❝ Izin ❞

120 9 0
                                    

Jangan lupa vote dan comment, terimakasih.

🌋🌋🌋

Indah, Harris dan Angga sudah bergabung dengan Agasa, Karin, Akbar serta Anita di dalam kamar inap. Angga sempat tidak menyangka kalau cowok yang kemarin membawakan adiknya pecel lele ada disana.

Bahkan mereka berdua terlihat akrab, sesekali tertawa renyah ketika bertukar cerita. Agasa tidak seburuk yang Angga dipikirkan. Sebenarnya Agasa itu tidak terlalu pendiam, dia  bisa bersosialisasi dengan cepat.

Tapi entah mengapa saar menatap manik mata Anita, kata-kata yang sudah diapelajari dari kelas satu Sekolah Dasar hilang begitu saja.

Indah mengelus kepala Anita lalu meminta maaf kepada anaknya karena dia tidak tahu-menahu keadaan sekolah. Sedangkam Harris sibuk memijat kaki Anita.

"Yah, udah nggak usah di pijitin lagi kakinya." Harris terkekeh lalu duduk di atas kasur.

Pria baruh baya itu menatap Anita dengan tatapan teduh dan penuh kasih sayang, Anita adalah berlian di hidupnya yang akan selalu ia jaga dan rawat agar tetap bersinar.

"Maafin kami berdua, kami bahkan tidak tau kalo kamu mendapatkan perlakuan tidak enak di sekolah." Kata Harris.

Indah menyeka air mata nya yang sempat menetes. "Bunda, Ayah dan Abang bakal jaga kamu."

"Bunda, Ayah sama Bang Angga udah jaga aku dari aku masih dalam kandungan." Anita tersenyum sayu.

Sungguh, melihat senyuman itu hati Indah malah semakin terasa sakit. Dia merasa gagal sebagai seorang Ibu, harusnya Anita bercerita semua keluh kesahnya.

Mereka berpelukan dan disusul oleh Angga, Anita merasakan ada tangan yang mengelus kepalanya, dia yakin itu tangan Angga. Lelaki yang selama ini selalu dia anggap sebagai manusia paling menyebalkan.

Agasa memberikan perintah kepada Akbar dan Karin untuk keluar dan memberikan waktu untuk mereka berbicara.

"Lo belum makan?" Tanya Karin menyelidik.

Agasa menganggukan kepala, dia sedikit takut ketika Karin membelalakan matanya. "Agasa kambing, makan gak lo!"

"Makanan di Cafe Rumah Sakit gak enak." Jujur Agasa.

Akbar tampak berpikir sebentar lalu setelah beberapa menit berpikir tiba-tiba di atas kepalanya ada lampu yang menyala, dia mendapatkan ide.

"Gimana kalo kita cari makan keluar?" Tawar Akbar.

Karin mengangguk setuju, lagipula dia juga belum makan. "Iya, cari di luar aja. Pasti banyak!"

Agasa hanya pasrah dan mengikuti langkah kaki mereka dari belakang. Permintaan Akbar tidak bisa dia tolak apalagi Karin ikut menyetujui usul cowok itu.

Mereka bertiga jalan keluar dari halaman Rumah Sakit, sengaja tidak membawa mobil karena pasti di depan ada kaki lima.

Dan benar saja, tidak jauh dari Rumah Sakit ada penjual seafood. Makanan kesukaan seorang Agasa Bintang Brawijaya.

Karin menyeret tangan Akbar dan Agasa. Lalu masuk ke dalam tenda tersebut. Dilihatnya tidak terlalu ramai, hanya ada beberapa orang yang tengah asik menikmati makanan laut tersebut.

Karin langsung memesan tanpa bertanya apa mau dipesan dengan dua orang cowok yang kini duduk di hadapan nya.

"Apa lo berdua liatin gue?" Tanya Karin sewot.

"Pede banget."

"Cih, ogah."

Karin hanya memutar bola matanya malas lalu memotret mereka berdua untuk dimasukan kedalam Instagram. Lumayan bikin kaum Hawa terbakar api cemburu.

AGASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang