Chapter 7

43.5K 4.2K 266
                                    

Vote and comment please.
BGM : Zara Larsson - Ain't my fault
***

That night...


"DIAM!!"

Hera tersentak mundur memegangi wajahnya. Dia meringis, diantara sisa  kesadarannya tipis, dia nyaris akan terjatuh menerima tamparan dari pria yang bahkan tidak dia kenal. Jika saja seseorang dibelakang tidak menahan bahunya, Hera yakin dia akan berakhir dengan menyedihkan dilantai.

Pria itu, seseorang yang menolong Hera itu melirik sudut mulut Hera yang memerah akibat tamparan. Wajahnya mengeras, tidak senang.

Saat Hera mendongak dan akan meminta pertolongan, kesadarannya hilang, dalam hitungan detik alkohol dan syok sudah membuatnya pingsan.

"Bukakah dia berkata untuk melepaskannya?" Pria itu mengangkat wajahnya, melihat orang yang sudah melakukan tidakan kekerasan pada Hera dengan suara megancam.

Tetapi orang dihadapannya justru berdecih, "Brengsek! Apa pedulimu, hah? Jangan ikut campur urusan kami!"

"Kami?" Pria itu tertawa sinis.

"Wanita ini sudah jelas-jelas menolak mu."

"Diam kau!"

Pria itu menurunkan bibirnya, raut wajahnya berubah menggelap.

Dia menyerahkan Hera pada seorang pelayan yang terlihat ketakutan disebelah mereka, kemudian menoleh dengan  sorot mata yang tajam.

"Kau lah yang seharusnya diam, disini." Desisnya.

"Brengsek!"

Tiba-tiba saja, daerah dekat lorong kamar mandi itu berubah ricuh. Sebagian besar orang menoleh dengan panik. Kedua orang pria itu beradu tinju, saling menghajar dan membalas.

Teriakan wanita-wanita disekitar mereka terdengar, perkelahian mereka mengerikan. Sean menendang perut pria yang menyakiti Hera tanpa peduli, dia meninju rahang dan pelipis pria itu dengan kuat.

Hantamannya berbalik, pria itu menarik kerah kemeja Sean dan balas menyerang rahangnya. Membuat sudut bibir Sean terkoyak mengeluaran darah. Sean menghindar, namun pria itu lebih cepat menghajarnya. Membuat pelipisnya membiru dengan beberapa bagian wajah yang sudah berdarah.

Sean menggeretakan rahang, dia menendang kaki pria itu, kembali menghajarnya. Kali ini membababi buta, dia tiak memandang apapun hingga wajah pria itu bahkan mengeluarkan darah lebih banyak.

Sean dihadang, ketika dia akan melayangkan tinjuannya lagi, para security sudah memegangi tubuhnya dan meleraikan pertengkaran.

"Tuan anda tidak boleh membuat kekacauan disini!"

Mereka memegangi pria yang dihajar Sean, menahannya sekaligus membantunya untuk berdiri meskipun wajah dan tubuhnya sudah babak-belur mengenaskan.

"Brengsek, dia yang lebih dulu menyerangku! Dia yang mencari gara-gara denganku lebih dulu! Kalian dengar? Dia yang menyerangku!" teriaknya.

Semua orang bergumam menyoraki. Dia menatap orang-orang terkejut, tidak sadar bahwa security yang memeganginya sudah membawanya menuju pintu keluar.

"BRENGSEK!! BUKAN AKU YANG SALAH! PRIA BAJINGAN ITU YANG MEMULAINYA!!"

Sean mengusap bibirnya yang berdarah asal, wajahnya tidak kalah babak belur namun seakan tidak merasakan sakit, dia berbalik melihat Hera yang masih berada dipangkuan pelayan.

"Terima kasih banyak, tuan."

Sean menoleh, suara seorang pria tahu-tahu mengintrupsi.

"Siapa kau?" Sean mengangkat sebelah alisnya, skeptis.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang