❝ Mie ayam ❞

126 13 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Dilain tempat, Tiara sedang menggerutu tidak jelas. Hatinya panas setelah tahu Agasa akan menjaga Anita seperti dia menjaga Karin. Otaknya mulai berkerja, dia harus cepat-cepat menyingkirkan cewek aneh itu.

Dikamar yang dipenuhi dengan foto-foto Agasa yang sengaja dia koleksi, Tiara mulai memikirkan apa yang besok akan Anita terima dan menghiraukan panggilan sang Mama.

Tiara punya alasan tersendiri mengapa dia bersikap seperti itu, alasan yang tidak diketahui oleh siapapun termasuk Lica dan Oren.

Tiara meminum cokelat hangat yang tadi di berikan Mamanya, dan membiarkan otaknya berpikir.

Seteleh beberapa menit, akhirnya Tiara tahu apa yang harus dia lakukan besok.

"Mampus lo, Anita!"

🌋🌋🌋

Mobil Rubicon milik Agasa sudah terpakir dengan sempurna di pinggir jalan, ternyata mie ayam kang Edo letaknya tidak terlalu jauh dari rumah Anita.

Bahkan Anita merasa dirinya sangat nolep sampai tidak mengetahui ada mie ayam disini.

Mereka semua turun dan langsung memesan, Karin terlihat sangat akrab dengan kang Edo. Ternyata mereka sering berkunjung kesini.

Awalnya Anita sempat tidak menyangka kalau orang semacam Agasa, Akbar dan Karin sering makan dipinggiran seperti ini. Dia kira mereka hanya mau makan di Cafe atau Mall saja.

"Lo kenapa bisa di bully?" Tanya Karin.

Akbar yang duduk berhadapan dengan Karin langsung menginjak kaki cewek itu, bermaksud untuk memberikan Karin peringatan.

"Gue cuma nanya, Bar." Kata Karin.

Anita meminum es teh manisnya. "Mungkin karena aku jelek."

Agasa yang tadi sibuk memainkan sumpit langsung menatap Anita. "Gak boleh mikir gitu."

"Lho kenapa?"

Agasa tidak menjawab, dan keadaan langsung hening ketika mie ayam kesukaan Karin datang, oh mungkin bukan hanya kesukaan Karin, mie ayam kesukaan Agasa dan Akbar juga.

Anita menambahkan dua sendok sambel ke dalam mie ayam nya lalu mengaduk sampai benar-benar merata.

Suapan pertama sudah masuk kedalam mulut, Anita benar-benar menyesal karena tidak tahu kalau ada mie ayam seenak ini.

Merek semua makan dengan khidmat, tidak ada pembicaraan yang tercipta sampai makanan mereka habis.

Anita mengelap bibirnya menggunakan tisue takut nya ada yang singgah di sekitar bibirnya.

"Aku baru tau kalo ada mie ayam seenak ini di Jakarta."

"Lo harus sering-sering keliling Jakarta." Sahut Akbar.

"Jakarta luas, makanya jangan nolep." Kata Agasa sambil terkekeh pelan.

Tanpa sadar Anita memanyunkan bibirnya. "Iya tau Kak Agasa enggak nolep."

"Agasa nolep, gatau kalau Ancol itu deket sama Dufan." Kata Karin sambil menaikkan alisnya, mengejek Agasa.

Agasa melempar tisue bekas ke arah Karin. "Gak usah buka kartu!"

Baru kali ini Anita merasa dirinya dianggap, merasa dijaga dan merasa kalau makhluk Bumi tidak jahat.

Akbar berdiri lalu membayar mie ayam, dari semua orang yang ada di meja itu, Akbar yang paling royal.

"Mau langsung?" Tanya Akbar.

Agasa berdiri lalu mengangguk. "Gue mau tidur."

"Tidur mulu pikiran lo."

"Suka-suka gue."

Mereka semua kembali masuk ke dalam mobil Agasa dan Agasa kembali membelah kota Jakarta, dia mengikuti perkataan Anita sebagai pemandu jalan menuju rumah cewek itu.

Sesampainya di rumah yang dominan berwarna putih itu, sebelum keluar dari mobil, Anita mengucapkan terima kasih.

Setelah memastikan Anita masuk kedalam rumah barulah Agasa kembali menjalankam mobilnya.

Rumah Anita tidak sebesar rumah Karin, Akbar apalagi Agasa. Tapi rumah cewek itu terlihat sering dirawat, terlihat dari temboknya yang sama sekali tidak kusam.

Agasa menghantarkan Karin terlebih dahulu lalu dia menghantarkan Akbar, setelah itu barulah pulang ke rumahnya yang berada tidak jauh dari rumah Akbar.

Agasa menelakson mobilnya sebanyak satu kali, memberikan tanpa kepada satpam bahwa dia sudah pulang. Setelah memasukan mobil ke dalam garasi, Agasa langsung masuk ke dalam rumah sambil memutar-mutarkan kunci mobilnya.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Mama Agasa menjawab.

Agasa langsung melangkahkan kakinya menuju ruang tv dan menyalami tangan sang Mama, lalu dia mengusap kepala Nana-adiknya yang masih berusia dua tahun-

"Gimana sekolahnya?" Kata Nina-Mama Agasa-

Agasa duduk di sofa single lalu melepas sepatunya. "Sama kaya biasa Ma."

"Yaudah sana mandi, abis basket pasti bau keringet."

Agasa mengangkat tangan nya tinggi-tinggi lalu mengipas ketiaknya sendiri. "Mama nyium bau gak?"

"Enggak tuh."

"Berarti Agasa gak bau, Ma." Kata Agasa sambil terkekeh.

"Tetep aja kamu harus mandi."

Agasa hanya bisa mengangguk, lalu dia berdiri dan pergi ke kamar nya sambil menenteng sepatu yang tadi di pakai.

Agasa melepas semua kancing baju dan masuk ke dalam kamar mandi, dia harus mandi karena jika dinanti-nanti akan semakin malas.

Setelah selesai mandi, Agasa keluar dari kamar mandi dan memilih baju santai setelah itu dia menyalakn alarm di handphone nya jam enam, karena nanti dia ada janji kepada Alexa.

Agasa menyalan pendingin ruangan lalu rebahan di kasur dan dengan pelan-pelan dia memejamkan matanya dan tertidur.

🌋🌋🌋

📌 6/1/20

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang