❝ Vidio call ❞

140 10 1
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Kata orang cinta datang tiba-tiba baru kini ku mengalami nya,

semua tentang dia buat ku terpesona apa kah ini yang namanya cinta?

ku harap dia merasakan yang sama,

Tuhan aku sedang jatuh cinta, ku binggung harus bagaimana.

Lagu dengan judul dia istimewa yang dinyanyikan oleh Fransiska Juanita mengalun dengan merdu di kamar Anita. Kini cewek itu sedang sibuk memakai dasi SMA nya.

Walaupun bukan hari senin tapi semua siswa di SMA Taruna wajib memakai dasi setiap hari, meribetkan saja. Padahal banyak anak cowok yang malah mengikatnya di kepala.

Setelah dirasa sudah siap, Anita keluar dari dalam kamar lalu bergabung dengan anggota keluarganya ya yang sudah berada di meja makan.

"Semalem ada cowok yang bawain Anita makan." Anita sudah tidak kaget dengan aduan Angga. Pasti cowok itu akan memberitahu kedua orang tuanya.

Tidak aneh.

"Siapa?" Indah bertanya sambil menyendoki nasi goreng.

"Kakak kelas Bun."

"Cowok? Kenapa enggak dikenalin ke Bunda?"

"Takut kali Bun, nanti statusnya ketauan. Mereka pacaran kayanya."

Anita menginjak kaki Angga dengan kasar di bawah meja sana dan Angga pun meringis kesakitan lalu menatap horor ke arah adiknya.

"Nanti kapan-kapan ajak dia kesini ya." Suruh Indah.

"Ayah enggak ngelarang kamu buat menjalin hubungan dengan lawan jenis, tapi kamu harus tau batasan." Harris yang sedari tadi hanya diam akhirnya membuka suara.

"Siap Ayah."

Tidak ada pembicaraan lagi. Mereka sibuk memakan nasi goreng buatan Indah yang sangat-sangat enak. Jujur, Anita tidak mau makan nasi goreng kalau bukan buatan Indah. Rasanya aneh dan tidak seenak masakan Indah.

Kalau kata Angga, masakan Bunda paling the best ever.

Anita berdiri lalu merapihkan baju serta rok nya. Dia mencium tangan Indah, Harris dan Angga lalu pamit untuk pergi ke sekolah.

"Mau bareng gak?" Teriak Angga.

"GAMAU!" Anita menjawab dengan teriakan.

Anita harus jalan terlebih dahulu untuk sampai di jalan raya, rumah nya memang masuk ke dalam komplek tapi kalau di lihat-lihat ternyata rumah Anita paling sederhana dari yang lain.

Tangan nya sibuk memainkan tali tas lalu dia menghirup udara pagi dengan khidmat. Nikmat Tuhan yang berharga.

Coba bayangkan kalau napas itu bayar, mungkin seluruh makhluk Bumi sudah bangkrut.

Handphone yang dia simpan di saku baju bergetar menandakan kalau ada pesan masuk.

Kak Karin : Dimana?

Anita Nila : Di jalan Kak, mau ke sekolah.

Kak Karin : Naik apa?

Anita Nila : Ancot dong hehe

Kak Karin : Hah? Ancot? Oh angkottt, mau bareng gak?

Anita Nila : Nggak usah Kak, aku bisa sendiri.

Kak Karin : Kita gak nerima penolakan, tunggu di depan ya.

Anita Nila : Yaudah iya.

Read.

Kita?

Oh mungkin Karin, Agasa dan Akbar. Anita sempet melupakan fakta bahwa mereka bertiga tidak bisa di pisahkan.

Akhirnya Anita sampai di depan Gang, dia berdiri sambil menatap orang-orang yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Tidak lama setelah itu mobil Rubicon milik Agasa berhenti dengan sempurna di depan nya.

Kaca depan dan kaca belakang terbuka dan memunculkan wajah Akbar serta Karin. Sedangkan Agasa tidak menatap Anita sama sekali.

"Ayo naik." Suruh Karin.

Anita membuka pintu belakang lalu duduk di sebelah Karin, baru kali ini dia berangkat bareng teman.

Agasa menjalankan mobilnya dan menutup kaca, di dalam mobil Akbar terus saja mengoceh tidak jelas.

"Tadi pagi gue mencret, terus waktu gue vidio call si Agasa malah kagak di angkat, sadis emang nih anak." Kata Akbar sambil mendorong bahu Agasa.

"Lagian lo hidup jorok banget sih Bar." Dari belakang Karin menjitak kepala Akbar.

"Gue yakin kalian juga pernah mencret, jadi kagak usah so polos bilang gue jorok."

"Cukup disimpen sendiri aja cerita mencret lo itu, enggak usah di ceritain ke kita." Kata Karin semakin nyolot.

Anita tertawa lalu menepuk bahu Akbar. "Kak kalau mencret terus Kak Agasa mau angkat vidio call nya, Kakak vidio call aku aja ya!"

Ini Anita kelewat polos atau gimana sih?

Astagfirullah

Allahuakbar

Agasa mengucap istigfar di dalam hati, takut nanti dirinya malah mengatai Anita.

"Telfon aja, nanti gue angkat." Dari nada suara nya saja Akbar dan Karin kalau yakin seratus persen kalau dia tidak suka omongan Anita. Cowok itu melarang Akbar untuk melakukan hal gila tersebut walau hanya lewat nada bicaranya. Akbar cukup mengerti.

Anita malah senyum-senyum sendiri, dia tidak menyadari kalau Agasa sedang menatapnya dan tadi secara tidak langsung dia melarang Akbar untuk menelfon Anita.

🌋🌋🌋

Agasa Bintang Brawijaya.

Agasa Bintang Brawijaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📌 26/1/20

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang