❝ Malu setengah mati ❞

112 10 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Anita sudah masuk ke dalam ruang rawat inap, kini keadaan didalam semakin canggung. Agasa terlihat tidak peduli dengan apa yang sedang dilakukan oleh Anita, sedangkan cewek itu berusaha untuk tidak terus menerus menatap Agasa.

"Ka.." Cicit Anita.

Agasa menatap Anita penuh tanda tanya, alisnya naik keatas memberi tanda bahwa ia sedang menunggu kata selanjutnya. "Kak Karin sama Kak akbar kok lama?"

Agasa mengangkat bahunya. "Macet."

Cewek dengan setelan baju khas Rumah Sakit itu membuang napasnya dengan kasar, dia tidak bisa berdiam diri saja. Mulutnya gatal kalau harus berlama-lama tidak mengoceh, dan nampaknya Agasa bukan partner yang baik untuk mengobrol.

Anita mengecilkan volume televisi lalu duduk di samping tempat tidur. "Aku mau jalan-jalan, ke Taman yuk?"

Mau menolakpun rasanya sangat sulit. Tidak ada pilihan lain selain berdiri dan mengambil kursi roda di sudut ruangan. Agasa mendorong kursi tersebut lalu membawanya ke hadapan Anita.

Sontak saja senyum Anita langsung berkembang, tanpa kesusahan sedikitpun dia duduk di kursi roda dan memberikan Agasa perintah untuk jalan.

"Kata Suster yang tadi ke kamar, Taman disini bagus terus banyak bunga mataharinya."

Agasa mendengarkan cerita Anita dalam diam, walau sebenarnya dia sangat-sangat menunggu suara lembut itu mengalun indah di udara.

"Sotau."

Anita memutar kepalanya kebelakang dan menatap Agasa tajam. "Kok sotau?! Kan bukan aku yang bilang, tapi Susternya."

"Mau liat bunga matahari?" Tanya Agasa.

Anita menganggukan kepalanya dengan semangat menggebu. "Mau!"

"Yaudah, ini kan mau ke Taman Rumah Sakit."

Anita menyilangkan tangan nya di depan dada lalu memanyunkan bibirnya. "Aku kira kamu mau ajak aku ke Puncak!"

"Mimpi."

SEPERTINYA SAAT INI ANITA BUTUH PINTU AJAIB MILIK DORAEMON. LEBIH BAIK DIA MENGHILANG DARI SINI DARIPADA HARUS BERSAMA DENGAN AGASA.

ASDFGHJKL...

Anita berusaha untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah yang sudah ada di ujung lidah, tiba-tiba kekesalan nya meluap karena melihat Taman Rumah Sakit yang benar-benar terawat.

Banyak bunga matahari yang tumbuh dengan sempurna, sangat indah. Di ujung sana ada air mancur dan tempat untuk duduk, sinar matahari tidak langsung menyorot kulit karena banyak pohon yang sengaja ditanam. Benar-benar membuat mata segar.

Agasa mendorong kursi roda bermaksud untuk mengelilingi Taman, dia tidak akan membiarkan Anita berjalan sendiri apalagi di tangan nya masih ada selang infus.

"Kak, aku mau jalan aja. Tuh liat banyak orang-orang yang jalan di atas rumput-rumput padahal mereka pake infusan." Rengek Anita sambil menunjuk orang yang kebetulan tengah jalan di atas rumput hijau.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang