Chapter 36

54.5K 4.5K 463
                                    

Vote and comment please.
***

"Mama berniat datang untuk memberi kabar tentang persiapan pernikahan kalian berdua pada Kalista. Tapi, apa yang sudah Mama lewatkan? Kenapa kamu bisa ada disini Sean?"

Irene Aldarict datang ke kediaman Travoltra keesokan harinya. Dia yang terkejut melihat putranya ternyata menginap di sini, segera menatap Sean dan Hera bergantian dengan tatapan penuh selidik.

"Kenapa juga kalian berdua tiba-tiba jadi... mesra?" tanya Irene.

Dia juga melirik perubahan drastis Hera dan Sean yang bisa-bisanya hari ini duduk berdampingan dengan jarak yang bahkan tidak ada dihadapannya, seolah kelakuan dingin mereka yang tidak bicara satu sama lain setiap makan malam keluarga, tidak pernah terjadi.

Hera yang sejak tadi tidak membuka suara, mengangguk, kemudian menjawab Irene.

"Right? Saya juga bingung kenapa dia tiba-tiba datang ke rumah orang tua saya dan minta maaf setelah mengatakan dia meragukan anak saya, Tante."

Sean menoleh pada Hera dengan raut wajah tidak terima.

"We are done discussing about that."

"And I said, apa menurutmu aku bisa memaafkanmu begitu saja?" Hera tidak mau kalah.

Irene yang ikut terkejut mendengar perkataan itu, mengarahkan tatapannya pada Sean.

"Apa? Sean meragukan anak kalian?"

"Benar, dia meragukan saya Tante." Hera mengangguk, tersenyum memprovokasi.

"Aku terbawa emosi, Ma." Sean menatap ibunya, membela diri. "Hera selalu bersama pria lain dan dia tiba-tiba memberitahu Aileen tentang pernikahan kami. Aku terkejut."

Hera mengangkat kedua alisnya, tersinggung.

"Oh, sekarang itu salahku?"

"That's true you're always with that jerk."

"Memang, tapi kau juga selalu bersama kekasihmu. Bahkan dia bilang, kalian sering makan malam bersama. Jadi kenapa hanya aku yang tidak boleh menghabiskan waktu bersama orang lain?"

Sean tidak menjawab, wajahnya menegang dan terlihat bersalah.

Hera segera tersenyum, membawa tangannya pada puncak kepala Sean, dan seakan-akan dia tengah menghadapi anak kecil yang melakukan kesalahan.

Hera mengusap kepala Sean gemas.

"Kau tidak akan menang dalam masalah ini Sean." Kata Hera puas.

Dan Sean tidak memberikan bantahan apapun.

Kalista Travoltra di sofa sebelah Irene, yang sejak tadi hanya menjadi penonton perdebatan itu reflek tersenyum. Dia jelas tahu alasan apa yang menyebabkan Sean tiba-tiba menjadi penurut seperti ini.

"Huh? Ada apa ini? Kenapa putraku yang keras kepala dan menolak perjodohan ini tiba-tiba menuruti perkataan calon istrinya? Apa aku benar-benar melewatkan sesuatu?" ucap Irene sambil menyeringai.

Sekarang dia jadi mengerti alasan Sean bisa ada disini dan mengapa dia menginap.

Irene yakin memang ada hal yang telah terjadi antara Hera dan anaknya tadi malam.

Hera dan Sean tidak menjawab, tapi Kalista memberikan senyum penuh maksud padanya.

"Sudahlah." Kata Irene lagi.

"Tapi apa kalian tidak tau kalau kedua mempelai tidak boleh bertemu sejak seminggu sebelum pernikahan? Orang-orang akan berpikir buruk jika tahu kalian bertemu sebelum pernikahan, apalagi ini hari H-2 pernikahan."

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang