Chapter 43

42.6K 4.4K 672
                                    

Vote and comment please.
***

Tiga belas tahun yang lalu....

Galaksi Kaenar, siswa kelas dua sekolah menengah atas itu melirik ke kiri dan ke kanan sekitar sekolah yang sudah sepi untuk memastikan tidak ada orang yang mengikutinya.

Dia kemudian berjalan menuju bangunan belakang gudang sekolah, mengambil tempat duduk disebelah pohon besar disana dan mengeluarkan plastik hitam berlogo apotek kantin dari saku celananya.

Laki-laki muda lalu membuka kancing seragamnya satu per satu dan melepaskan kaos dalam hitam yang dikenakannya dengan hati-hati.

"Shh.."

Dia meringis pelan, menahan rasa sakit yang luar biasa saat luka basah di kulit punggungnya terasa tertarik oleh kain bajunya.

Luka itu kembali berdarah, Galaksi merasakan aliran darah yang pelan pada bahu dan sepanjang rusuk belakangnya, sehingga dia langsung menggertakan rahangnya dan menggigit dalam mulutnya dengan kuat.

Dia menolehkan wajahnya untuk menoleh.

Luka cambukan dan pukulan dari benda tumpul yang dibuat ayahnya karena dia tidak sengaja mendapat nilai 95 pada mata pelajaran Kimia tadi malam, masih belum mengering.

Galaksi tidak tahu sampai kapan luka ini akan sembuh, tapi akan ada ujian lainnya dua hari lagi.

Jika dia tidak mendapatkan nilai yang sempurna dan ayahnya mengetahui hal itu, dia akan mendapat luka lainnya yang lebih parah.

Untuk menjadi pewaris yang layak.

Itu yang selalu di dengar Galaksi setiap kali dia mendapat hukuman kedisiplinan dari ayahnya yang otoriter.

Tapi sampai sekarang dia tidak benar-benar tahu apa maksud perkataannya itu, dan apa hal itu sebegitu pentingnya hingga Galaksi yang merupakan anak tertua dari tiga saudara di keluarganya, harus di tekan oleh kedua orang tuanya sekuat ini untuk menjadi seperti itu.

Dia tidak tahu.

Dia tidak pernah tau.

"Argh." Galaksi berdesis.

Dia mencoba meraih luka di belakang punggungnya untuk mengoleskan salep yang dia beli di apotek tadi.

Dia pikir, jika dua hari kedepan dia akan mendapat luka lainnya lagi, setidaknya luka yang sekarang harus sembuh agar kedua saudaranya tidak semakin mengkahwatirkannya.

"Luka kamu di bawah lagi, kalau tidak sampai lebih baik minta tolong orang untuk mengoleskan salepnya."

Galaksi langsung menoleh ke samping, suara seseorang mengejutkannya.

Dia menemukan seorang perempuan berseragam sepertinya tengah duduk dan merokok di dekat tumpukan kardus bekas, tidak jauh dari tempat Galaksi.

Galaksi dengan panik berusaha menutupi tubuhnya.

"S-siapa kamu?"

Perempuan itu tertawa, kemudian mengisap lalu menghembuskan asap rokoknya dengan santai.

"Hera."

Galaksi mengerutkan dahinya terkejut.

"Hera Travoltra?"

Perempuan itu mengangguk, "Kamu kenal aku?"

"Anak yang sering ikut olimpiade tapi suka merokok dan bolos, siapa lagi?"

Hera mengendikan bahunya setelah terkekeh. Wajahnya yang dingin, arogan dan sombong itu benar-benar terlihat seperti yang selama ini dibicarakan oleh orang-orang.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang