❝ Amukan ❞

120 10 2
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Anita keluar dari mobil dan di ikuti dengan Agasa, Akbar serta Karin. Orang-orang yang dulu menatap Anita dengan tatapan aneh kini hanya bisa menundukkan kepala karena ada Karin yang berjalan tepat di sampingnya.

Sedangkan Agasa dan Akbar berjalan dibelakang mereka. Kedua cowok itu sibuk membicaran Bu Dewi yang sedang hamil.

Bu Dewi itu guru Bimbingan Konseling yang terkenal galak. Tapi sekarang, beliau sedang dalam fase kalem alias tidak marah-marah karena takut bayi nya kenapa-napa.

Akbar yang paling semangkat kalau dalam hal beginian, walaupun dia seorang cowok tapi mulutnya seperti ibu-ibu. Suka gosip dan tidak pernah ketinggalan berita.

"Alhamdulillah akhirnya setelah dua tahun nikah, Bu Dewi hamil juga." Kata Akbar sambil menyenggol badan Agasa.

"Diem nyet kagak usah nyenggol-nyenggol." Agasa menatap Akbar tajam.

Akbar meringis pelan karena tatapan membunuh dari Agasa. "Lo gatau aja segimana bahagianya gue!"

"Gue juga bahagia." Sahut Agasa.

"Lo bahagia kenapa?" Tanya Akbar.

Tanpa ragu Agasa menunjuk Anita dengan dagunya, mata Akbar langsung melotot ketika tahu apa yang dimaksud dengan sahabatnya ini.

"Lo--suka dia?" Tanya Akbar dengan nada pelan.

Agasa menginjak kaki Akbar. "Gatau,"

"Eh tapi Ga, katanya Bu Dewi bakal pulang kampung sampe dia lahiran."

Karin geram mendengar perkataan Akbar. Dia memutar tubuhnya dan menginjak kaki cowok itu. "Gausah banyak bacot, bau!"

Akbar meringis kesakitan lalu mengejar Karin yang sudah lari terlebih dahulu dan meninggalkan Anita serta Agasa.

Anita terkekeh pelan melihat kelakuan Akbar dan Karin, setiap hari pasti ada aja ulahnya.

"Kamu duluan aja ke kelas, aku bisa sendiri." Anita menyelipkan senyuman nya.

"Gue anter." Anita hanya mengangguk. Lagi pula dia bisa dengar dari nada bicara cowok itu kalau Agasa tidak mau di bantah.

Akhirnya mereka berdua sampai di depan kelas Anita. Lagi-lagi Anita tersenyum ke arah Agasa tapi kali ini cowok itu membalas senyuman nya. Senyum hanya kepada Anita tapi efek nya sampai ke siswi-siswi lain.

"Semangat belajar nya!"

Agasa mengacak-ngacak rambut Anita lagi. "Semangat juga. Kalo ada apa-apa langsung telfon gue, Akbar atau Karin."

Anita memperlihatkan hormat nya. "Siap Bos."

Setelah memastikan Anita duduk dengan aman, baru Agasa memutar badan nya dan berjalan menuju koridor kelas dua belas.

Anita duduk bersama Alka, kapten basket yang sama terkenalnya dengan Akbar dan Agasa. Wajahnya juga ganteng, kemarin cowok itu berhasil membawa piala juara satu lomba Fisika.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang