa yang tadi bertabrakan dengan dirinya.

Tiara, Lica dan Oren. Kakak kelas yang selama ini selalu Anita hindari.

Kini baju kecil nya sudah basah dan berwarna cokelat karena ketumpahan air susu yang di bawa oleh Tiara sendiri.

"Ma-maaf Kak, aku enggak sengaja."

Tiara menatap remeh Anita, seakan-akan Anita adalah makhluk dari planet lain yang pantas untuk di tindas-tindas.

"Baru masuk udah nyari masalah, lo bosen hidup?" Bentak Tiara yang membuat semua orang menjadikan mereka ber-empat sebagai pusat perhatian.

"Basmi aja lah Tir, gausah di kasih ampun." Hasut Lica.

Tiara mencengkram kuat tangan Anita membuat sang empu meringis kesakitan. "Lo udah cari masalah sama gue!"

"Tapi aku beneran enggak sengaja."

"Lo masih berani jawab?!" Kali ini Oren yang membentak sambil mendorong tubuh Anita sampai terbentur tembok.

Demi Tuhan Anita sedang berusaha untuk tidak mengeluarkan kata-kata berupa ringisan, kini punggung nya seperti retak karena dorongan yang diberikaan oleh Oren.

Tiara maju selangkah lalu menarik rambut Anita dengan sangat kejam. "Lo akan selalu mendapatkan hal seperti ini sampe lulus sekolah."

Satu demi satu air mata Anita akhirnya keluar dari pelupuk mata, melihat itu Tiara, Lica dan Oren langsung tertawa penuh kemenangan.

Oren mengambil air dari salah satu orang yang berada tidak jauh dari sana, dia membuka tutup nya lalu menyiram Anita dengan air itu.

"Eh itu air apaan?" Tanya Oren kepada siswi kelas sepuluh.

"Kiranti, Kak."

Tawa ke-tiga nya bertambah keras. "Cabut." Perintah Tiara di sela-sela ketawanya.

Tiara, Lica dan Oren langsung meninggalkan tempat kejadian berlangsung, membiarkan orang-orang untuk melihat Anita yang sekarang terduduk lemas di lantai.

🌋🌋🌋

📌 30/12/19

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang