Vote and comment please.
BGM : Red Velvet- Psycho
***Mercedes-Benz GLC classic berwarna hitam itu berhenti tepat diparkiran depan salah satu bar ternama di pusat kota.
Pemiliknya, Sean Aldarict menelisik tempat itu dengan tatapan lekat.
Dia yakin bahwa kedatangannya kesini adalah karena perkataan orang-orang yang berniat buruk pada Hera tadi siang terus mengganggu dan membuatnya tidak bisa berpikir karena begitu kahwatir.
Tapi memikirkan perkataan Hera di ruangannya tadi siang sedikit banyak mulai menggeser kekahwatiran itu.
Sean tahu Hera adalah wanita yang sangat bebas, semua orang juga akan mengakuinya, bahkan wanita itu sendiri pun pernah berkata bahwa baginya berciuman bukan sebuah hal besar yang harus dipusingkan.
Baginya, berciuman adalah untuk bersenang-senang.
Tapi bagi Sean hal itu jelas adalah sebuah masalah—sialan!
Pria mana memangnya yang tahan melihat wanita yang selalu menarik atensinya berciuman dengan orang lain di belakangnya?!
Sean mengusap wajah keras-keras.
Dia seratus persen dalam kesadarannya saat mengatakan bahwa Hera Travoltra adalah sumber masalah terbesarnya belakangan ini.
Dia juga akan mengakui tanpa paksaan bahwa pengaruh wanita itu sudah dalam tahap tidak waras hingga dia—sialan, bisa memutuskan untuk lebih memilih datang kemari dari pada menjawab panggilan perawat yang memberitahukannya bahwa Aileen memintanya datang ke rumah sakit.
Sean berdesis, ini keterlaluan... dia resmi menjadi pria brengsek tingkat atas hanya karena mengkhawatirkan wanita seperti Hera.
"Aku pasti sudah gila."
Sean segera turun dari mobil, berjalan memasuki bar yang sudah di booking oleh dokter Yuna—teman yang dikatakan oleh Hera, kemudian mengedarkan pandangannya mencari keberadaan wanita itu.
Tidak lama, Sean langsung menemukannya dibagian VVIP, mengenakan off-shoulder mini dress berwarna biru tua paling mencolok diantara beberapa orang lainnya. Tengah tertawa dan bercanda atas guyonan dari seseorang di meja itu.
Sean melanjutkan langkahnya, menghampiri bagian VVIP dengan cepat dan mengejutkan orang-orang disana yang ternyata adalah dokter-dokter koas tahun terakhir di rumah sakit.
"Oh, dokter Sean? Anda datang?" salah seorang berujar mengagetkan.
Hera yang sedang meminum minumannya, menoleh tidak menyangka, dia tersenyum sumringah hendak menyapa ketika Sean dengan tiba-tiba menarik tangannya dan membuatnya terotomatis berdiri.
"Ayo pergi."
"Ah!" Hera yang langsung mengerutkan wajahnya, menahan.
"Kenapa langsung pergi sih? Duduk dulu disini, temani aku sebentar sampai Yuna memberikan kata sambutan, besok kan shift mu kosong."
Dokter-dokter koas di meja itu mengangguk, tanpa perdebatan menyetujui perkataan Hera barusan.
"Benar dokter Sean, duduk saja disini dulu, minum sedikit supaya rileks sehabis kerja." Koas lainnya ikut menyahut, mengiringi teman-temannya untuk memaksa Sean tetap tinggal.
Sean menghela, menatap Hera yang sedang tersenyum lebar padanya dengan lelah.
Masalah ini tidak akan berakhir mudah... dia tahu bahwa Hera tidak akan mendengarkannya, jadi pilihan yang Sean miliki hanyalah mengalah sebentar dan menunggu hingga wanita itu menjadi kooperatif.
KAMU SEDANG MEMBACA
at: 12am
RomanceDia menolak ku. Satu-satunya pria yang pernah menolakku, satu-satunya pria yang berani mendorongku menjauh.. satu-satunya pria yang sangat ku inginkan. Aku akan memilikinya. Sekeras apapun dia mendorong pinggangku untuk memisahkan ciuman ini, sekera...