❝ 2 : Ancol dan tarian ❞

97 8 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Setelah menghabiskan bekal yang sengaja dibawakan oleh Indah, mereka berempat mulai menyisir pantai. Berjalan santai di bibir pantai dan menikmati angin yang menerpa wajah mereka.

Anita melempar sepatunya asal lalu mengejar Akbar dengan sekuat tenaga, Kakak kelasnya itu memang sangat menyebalkan dan perlu diberi pelajaran.

Karin menggelengkan kepalanya, dia duduk diatas pasir bersama dengan Agasa. Menyenderkan kepalanya dibahu Agasa dan bergerak bebas mencari posisi nyaman dibahu kekar sahabatnya itu.

Mereka berdua membiarkan Akbar dan Anita saling bertukar tawa sambil bermain air, diyakini sesekali Anita memanyunkan bibirnya karena Akbar menciprati wajahnya menggunakan air laut.

"Kadang gue kangen sama dia, kenapa dia enggak balik ke sini aja?" Karin membuka suara.

Agasa mengelus punggung cewek tersebut sambil memperhatikan burung-burung yang berterbangan dengan bebas. "Aneh, giliran ada dia pasti lo minta dia jauh-jauh."

Karin mengulum senyuman kala ia mengingat kenangannya bersama orang yang sering mampir di benak nya. "Abis nya kaya cacing kepanasan, enggak bisa diem. Gue kan pusing."

"Mungkin dia bisa jadi bagian kenangan di hidup lo."

"Kenapa enggak disini aja? Kenapa harus jauh banget? Padahal kan disini juga banyak orang-orang yang mau nerima dia." Karin melontarkan pertanyaan yang sialnya tidak bisa dijawab oleh Agasa, tapi mungkin dia bisa memberikan sedikit kata penenang untuk cewek manja ini.

"Mau menjelajahi Dunia kali, biarin aja dia udah gede Rin."

"Kapan terakhir kali lo telfon dia?" Tanya Karin lagi.

Agasa tampak berpikir sebentar. "Sebulan yang lalu, dia bilang katanya lagi banyak tugas."

"Gaya banget tuh bocah." Balas Karin yang diikuti dengan kekehan pelan.

"GAMAU LAGI LARI-LARIAN SAMA KAK AKBAR, CAPE IH GASUKA DA!" Anita mengatur napasnya sambil menatap Akbar.

Akbar pun melakukan hal yang sama, dia menyimpan satu tangannya di bahu Agasa lalu menundukkan badan, mengatur napas. "HEH ELO YA YANG MINTA KEJAR-KEJARAN!"

"TAPI KAN AKU ENGGAK MINTA MAIN AIR, BASAH KAN BAJU AKU."

Akbar duduk disebelah Agasa. "Lebay, lo kan bawa baju di mobil."

Anita menepuk keningnya, lupa. "Nahkan aku lupa, kalo kaya gitu yaudah yuk main lari-larian  lagi."

"Lo mau bikin gue mati kehabisan napas?" Celetuk Akbar.

Anita yang tengah mengikat tali sepatu langsung menggelengkan kepalanya. "Amit-amit nanti aku tersangka jadi pembunuh."

"Up to you, Nit." Akbar beralih menatap Karin yang sedari tadi hanya terkekeh geli. "Karin hari ini cantik banget deh, jadi pengen meluk."

"Pasti ada mau nya, yakin dah gue." Ketus Karin.

"Beliin gue es jeruk dong, please. Cape banget nih pengen yang seger-seger."

Karin mengendus kesal lalu berdiri dan pergi ke warung yang berada di pinggir jalan, jarak nya tidak terlalu jauh tapikan sama aja males gerak!

Agasa berdiri, kedua mata Anita tidak lepas dari pergerakan cowok tersebut. Ketika Agasa sudah mengambil langkah dengan gerakan yang cepat dan spontan Anita memegang pergelangan tangan Agasa. "Mau kemana, Kak?"

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang