❝ Jaman? ❞

197 18 2
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

"Agas, lo hari ini jadi latihan basket?" Agasa menatap Karin sekilas lalu mengangguk.

Agasa, Karin dan Akbar sudah bersahabat semenjak mereka kelas dua SD, kini ke-tiga nya sudah menginjak-kan kaki di kelas dua belas.

Agasa sibuk mengendarai mobilnya menuju sekolah, sedangkan Akbar yang duduk disebelahnya tengah asik mendengarkan cerita Karin. Sesekali cowok itu berdecak kesal karena ulah Karin yang selalu berteriak di kuping nya.

"Rin lama-lama kuping gue budeg!" Kata Akbar sambil menoyor kepala Karin.

Karin menatap Akbar dengan tatapan sinis. Cewek itu sadar kalau dirinya sangat berpengaruh di dalam kehidupan Agasa dan Akbar, jadi dia kadang bersikap kekanak-kanakan.

Singkat cerita, dulu waktu mereka masih kelas sepuluh Agasa dan Akbar sempat kalap karena tidak mendapatkan kabar dari Karin selama dua hari. Alay memang tapi mereka dapat pesan dari Mama nya Karin untuk menjaga anak semata wayangnya.

"Agas kalo gue teriak di kuping nya gak pernah komen kaya lo."

"Dia diem karena tau lo bakal balik marah kalo dikasih tau." Jawab Akbar dengan gaya tengilnya.

"Lama-lama gue simpen lo berdua di panti jompo." Sahut Agasa yang sedari tadi diam.

"LO KIRA KITA UDAH BAU TANAH?!" Geram Akbar dan Karin.

Agasa hanya terkekeh pelan, itu adalah jokes yang mereka ciptakan di kelas sembilan.

Agasa membelok-kan mobil nya dan masuk ke dalam gerbang sekolah, mobil Rubicon warna hitam milik Agasa sudah terparkir dengan sempurna di parkiran sekolah.

Mereka bertiga turun dengan seksama, dan berjalan menuju kelas. Seperti biasa, Karin akan berdiri di tengah-tengah antara Agasa dan Akbar, tidak lupa dia akan merangkul salah satu dari ke-dua cowok itu.

"Jadi Kak Karin enak ya, bisa tiap hari sama Kak Agasa dan Kak Akbar."

"Anjir Akbar di rangkul!"

"Gue juga mau di rangkul woi Karin!"

Karin hanya mengulas senyum singkat, memang kehidupan nya hampir sempurna karena ada ke-dua cowok itu.

"Agasa!" Agasa yang tadinya sibuk melihat menatap jalan langsung berhenti karena ada yang menghalanginya, dia Liam, wakil ketua Osis.

"Kenapa?" Tanya Agasa.

Liam mengatur napas nya yang terputus-putus karena tadi mengejar Agasa. "Ada korban bully, gue enggak bisa masuk ke dalam kerumunan, padat banget!"

Liam itu wakil Agasa, Agasa dan Liam sudah menjabat selama dua tahun dari mereka kelas sepuluh.

Agasa menatap Liam, Akbar dan Karin secara bergantian dan mereka pun berlarian di koridor menuju tempat yang ditunjuk-kan oleh Liam.

Setelah sampai di tempat yang dituju, Agasa, Akbar dan Liam saling menatap lalu mengangguk-kan kepala seakan-akan bilang 'kasus ini harus selesai'.

Sebelum menghampiri kerumunan itu Agasa menyempatkan diri untuk menyuruh Karin mundur beberapa langkah. "Tunggu disini, jangan kemana-mana."

"Iya bawel."

"Mundur." Intruksi Agasa untuk mereka semua yang berada disana.

Di luar dugaan, setelah suara berat seorang Agasa Bintang Brawijaya keluar semua orang memundurkan badan nya dan memberikan ruang untuk Agasa lewati.

Agasa bersama dengan ke-dua teman nya langsung menghampiri korban bully.

Bahkan Akbar sempat melototkan mata nya karena kaget melihat keadaan seorang cewek yang sedang menangis tersendu-sendu sambil menundukan kepala.

"Bar bawa dia ke UKS." Perintah Agasa.

Akbar mengangguk patuh, lalu dia membopong tubuh cewek itu dan membawanya ke Unit Kesehatan Sekolah bersama Karin.

Agasa dan Liam menatap tajam semua orang yang berada disana sedangkan mereka langsung menunduk-kan kepalanya, takut kalau harus berurusan dengan ketua Osis dan wakil ketua Osis.

"Siapa yang bikin dia kaya gini?" Tanya Liam.

Tidak ada yang menjawab dan tidak akan ada yang mau menjawab, sebelum Agasa mengeluarkan tawaran terdengar sangat menggiurkan.

"Yang mau jelasin ke gue dan Liam nanti malam dinner bareng gue."

Mungkin hanya itu satu-satunya cara yang harus dilakukan Agasa, dan seperti nya cara itu berhasil, seorang cewek ber-rambut panjang mengangkat tangan nya.

"Gue bisa jelasin Kak."

"Jelasin." Suruh Agasa dengan nada dingin.

"Tadi setahu gue, dia nabrak Kak Tiara. Jelas lah Kak Tiara gak terima, tiba-tiba Kak Oren nyiram cewek itu pake air kiranti." Setelah selesai menjelaskan, cewek itu langsung menghela napas nya gugup.

"Kiranti apaan?" Tanya Liam dengan suara kecil.

"Air sakral buat cewek." Jawab Agasa.

Liam semakin menyatukan alis nya. "Hah?"

"Itu air di minum cewek kalo lagi datang bulan." Sebenarnya Agasa sedikit malu untuk menjawab pertanyaan Liam.

"Kok lo tau?"

"Karin pernah minta beliin itu."

Liam hanya menganggukan kepala nya. "Makasih buat penjelasan nya."

"Nama lo siapa?" Tanya Agasa.

"Alexa." Jawab cewek itu dengan satu tarikan napas.

"Jam tujuh di Cafe depan sekolah." Setelah mengucapkan itu Liam langsung membubarkan kerumunan manusia.

Banyak yang menatap iri Alexa dan menyesal karena tidak berani menjelaskan kepada Agasa.

"Gue masuk kelas dulu." Pamit Liam sambil menepuk bahu Agasa sebanyak dua kali.

Agasa menganggukan kepalanya. Rasa nya kepala dia akan meledak karena masalah datang lagi, Agasa dan Liam akan mengakhiri jabatan nya dua bulan lagi dan itu menjadi alasan mengapa Agasa dan Liam harus menyelesaikan masalah ini.

"Jaman sekarang masih ada ya bully-bully gak jelas gitu." Agasa bermonolog sendiri sambil melangkahkan kakinya menuju UKS.

🌋🌋🌋

📌 30/12/19

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang