❝ Perjalanan ❞

86 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Setelah menemani Anita mengganti pakaiannya yang basah, Karin memberikan Agasa tatapan tajam bak silet dari kursi penumpang depan.

Sedangkan Akbar hanya menggelengkan kepalanya sambil mengatur kopling mobil, ya kali ini Akbar yang akan mengendarai mobil kesayangan Agasa.

Agasa yang duduk dibelakang bersama Anita hanya bisa menampilkan cengengesan nya.

"Otak lo dimana sih kambing, masa Anita lo ajak ujan-ujanan. Udah tau tuh bocah baru keluar dari RS."

Anita menatap Agasa lalu memanyunkan bibirnya, masa cuma Agasa yang kena marah? "Tap--"

"Diem, gue lagi marahin Agasa. Nih cowok kalo enggak dikasih tau pasti bakal ngulangin."

"Diulangin aja Kak, aku seneng banget tadi bisa ujan-ujanan."

Agasa tersenyum penuh arti lalu menaikan alisnya dan menatap Karin. "Liat? Dia aja seneng gue ajak ujanan, salah gue dimana?"

"Terserah lah, tapi awas aja kalo Anita sakit!" Ketus Karin.

"Bisa duduk yang bener?" Akbar yang sudah menancap gas akhirnya membuka suara.

"Ck, lagian kan gue panik. Ujan nya juga lumayan gede."

"Aku kan kuat Kak, masa gitu aja sakit sih." Anita terkekeh pelan.

Kadang-kadang Karin itu seperti Bunda nya, terlalu ambil pusing dan malah menyusahkan diri sendiri.

AC mobil benar-benar terasa dingin ditambah lagi hujan masih turun, Anita hanya memakai sweater berwarna pink yang dipadukan dengan celana jeans berwarna hitam. Dia terus menerus menggosok kedua tangannya berharap dengan cara seperti itu udara dingin bisa sedikit teratasi.

Agasa yang duduk di dekat jendela merasa dirinya dibutuhkan oleh Anita, dia mendekat dan menyenderkan kepala cewek tersebut dibahunya, memegang kedua tangan Anita dan menyalurkan energi yang dia punya.

Agasa belajar dari film yang pernah dia tonton yaitu Twilight, katanya jika posisi berpelukan atau seperti ini masing-masing tubuh akan menghangat dengan sendirinya. Mungkin itu hukum alam yang disukai semua orang.

Akbar melirik dari kaca yang terpasang sempurna di dekat radio dia mengulum senyum dan membiarkan kedua orang tersebut hanyut dalam dunianya sendiri.

Lagu berjudul cinta tanpa syarat yang dinyanyikan oleh Afgan mengalun dengan indah di dalam mobil.

Diam-diam Agasa menikmati lagu tersebut sambil menghirup harum nya rambut Anita. Padahal dia tahu kalau sepasang mata Akbar tengah menatapnya.

Dan lama kelamaan mata Anita tertutup dan terpejam, dia menikmati elusan tangan Agasa yang sudah beralih ke kepalanya.

"Mau makan dulu atau mau langsung anter Anita?" Tanya Akbar dengan suara pelan, dia takut membangunkan Anita.

"Hah? Lo bisa nggak sih kalo ngomong itu jangan bisik-bisik? Lo kira indra pendengeran gue setajem itu?"

Akbar menepuk keningnya sendiri lalu menyuruh Karin untuk melihat ke belakang, dengan ogah-ogahan cewek tersebut memutar badan nya dan sedetik kemudian matanya sudah melotot, mungkin kalau tidak ada teguran dari Agasa matanya bisa benar-benar keluar.

"Awas itu mata pergi dari tempatnya."

"Culangung itu mulut, mau gue sekolahin?" Celetuk Karin.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang