Chapter 56

45.4K 4.6K 511
                                    

Vote and comment please.
***

          Sean mencoba menarik napas, memaksakan hidung serta paru-parunya memompa oksigen untuk masuk membebaskan sesak yang semakin menyendat rongga dadanya.

Kepalanya kembali mengulang beberapa potong ingatan menakutkan dimana Hera, wanita yang saat ini tengah mengandung anaknya nyaris celaka atas kebodohannya, sikap egoisnya, ketidak tegasannya dan memikiran hal itu bisa saja terjadi jika dia terlambat datang, membuat rasional Sean hampir saja berantakan.

Tangannya mengepal erat, Sean mengusap wajahnya frustasi.

Sudah dari tadi dokter yang memeriksa Hera keluar dan mengatakan bahwa wanita itu baik-baik saja. Selain syok dan beberapa luka kecil di wajah dan kakinya, tidak ada yang perlu di kahwatirkan.

Tapi Sean tidak punya keberanian untuk masuk ke ruangan rawat Hera, dia duduk di ruang tunggu, menunduk dan memaksa dirinya sendiri untuk tenang meski dia sama sekali tidak bisa melakukan hal itu.

"Dasar pria tidak punya hati."

Sean tahu-tahu mendengar suara ibunya menggeram beberapa langkah dari tempat duduknya.

Dia menoleh, menemukan ayahnya datang bersama ibunya yang raut wajahnya kecewa dan tengah menangis.

"Sudah berapa kali Mama bilang untuk menyingkirkan wanita itu hah?!"

Irene Aldarict menghampiri Sean, memukul-mukul bahu anaknya itu dengan kuat untuk melampiaskan amarahnya karena kahwatir setengah mati setelah Qyra menghubunginya dan mengatakan bahwa Aileen membuat keributan dengan menyakiti Hera.

"Dia itu gila, wanita tidak waras, jahat. Dia hampir membunuh ibunya Romeo dan mencelakakan Qyra, kenapa kamu tidak sadar juga Sean?!" teriak Irene.

Dia masih memukuli bahu Sean dan Sean sama sekali tidak berniat menghindar atau menolak perbuatan ibunya itu.

Sean tahu, dia pantas mendapatkannya.

"Sekarang kamu lihat akibat kamu memungut dia dari Romeo. Kamu lihat kan Sean?!"

"Ma."

Isak tangis Irene semakin kuat, Roan Aldarict dibelakang akhirnya memutuskan untuk memegangi istrinya,  menenangkannya dan membuatnya berhenti memukuli tubuh Sean.

Romeo dan Qyra yang berada di dalam ruang rawat Hera segera keluar mendengar suara bentakan Irene.

"Tidak Pa. Sean harus sadar bahwa wanita itu tidak pernah mencintainya. Sean harus sadar bahwa dia hanya menganggap Sean sebagai alat yang dia gunakan untuk balas dendam pada Romeo." Kata Irene.

Dia menatap Sean dengan tatapan terluka.

"Tapi apa yang kamu dapatkan, Sean? Apa yang kamu dapatkan selain anak dan istri kamu hampir celaka karena keserakahannya?"

"Tante Irene, tenang." Romeo ikut mencoba menenangkan wanita yang merupakan salah satu teman ibunya ini.

"Bagaimana Tante bisa tenang Romeo? Anak ini tidak hanya sudah menyakiti menatuku dengan kekasihnya itu. Tapi dia juga hampir menyelakakan cucuku. Cucuku yang sama sekali tidak bersalah!"

Irene menghela, meredam emosinya melihat beberapa pasien dan perawat sedang menoleh penasaran ke arah mereka.

"Jika kamu benar-benar mencintai wanita itu dan membenci Hera... baiklah, silahkan. Mama tidak mau mempedulikan kamu lagi." ujar Irene.

Dia mendesis, "Tapi kamu harus camkan ini, Sean. Sampai matipun Mama tidak akan merestui wanita itu jadi pendamping kamu dan bagian keluarga Aldarict. Jadi, kamu pergilah bersamanya tanpa membawa nama keluarga. Hiduplah dengan penuh penyesalan bersama wanita sinting itu."

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang