❝ Kata Alka ❞

94 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Keesokan hari nya di pagi hari yang lumayan dingin, Anita lebih memilih untuk memakai jaket. Hidungnya sedikit memerah karena pilek, tapi senyumannya tidak pernah luntur.

Setelah di pikir-pikir lagi ternyata dia dan Agasa lama-kelamaan bisa sedekat itu, sudah berani berpegangan tangan bahkan sampai berpelukan.

Ah kalau kalau diingat-ingat Anita jadi malu sendiri, tiba-tiba pipinya memerah seperti tomat dan senyumannya semakin lebar.

"Pagi-pagi udah ada yang di pikirin aja." Alka duduk dibangku sebelah lalu membuka jaketnya.

Anita melirik sekilas lalu tersenyum, senyuman yang sempat hilang itu kembali bisa dilihat oleh Alka.

"Gila-gila ada badai apaan nih lo senyum-senyum sendiri?"

"Abis ujanan terus dipeluk." Celetuk Anita polos.

Alka menepuk pipinya berulang kali, memastikan kalau yang tadi diucapkan oleh Anita bukanlah hayalan belaka. Ini bahkan lebih susah dipercaya daripada kata-kata Zia yang ingin membeli segudang make up. "Lo... Serius? S--sama siapa?"

"Kak Agasa."

"Kak Agasa? Agasa Bintang Brawijaya? Serius anjir gue lagi kagak bercanda." Pekik Alka heboh.

"Aku juga lagi gak bercanda tau!"

"Terus? Ceritain yang jelas."

Dengan satu tarikan napas akhirnya Anita menceritakan kejadian kemarin waktu di Ancol dan Kota Tua, tidak ada yang tertinggal sedikitpun.

Alka larut dalam alunan suara Anita, beranggapan bahwa itu adalah sebuah dongeng yang menyenangkan. Jauh didalam hatinya Alka merasa sedikit lega karena akhirnya Anita bertemu dengan orang yang benar.

Mungkin ini sudah saatnya untuk gadis polos bernama Anita Nila Harris itu mengenal manis pahitnya cinta.

🌋🌋🌋

Kedua mata cewek itu tidak bisa diam, dia terus menerus mencari keberadaan seseorang yang ingin sekali dijumpai. Jam istirahat ke dua sudah berjalan lebih dari lima belas menit, tapi mengapa dari pagi sampai siang bolong seperti ini cowok itu tidak terlihat batang hidungnya.

"Nyari siapa?" Tanya Akbar.

Anita menatap Akbar serta Karin secara bergantian, ada yang kurang dari mereka berdua. "Kemana Kak Agasa?"

Karin meminum jus alpukatnya. "Jadi dari jam istirahat pertama sampe sekarang yang lo pikirin itu Agasa?"

Anita menggigit bibir bawahnya lalu mengangguk kaku. "Aku nggak liat dia hari ini."

"Yaiyalah dia enggak masuk, kan ada-- AWSHHH." Karin memekik kencang karena kakinya diinjak kasar oleh Akbar dibawah sana.

"Kenapa Kak?" Anita menyatukan alisnya, kebingungan.

"Hah? Eh enggak apa-apa." Diam-diam Karin mengucapkan banyak terima kasih untuk Akbar.

"Dia izin, ada keperluan katanya."

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang