❝ Maaf ❞

155 15 2
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Anita menatap Karin, Agasa serta Akbar secara bergantian. Dia masih belum mencerna perkataan Karin tadi, otak nya seakan berhenti berkerja.

"Maksudnya?" Tanya Anita.

"Kita bertiga mulai sekarang bakal jagain lo. Ya kan, Aga, Bar?" Karin menatap Agasa dan Akbar dengan penuh harap.

Tentu saja tatapan tadi akan membuahkan hasil, Agasa dan Akbar tidak pernah bisa menolak permintaan Karin.

Akbar mengangguk lalu menepuk kepala Anita sebanyak dua kali, hal yang sama seperti yang ia lakukan kepada Karin setiap hari. "Tenang aja, urusan lo sama Tiara bakal jadi urusan kita bertiga juga."

Agasa berdehem sedikit keras, bermaksud untuk meminta perhatian dari ke tiganya. "Udah dramanya?"

"Ini bukan drama! Udah sana samperin Tiara, gue mau liat pertunjukkan yang bakal terjadi nanti."

Setelah selesai mendengarkan perkataan Karin, Agasa mulai mengambil langkah lalu menghampiri Tiara yang duduk di dekat gawang.

Melihat Agasa semakin mendekat, cewek dengan baju super duper ketat itu membenarkan letak rambutnya dan bertanya kepada Lica yang juga sibuk membenarkan letak rambut Tiara.

"Ini Agasa mau nyamperin gue?" Kata Tiara sambil meremas tangan Oren.

Oren meringis kesakitan. "Tangan gue sakit!"

Agasa semakin mendekat dan seluruh pasang mata mulai memperhatikan pergerakan ketua Osis itu.

Memang tidak aneh kalau Tiara bersikap seperti itu, dia sudah menyukai Agasa dari kelas sepuluh. Dulu singkat cerita Agasa juga sempat menganggumi Tiara karena cewek itu pernah menolongnya pada saat MOS dulu, tapi rasa itu langsung hilang ketika Tiara berubah menjadi Tiara yang buruk.

Agasa berdiri tepat di hadapan Tiara yang masih duduk, badan tegap cowok itu menghalangi matahari yang sedari tadi menyinari wajah Tiara.

Tiara, Oren serta Lica langsung berdiri dan tersenyum ke arah Agasa. "Ada apa, Ga?" Tanya Tiara.

Tiara merasa pipinya merah karena tatapan Agasa, tubuhnya juga sedikit terguncang karena perlakuan Oren dan Lica yang sekarang sedang menyenggol-nyenggol dirinya.

"Lo kenapa sih?" Tanya Agasa dengan nada dingin.

Tiara menyatukan alisnya, tentu saja dia tidak mengerti dengan apa yang dikatakan Agasa barusan. "Gue? Gue nggak apa-apa, gak sakit juga."

"Perlakuan lo tadi pagi sama sekali enggak nunjukin kalo lo punya tingkat kewarasan yang wajar." Pelan tapi menusuk.

Tiara menggepalkan tangannya, ternyata Agasa tahu kalau Tiara adalah dalangnya. "Maksudnya? Gue gak ngerti."

"Minta maaf atau gue gak akan pernah mau ngobrol sama lo lagi."

Tiara mengerjapkan matanya berulang kali begitupun dengan Oren dan Lica. Mereka minta maaf? Penurunan harga diri!

"Dia yang salah karena udah nabrak gue."

Agasa mengangkat alisnya. "Terus yang lo lakuin ke dia bisa di bilang udah bener?"

Tiara menundukkan kepalanya, dia memang berani dengan semua orang bahkan gurupun sering menjadi teman debatnya, tapi lain dengan Agasa, hanya Agasa yang bisa membuat Tiara menunduk kalah.

"Minta maaf." Agasa mengulagi perkataannya lagi.

"Minta maaf aja Tir," Saran Oren.

Agasa semakin menajamkan tatapan nya karena tidak mendapatkan respon apapun dari ketiga cewek yang ada di hadapan nya.

Tiara mengangguk lalu menatap Agasa dengan penuh harap. "Gue mau minta maaf tapi please lo jangan berhenti ngomong sama gue."

Agasa mengangguk setuju, dia memutar badan nya dan berjalan kembali ke arah teman-teman nya, dan diikuti Tiara dkk di belakang.

Tiara tensin sendiri karena melihat Anita bisa tertawa lepas dengan teman dekat Agasa. Tapi kekesalan itu hanya dia pendam, mungkin akan dia keluarkan nanti.

Agasa sudah berdiri di hadapan Anita. Karin yang peka langsung menyuruh Anita berdiri dan merangkul bahunya, dia menatap Tiara dengan tatapan sinis.

"Mau apa?" Tanya Karin.

"Gue mau minta maaf sama Anita soal kejadian tadi pagi." Jawab Tiara, tapi matanya tidak menatap Anita.

"Kalo minta maaf itu yang bener dan ikhlas." Kata Akbar dengan nada menyindir.

Tiara merasa kalau omongan Akbar ditujukan untuk dia dan teman-temannya, dia langsung menatap Anita dan menyenggol tangan Oren dan Lica.

"Kita minta maaf." Kata mereka bertiga.

Anita mengangguk lalu mengulas senyum, bibirnya pucat karena sempat takut dengan kehadiran Tiara.

"Iya Kak udah aku maafin kok."

Tiara tersenyum remeh dan sialnya hanya dilihat oleh Anita. Dia mengalihkan tatapan nya ke arah Agasa. "Udah kan?"

"Kalo lo berani gangguin dia, lo berurusan sama kita bertiga." Kata Karin.

Tiara mengumpat di dalam hati, setelah itu mereka bertiga pergi dari sana.

Agasa, Anita, Karin dan Akbar kembali duduk. Sesekali mereka berempat menggoyangkan tubuhnya mengikuti alunan lagu dari speaker dan bertepuk tangan jika ada yang menang.

"Nama lo siapa?" Tanya Karin.

"Anita Kak."

"Nama gue Karin, yang duduk di sebelah lo namanya Agasa, dan yang duduk di sebelah gue namanya Akbar."

Karin mengangguk, tanda bahwa ia mengerti. "Aku udah kenal dari lama Kak, siapa yang enggak kenal sama kalian."

"Jadi waktu di UKS dia cuma pura-pura nanya nama gue?" Kata Agasa di dalam hati.

Karin tidak kaget dengan jawaban Anita, memang mereka bertiga di kenal sampai pelosok sekolah, bahkan tukang kebun sekolahpun mengenal siapa Agasa, Karin dan Akbar.

Karin menepuk dahinya, ia baru ingat kalau hari ini Agasa ada latihan basket. "Nit, lo mau ikut kita nungguin Agasa latihan basket gak?"

Menemani Agasa latihan basket? Berkumpul dengan anak-anak hitz sekolah? Ini Anita mimpi atau gimana sih.

"Lain kali aja."

Akbar menepuk bahu Anita. "Ikut aja, biar kita makin deket."

"Sampe jam berapa Kak?"

"Dari jam sebelas sampe jam dua." Kali ini bukan Karin yang menjawab tapi Agasa, cowok yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan mereka.

"Yaudah deh aku ikutan nungguin Kak Agasa."

"Gitu dong!" Pekik Karin semangat.

Anita harap dengan kehadiran mereka dihidup nya, Agasa, Karin dan Akbar dapat mewarnai kertas putih yang selalu Anita simpan dengan baik.

🌋🌋🌋

📌 1/1/20

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang