Chapter 24

38K 4K 171
                                    

Vote and comment please.
***

One days ago.

"Bagaimana pekerjaanmu, Sean?"

Sean mengalihkan wajah pada ayahnya yang duduk di ujung meja makan.

Tadi siang, ayahnya meminta Sean untuk makan malam di rumah. Ada sesuatu yang hendak di bicarakan, jadi setelah menyelesaikan satu jadwal operasi terakhir sore ini, Sean langsung berangkat menuju ke rumah orang tuanya.

"Tidak ada yang spesial." Jawab Sean acuh, tidak berniat membalas lebih lanjut.

Para pelayan di rumah ini dengan sigap menghidangkan makanan-makanan yang sudah selesai disiapkan ke atas meja.

"Apa dokter Michael masih datang dan menyelamatimu untuk jurnalmu?" tanya Ayah Sean.

"Hm."

Sean melirik ibunya yang sejak tadi tidak membuka suara, berada di sisi ayahnya dan tengah mengabil nasi untuk menaruhnya di piring.

"Dua hari lalu, Qyra kirim salam untukmu."

Roan Aldarict kembali berkata, mengejutkan Sean yang selama ini yakin bahwa pembahasan tentang wanita itu sudah sangat jarang di bicarakan sejak pertunangan mereka yang gagal beberapa bulan lalu, meski ayahnya dekat dengan wanita itu dan keluarganya.

Sean mengangguk, sama sekali tidak berminat.

"Baik."

"Apa Ail—wanita itu baik-baik saja?"

Sekarang Sean mengerutkan dahi.

Pembahasan ayahnya hari ini jadi aneh sekali.

Sebelumnya Qyra lalu Aileen, padahal setelah kejadian yang menimpahnya dulu, biasanya ayahnya bahkan tidak peduli pada hubungan Sean dengan wanita manapun.

"Sudah lebih baik." Kata Sean sambil mengerutkan dahi.

Ayahnya mengangguk.

"Baguslah."

Mereka kemudian mulai memakan makananya dalam diam, tidak ada yang membuka percakapan seperti yang sering terjadi, hanya dentingan suara alat makan yang tetap terdengar hingga makan malam selesai.

"Papa ingin kau melakukan sesuatu, Sean."

Sean menoleh pada ayahnya saat sedang menyesap teh, dia memang penasaran alasan apa yang membuat ayahnya ini meminta dia pulang.

Mereka sudah lama tidak makan bersama, jadi Sean yakin ada hal penting yang akan ayahnya bicarakan.

"Terima perjodohan yang disiapkan Mama mu itu."

"Apa?" Sean menatap ayahnya terkejut.

"Kau harus menerima perjodohan itu dan menikahi anak perempuan Aldebaran."

"Kenapa?"

Sean meletakan cangkir tehnya dengan keras dan wajahnya berkerut tidak terima.

"Kau bisa langsung bertanya pada orang yang bersangkutan."

Jawaban yang Roan berikan sama sekali tidak dimengerti Sean.

Jelas-jelas beberapa hari lalu ayahnya masih berada di pihaknya, membiarkan apapun yang Sean kehendaki dia lakukan pada hidupnya.

Tapi hari ini tiba-tiba saja Ayahnya memaksakan hal seperti ini padanya, jadi Sean berpikir ibunya pasti baru melakukan sesuatu.

Sean lantas menoleh pada ibunya.

"Ma, apa maksudnya ini?"

Sean yakin ibunya sebenarnya tahu, tapi Irene Aldarict sejak tadi tidak terlihat akan membuka suara padanya.

Ibunya itu terus saja memalingkan muka. Terang-terangan memusuhi dan memandang Sean dengan sebal.

"Pa?"

Sean melihat ayahnya lagi.

"Ada apa sebenarnya ini?!"

"Papa akan menyuruh seseorang untuk mempersiapkan segalanya secepat mungkin. Kita akan mendatangi keluarga Aldebaran dan segera melangsungkan lamaran."

"Pa!"

"Kau akan menikahi Hera Travoltra bagaimana pun caranya!"

"Aku tidak mau—"

"Hentikan."

Roan menggebrak meja makan seketika, berdiri dan menatap Sean tajam.

"Kau benar-benar mengecewakan." Desis Roan, suaranya menjadi sedih.

"Papa tidak tahu ternyata kau lebih brengsek dari yang Papa pikir."

Kepala keluarga Aldarict itu kemudian berbalik, begitu saja meninggalkan ruang makan tanpa mengatakan apa-apa lagi.

***
Enjoy!

Lets follow Sean & Hera on istagram!
@/Heratravoltraa
@/Seanaldarict

With love.
nambyull

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang