Chapter 42

44.3K 5K 1.5K
                                    

Vote and comment please.
***

Hera tidak melakukan apa-pun.

Kaki-kakinya tidak goyah sedikitpun bahkan setelah para pelayan berlarian mendekati area kolam renang untuk membantu Sean mengeluarkan wanita itu dari dalam kolam dan menyelamatkannya.

Hera mematung, seakan hanya waktunya sendiri saja yang berhenti di situasi kacau itu.

Tangisnya tersendat, suaranya terbungkam dan dia tidak bisa merasakan apapun lagi selain sesak dalam dada yang semakin menjadi-jadi karena orang-orang mulai berkerumun disekitarnya.

Hera menggigit bibir bawahnya, berusaha menguasai diri dengan kuat, namun pertahannya sama sekali tidak bekerja.

Tubuhnya mulai gemetaran dan dia nyaris terhuyung ke belakang tepat sebelum seseorang tahu-tahu memegangi pinggangnya, memeluk bahunya erat, dan menahan tubuhnya untuk mencegah dia terjatuh.

Hera tidak terkejut, tapi dia menoleh diantara pandangannya yang mulai kabur.

"Galaksi..." panggilnya pelan.

Wajah pria yang sedang menolongnya itu mengeras, rahang bergemeretak dan napasnya tersengal seolah dia baru saja berlari-lari menuju tempat ini ketika menatap Hera.

Hera berusaha tersenyum, namun tatapan yang ditujukan Galaksi padanya menjadi kelam.

Pria itu kuat-kuat menahan emosi dan amarahnya yang ingin menghajar pria yang membuat Hera seperti ini, karena Hera lebih membutuhkan pertolongan sekarang.

"Don't say anything."

Galaksi lalu menyelipkan tangannya dibelakang lutut dan punggung Hera, membopong tubuh temannya yang tampak begitu syok itu, lalu meninggalkan area kolam renang dan mengabaikan beberapa orang yang menatap mereka dengan tatapan terkejut.

Hera tidak mempedulikan akan dibawa kemana dia setelah ini, dia hanya melingkarkan tangannya pada bahu Galaksi dan menyenderkan wajahnya dalam pelukan pria itu untuk sejenak beristirahat.

"Hera!"

Mereka baru saja melewati ruang tamu keluarga Aldarict, saat Hera mendengar suara kahwatir ibunya menghampiri mereka.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?"

Kalista mengusap lengan Hera pelan untuk memastikan, namun Hera sedang tidak ingin menghadapi siapapun saat ini, jadi dia tidak melepaskan wajahnya dari pelukan Galaksi dan sama sekali tidak menjawab.

Sayangnya, kebungkaman Hera itu justru membuat kedua orang tuanya dan ibu Sean yang tadi mengejarnya, menjadi semakin cemas.

Aldebaran menatap Galaksi yang ekspresinya mendingin dengan kahwatir.

"Galaksi—"

"Apa saya boleh bawa Hera ke tempat lain, Om Aldebaran?" Galaksi menyela.

Aldebaran belum menjawab, tapi Irene disebelah Kalista dengan cepat mengangguk panik.

"Iya, ada kamar tamu lain di lantai dua, aku akan minta pelayan mengantar kalian dan memanggilkan dokter."

"Ke tempat lain, nyonya Aldarict."

Galaksi memperbaiki perkataannya.

Membuat raut kedua orang tua Hera dan Irene membelalak dengan begitu terkejut.

"Saya tidak mau Hera ada di rumah ini lebih lama lagi." Tambah Galaksi.

Mereka diam.

Tidak ada bantahan atau penolakan, hingga Galaksi mengambil langkah mundur dan menunduk sopan sekilas.

at: 12amTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang