❝ Teras ❞

114 9 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Agasa ragu untuk mengetuk pintu rumah Anita, dia sudah meminta tolong kepada Karin untuk memberi tahu Anita kalau ada Agasa di depan. Tapi nampaknya Karin sedang sibuk dan terbukti dari Whatsapp nya yang ceklis satu.

Agasa mengetuk pintu sebanyak dua kali, lalu kemudian pintu itu terbuka dan menampakkan seorang orang cowo dengan kaus tanpa lengan berwarna hitam.

"Nyari siapa?" Tanya cowok itu.

Agasa menggaruk belakang kepalanya padahal dia tidak merasa gatal sama sekali, percis seperti orang yang sedang dilanda kegugupan.

Tunggu, sebenarnya Anita itu siapanya Agasa? Sampai bisa membuat jantung Agasa berdegub lebih cepat hanya karena berkunjung ke rumahnya.

"Anita, ada?"

"Lo siapa nya?" Kali ini Angga menatap Agasa dari bawah sampai atas, songong.

"Kakak kelas nya, saya Agasa."

Angga tersenyum simpul, merasa bahagia karena ternyata Anita mempunyai teman cowok. "Gue elo aja manggil nya, tunggu ye gue panggil Anita dulu, lo duduk aja."

Setelah Angga masuk kembali kedalam rumah, Agasa langsung duduk di bangku yang disediakan di teras. Bungkusan pecel lelenya dia simpan di meja kaca.

Tidak lama setelah itu seorang cewek dengan piyama berwarna pink soft datang menghampiri Agasa dan duduk tepat di bangku yang kosong.

"Kenapa Kak?"

"Gue bawa makanan buat lo," Kata Agasa.

Anita menyatukan alisnya, bagaimana Agasa bisa tahu kalau dia belum makan? Anita yakin seratus persen hanya Karin yang tahu bahwa dirinya belum makan.

Merasa tahu dengan mimik kebingungan yang di perlihatkan oleh Anita, Agasa kembali membuka suara. "Gue dikasih tau Karin kalo lo belum makan."

Anita mengangguk kaku, sedikit merasa bahagia. Baru kali ini ada yang mau membelikan nya makanan selain Angga, Indah dan Harris.

"Sana ambil piring buat makan." Suruh Agasa.

"Maksud nya? Heh kamu nyuruh aku makan piring?!" Demi apapun, Anita terlihat menggemaskan ketika sedang mengambek.

"Bukan gitu kambing, maksudnya buat simpen pecel lele nya."

Pipi Anita merah karena malu, dia salah tingkah dan langsung berdiri lalu masuk ke dalam rumah untuk mengambil piring serta minum untuk kakak kelasnya.

Sejak kapan Agasa jadi banyak mengeluarkan kata-kata kepada kaum Hawa?

Dan Agasa tidak terlalu memperdulikan nya.

Dia terlihat tenang sambil memperhatikan tanaman yang tumbuh subur, halaman rumah Anita tidak terlalu besar bahkan hanya beberapa meter saja. Tidak seperti halaman rumah Agasa yang sangat-sangat luas. Sombong.

Anita kembali duduk di sampingnya lalu menyimpan segelas air putih di atas meja kaca, dia memangku piring lalu membuka pecel lele yang dibawakan Agasa.

"Yey pecel lele!!" Pekik Anita semangat.

Dia bukan type orang yang suka makan menggunakan sendok atau garpu, menurutnya lebih enak jika dia makan menggunakan tangan. Anita menggunakan sendok jika makanan nya berkuah saja.

"Baca doa." Suruh Agasa.

Anita menatap Agasa. "UDAH DONG!"

Agasa menggelengkan kepalanya, tanpa sadar dia terus memperhatikan Anita yang sedang sibuk makan. Kelihatan sekali kalau Anita lapar, kasihan.

"Eh iya, kamu abis darimana?" Tanya Anita.

Jantung Agasa berdetak lebih cepat ketika Anita menatap nya, takut jika cewek itu menyadari kalau sedang diperhatikan oleh Agasa. "Cafe deket sekolah."

"Ngapain? Sama Karin dan Akbar?"

Agasa menggelengkan kepala, dia binggung harus menjawab apa. "Enggak, ada perlu sama temen tadi."

"Cewek atau cowok?" Diam-diam Anita menggerutu tidak jelas di dalam hati, takut jika Agasa terganggu dengan pertanyaan nya.

"Cewek."

Gatau kenapa selera makan Anita langsung berkurang, untung hanya tinggal ikan nya saja yang tersisa. Sial, Agasa terlalu jujur dan itu membuat Anita tidak mood. Ya Allah, Anita sadar dong kalau lo itu bukan siapa-siapanya Agasa.

"Oh, ciee pacar ya?" Goda Anita bermaksud untuk menutupi mood nya yant berubah menjadi jelek.

"Bukan, amit-amit juga kalo harus pacaran sama dia."

Anita terkekeh pelan begitupun dengan Agasa, ternyata tawa Anita bisa menular kepada ketua Osis tersebut. "Gak boleh gitu Kak, nanti jodoh."

Agasa mengangkat bahunya, tidak peduli dengan perkataan Anita. Dia meminum air putih yang disiapkan oleh Anita.

Cowok itu berdiri dan diikuti dengan Anita. "Mama sama Papa lo mana?"

"Keluar, kenapa?"

"Oh yaudah, gue mau pamit ke Abang lo."

"Bang Angga lagi di kamar mandi tadi, gausah pamit juga gapapa." Kata Anita, dia menyelipkan senyuman tipis.

Agasa mengacak-ngacak rambut Anita. "Gue balik ya, salamin buat Abang, Mama sama Papa lo."

"I-iya makasih Kak."

Agasa berjalan ke arah mobil nya lalu meninggalkan rumah Anita. Sedangkan Anita berusaha untuk tidak berteriak, sepertinya banyak kupu-kupu yang saat ini tengah berterbangan di perutnya, Anita juga yakin kalau pipi nya kembali memerah seperti tomat.

Perlakuan kecil yang diberikan oleh Agasa ternyata mempunyai efek yang luar biasa bagi Anita.

🌋🌋🌋

📌 26/1/20

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang