❝ Bagian? ❞

136 14 2
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Anita benar-benar terkesima dengan pesona Agasa, bahkan dia sampai menghiraukan ucapan dari Karin dan Akbar. Menggunakan baju basket dengan lambang kebanggan SMA Taruna Agasa dengan lincah bergerak kesana kemari.

Ternyata banyak siswi yang menyempatkan diri untuk melihat idolanya yang sedang latihan rutin. Anita tidak pernah menyangka kalau dia mendapatkan bangku VVIP dari Karin.

Dulu dia hanya bisa menonton sambil berdesakan dan berakhir dengan kupingnya yang sakit karena banyak orang yang berteriak kegirangan.

Namun sekarang dia duduk di sebelah Karin, menyaksikan Agasa bermain bola basket tanpa berdesakan dengan banyak orang.

"Lo nggak di marahin Mama lo kan?" Tanya Karin.

Lagi-lagi Karin tidak mendapatkan jawaban, Anita tetap sibuk memperhatikan Agasa dan terlihat tidak terusik dengan pertanyaan Karin.

Dengan geram Karin menyenggol bahu Anita dan mendapatkan perhatian lebih dari cewek itu. "Gue tau Agasa ganteng, tapi gak usah gitu juga kali." Kata Karin dengan nada meledek.

Anita cengengesan, dia menggigit bibir bawahnya. "Masha Allah banget ya Kak."

"Gue tadi nanya."

"Nanya apa?" Tidak aneh kalau Anita bertanya.

"Mama lo gak marah kan lo pulang agak sore?"

Anita menggelengkan kepalanya. "Aku udah bilang Kak, santai aja."

Karin hanya membalas jawaban Anita dengan anggukan kepala. Banyak pertanyaan yang mengendap di otaknya, Kenapa Anita mendapatkan perlakuan tidak baik? Apa karena dia jelek? Ah tidak.

Kalau di lihat lebih dekat, mata Anita berwarna cokelat terang dan semakin terlihat ketika cewek itu terkena sinaran matahari, bibirnya berwarna pink dan kecil, hidungnya juga mancung.

Karin dan Akbar tersenyum ke arah Agasa ketika cowok itu melangkahkan kakinya untuk mendekat ke tempat mereka duduk, sedangkan Anita terlihat salah tingkah karena tadi mata mereka sempat beradu.

Agasa lebih memilih duduk di lapangan sambil meluruskan kakinya daripada harus duduk dibangku. Akbar kadang suka mengatainya bau keringat.

Akbar sudah menatap Agasa, indra penciumannya memang kuat, padahal Agasa sama sekali tidak bau.

"Lo mau ngatain gue bau keringet?" Tanya Agasa dengan nada dingin.

"Pikiran lo jelek mulu kalo ke gue." Sewot Akbar.

Karin sudah siap, dia pasti akan kembali menjadi penengah jika kedua cowok itu bertengkar.

Anita membuka tas merah maroon nya dan mengambil sesuatu dari sana, dia memberikan sebotol air mineral kepada Agasa.

"Minum," Ujar Anita sambil menyodorkan air putih.

Dengan senang hati akan Agasa ambil. "Makasih, Ta."

Tunggu, Ta?

Anita tidak ambil pusing dengan panggilan Agasa kepada dirinya.

"Gue pengen makan mie ayam." Kata Karin sambil memegang perutnya yang sudah meronta karena belum makan.

Agasa berdiri lalu mengangguk, sebelum pergi bersama sahabat-sahabatnya, Agasa menyempatkan diri untuk meminta izin terlebih dahulu kepada teman-temannya.

Setelah itu mereka berempat pergi dari lapangan dan berjalan di koridor, banyak yang menatap Anita terlebih lagi dia berjalan di sebelah Akbar.

"Jangan risih kalo diliatin mereka." Kata Akbar kepada Anita.

Anita mengulas senyum. "Mencoba untuk terbiasa Kak."

Akbar menepuk kepala Anita lagi, mungkin Anita akan selalu mendapatkan perlakuan seperti itu dari Akbar.

Sesampainya di parkiran sekolah, Anita membulatkan matanya ketika Agasa masuk kedalam mobil Rubicon yang terkenal mahal itu.

Tapi dia buru-buru mengubah wajahnya agar tidak terlihat seperti orang kaget, Anita mengikuti Karin dan mereka berdua duduk di belakang.

"Mie ayam kang Edo kan?" Tanya Agasa, bermaksud untuk memastikan.

Karin yang sedang mengaca di kaca kecil yang sering dibawanya langsung memukul bahu Agasa dari belakang. "Lo kira ada mie ayam enak selain mie ayam kang Edo?" 

"Kekerasan dalam persahabatan." Kata Agasa sewot.

Anita lagi-lagi mengulas senyum dan tampa di ketahui oleh siapapun, Agasa melihatnya dari kaca mobil.

Dengan kecepatan sedang mobil Rubicon itu membelah kota Jakarta, didalam mobil Karin sama sekali tidak memberikan celah untuk sunyi menyapa. Dia selalu mengoceh tidak jelas khusunya kepada Anita.

"Sekarang lo berangkat dan pulang bareng kita."

Spontan Anita langsung menatap Karin. "Enggak usah Kak, aku bisa berangkat sendiri naik angkutan umum."

Akbar mengecilkan radio. "Karin gak akan izinin lo sendiri."

"Tumben lo bener."

"Gue tau tabiat lo kambing!"

Karin menjenggut rambut Akbar. "Gue manusia bukan kambing!"

"Bukan makhluk Pluto lagi, Rin?" Sahut Agasa dan Akbar secara berbarengan.

"Astagfirullah lupa kalo gue makhluk Pluto!"

"Punya sahabat enak ya? Aku gak pernah punya sampe sekarang." Kata Anita membuat mereka semua terdiam.

Karin mengelus punggung Anita. "Lo sekarang bagian dari kita."

🌋🌋🌋

📌 6/1/20

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang