Vote and comment please.
***"Hentikan Aileen!"
Aileen terdiam.
Tubuhnya terpaku menatap kedua pria yang berlari mendekatinya, yang salah satunya merupakan orang yang telah mencampakannya dan membuatnya terjebak dalam rumah sakit jiwa setahun lalu.
Romeo Arvino.
Pikirannya mendadak kosong, ada perasaan yang membuncang begitu kuat dalam dada Aileen melihat pria itu berada dalam jarak pandangnya, setelah dia tanpa perasaan meninggalkan luka yang mengerikan pada Aileen.
Wanita itu tidak sadar menyeringai, meski dia terluka dan ada begitu banyak kebencian yang meluap-luap dalam kepalanya, Aileen sama sekali tidak bisa menyingkirkan kerinduan yang membuatnya sesak napas pada pria itu... kerinduan yang sampai kapanpun tidak pernah bisa terobati, tidak pernah mereda, tidak pernah membaik setelah pria itu memutuskan untuk meninggalkannya.
Di belakang Romeo, Sean Aladrict dengan wajah pucat menatap Hera yang sedang meringis dan berusaha kembali menahan tubuhnya yang hampir terjatuh di rumput.
Raut pria itu begitu panik serta ketakutan, dan untuk pertama kalinya dia menatap Aileen, wanita yang selalu dia anggap baik dengan tatapan penuh amarah.
"Aileen!" Panggil Romeo yang berdiri lima langkah di hadapan Aileen untuk menyadarkannya.
Namun Aileen justru tersenyum, dia melirik Hera yang terduduk di bawahnya dengan tatapan tajam.
Dia kemudian menunduk, melingkarkan lengannya pada bahu Hera, meremas rahang wanita itu dari belakang dan dengan paksa mengarahkannya ke arah Romeo serta Sean di hadapan mereka.
"Lihat Hera, meskipun mereka pergi mereka akan tetap kembali padaku." Bisik Aileen penuh percaya diri di samping wajah Hera.
Hera yang merasakan luka di bibir juga wajahnya terasa semakin nyeri akibat remasan Aileen, berdecih.
"Wanita sinting!"
Aileen tertawa.
Hera memanfaatkan itu untuk segera menarik wajahnya, mendorong tubuh Aileen dan berusaha meneggakan tubuhnya sebelum Aileen lagi-lagi menjambak rambutnya dengan kuat dan menahannya.
"Kau mau lari dariku?" tanya Aileen dengan suara rendah yang mengintimidasi.
Hera menggeram dan itu membuat amarah Sean jadi semakin memburuk hingga dia berpaling kemudian menatap Aileen dengan tatapan tajam.
"Lepaskan Hera." Ujar Sean penuh penekanan.
Aileen tersenyum, menoleh pada Sean dengan wajah merendahkan.
"Oh, sayang ku Sean. Kau mau membela wanita ini? Kau tau aku tidak sebaik itu kan?"
Sean menggertakan rahang.
"Aileen jangan bercanda!"
"Siapa yang bercanda!" Aileen berteriak.
Dia menarik rambut Hera semakin kuat dan membuatnya mendongak hingga wajah wanita itu terlihat kesakitan.
"Wanita murahan ini sudah mengataiku mandul, dicampakkan Romeo, dan kau kasihani. Apa menurut aku bisa memaafkannya?"
"Argh..."
Hera memejamkan mata sambil memegangi tangan Aileen yang menjambak rambutnya, berusaha untuk membuat wanita itu menghentikan perbuatannya.
Napas Sean tercekat, melihat itu rasionalnya menjadi hilang. Dia tidak punya sisa kesabaran lagi dan berniat untuk melangkah maju ke arah Aileen, namun Romeo dengan cepat mencegahnya.
"Jangan Sean." Kata Romeo.
Sean mengerutkan dahinya marah.
"Lepaskan aku."
"Aku punya rencana."
Sean belum menjawab, namun Romeo sudah lebih dulu berteriak pada Aileen.
"Aileen hentikan perbuatanmu sekarang juga."
Aileen yang mendengar nada perintah Romeo menjadi kesal.
"Jangan ikut campur Romeo, kau tidak berhak!"
"Memang."
Romeo mengangguk dan wajahnya menjadi dingin.
"Tapi aku bisa."
Pada saat itu beberapa orang berseragam hitam dari belakang membekap Aileen, membuat cengkramannya pada Hera terlepas dan meski dia dengan panik meronta-ronta, para bodyguard itu langsung memegangi Aileen.
"Lepaskan aku bajingan! Lepaskan aku!" Teriak Aileen tidak terima.
Para dokter yang sebenarnya sudah lebih dulu berada di taman itu berlari menghampiri Aileen, ikut menahannya dan seorang dokter yang sudah menyiapkan obat penenang dalam sakunya dengan cepat menyuntikan obat itu di lengan Aileen.
Sean langsung berlari menghampiri Hera yang sedang di pegangi bodyguard Romeo yang lain, segera memegang bahu wanita itu dan wajahnya menjadi berpuluh kali lipat semakin ketakutan melihat wajah letih dan bibir terluka wanita itu yang gemetaran.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Sean, suaranya panik.
Hera tidak menjawab. Dia tidak mau berbicara pada Sean saat ini karena kepalanya sangat pusing dan berdenyut.
Ketika dia hendak berdiri untuk pergi, Hera mendadak merasakan sakit yang teramat sangat pada lutut dan pergelangan kakinya.
Dia tercekat, nyaris terjatuh, namun Sean dengan sigap memegangi bahu dan pinggangnya dengan erat.
"Ada apa?" Sean semakin panik.
"Kaki ku."
Sean menatap kaki Hera dan langsung melihat lebam merah di lutut dan pergelangan kaki wanita itu yang cukup besar.
Sean sentak menggeram, namun dia berusaha kuat menahan diri untuk tidak segera meledak dan membuat Aileen membayar semua perbuatannya saat ini juga, karena Hera lebih membutuhkannya.
Dia menyelipkan tangannya pada punggung dan lutut belakang Hera, membopong wanita hamil itu dalam gendongannya tanpa mengatakan apa-apa, kemudian dengan segera membawanya menjauh dari tempat itu untuk mendapatkan perawatan.
"Sean!"
Sementara Aileen yang masih setengah sadar dari obat penenangnya menatap kepergian Sean dengan amarah besar.
"Sean!" Teriak Aileen.
"Sean Aldarict!!"
"Dengarkan aku bajingan! Jika kau berani meninggalkan aku, aku akan membuat hidupmu sengsara!!"
"Selesai." Sean berhenti di langkahnya yang ke lima.
Dia berbalik pada Aileen dan menatap wanita itu dengan wajah yang mendelik tajam.
"Kita sudah selesai, Aileen. Aku akan mengembalikanmu pada Romeo dan pihak yang berwajib. Kau sudah melewati batas." Desis Sean.
Dia kemudian melanjutkan langkahnya, membawa Hera yang sedang menutup mata dan merintih dengan napas tidak tenang dalam gendongannya untuk menjauh.
"Bajingan!" Aileen berusaha meronta.
"Sean kau berjanji tidak akan meninggalkanku! Kau berjanji akan selalu memilihku! Kau berjanji hanya akan jadi milikku Sean!"
***
Enjoy!Follow Sean & Hera on istagram!
@/Heratravoltra
@/SeanaldarictWith love.
nambyull
KAMU SEDANG MEMBACA
at: 12am
RomanceDia menolak ku. Satu-satunya pria yang pernah menolakku, satu-satunya pria yang berani mendorongku menjauh.. satu-satunya pria yang sangat ku inginkan. Aku akan memilikinya. Sekeras apapun dia mendorong pinggangku untuk memisahkan ciuman ini, sekera...