❝ Go to Puncak ❞

123 6 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Jam menunjukkan pukul 05.00, itu artinya tiga puluh menit lagi Anita harus sudah sampai disekolah.

Kini dia tengah menunggu kedatangan Agasa bersama dengan Indah, Harris dan juga Akbar.

"Tas kamu berat?" tanya Indah sambil melirik tas yang berada di punggung Anita.

"Enggak terlalu,"

Harris mengelus puncak kepala anak nya. "Kalo kamu naik motor sama Agasa, tas kamu sama tas dia gimana?"

"Aku enggak tau, tapi kalo misalnya tas dia gede juga aku duduknya sempit banget dong."

"Nanti kita liat baiknya gimana."

Tidak lama setelah itu yang ditunggupun memperlihatkan batang hidungnya, tetapi yang menyita perhatian adalah Agasa sama sekali tidak membawa barang-barang semacam tas atau yang lainnya.

"Loh, tas lo kemana?"

Agasa turun lalu membuka helmnya, sebelum menjawab pertanyaan dari Akbar dia menyempatkan diri untuk mencium tangan Indah, Harris dan Akbar.

"Di bis, tas Anita juga nanti di simpan di bis."

Akbar menganggukan kepala. "Jagain adek gue, jangan sampe lecet."

"Santay Bang, pasti gue jaga."

Harris menepuk bahu Agasa sebanyak dua kali. "Om bisa percaya sama kamu kan?"

"Bisa Om, saya, Akbar dan Karin pasti jaga Anita." jawab Agasa.

"Agasa, sini nak." Agasa menghampiri Indah lalu tersenyum kepada wanita paruh baya itu.

"Bunda titip Anita ya, dia anaknya ceroboh, teredor terus penakut."

Agasa terkekeh pelan dan menampilkan senyum terbaiknya. "Siap Bun, pasti Agasa jaga."

"Yaudah, aku sama Kak Agasa berangkat ya!" ujar Anita semangat.

Setelah berpamitan dan memastikan Anita memakai helm dengan benar, barulah Agasa menjalankan motor ninjanya menuju sekolah.

Jalanan masih sepi, hanya ada mobil yang mungkin harus mengantarkan tuan nya menuju perusahaan.

Udara juga masih sangat sejuk, Jakarta jarang seperti ini. Biasanya udara sudah bercampur dengan polusi kendaraan.

Benar juga kata pepatah, udara pagi memang sejuk karena para penghianat belum keluar dari rumahnya.

"Kak Agasa ganti motor lagi?"

Agasa melirik Anita melalui kaca spion. "Iya,"

"Kemaren klx, sekarang ninja, besok apa? Beat?"

"Besok odong-odong." jawab Agasa santay.

Anita mendorong bahu Agasa. "Dasar gak jelas. Eh iya, kenapa bawa motor, Kak? Gak naik bis aja?"

"Disuruh Pak Supri."

Motor Agasa mulai memasuki kawasan sekolah, semua orang yang sudah berada disana langsung melayangkan tatapan iri. Agasa menyimpan motornya sejajar dengan motor Akbar dan Liam.

"Tas lo siniin." Anita memberikan tas berwarna hitam itu kepada Agasa, dan sekarang dia hanya membawa tas kecil berisikan minyak telon, handphone dan juga gelang yang kemarin dibeli oleh Karin.

"Gue mau nyimpen tas lo di bis, lo ke Karin dulu." kata Agasa sambil menujuk Karin.

Anita menganggukan kepalanya lalu berjalan menuju Karin, Akbar dan juga Liam. Mereka bertiga sedang memakan roti, mengisi perut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang