Haikal POV
Sudah tiga hari aku tak kunjung bisa tidur. bayangannya selalu bergelantungan di pelupuk mataku, aku tak biasa merasakan hal seperti ini, pasalnya aku tak pernah punya hubungan serius sama wanita. Kabar bahagia dari dia selalu aku tunggu, namun penungguan itu sepertinya tidak akan membuahkan hasil, jika aku tidak mengkonfirmasi secara langsung.
Aku sudah mengutarakan niatku ke Abah ummi untuk mendatangi rumahnya, memintanya secara langsung ke pada kedua orangtuanya, dan kedua orangtuaku sangat setuju akan niatku itu, terkadang aku tersenyum sendiri ketika mengingat dia yang akan menjadi milikku sebentar lagi, menemaniku dalam merangkai cerita hidup....
" Ahh rasanya tak sabar untuk menyambut hari besok" seru hatiku sembari tersenyum geli, akan tingkahku yang mulai tidak waras ini.
***
"Assalamu'alaikum" salam, aku ucapkan ketika sudah sampai di alamat yang di kasih oleh pamanku, ya bener, rumah ini adalah rumah Riza, rumah gadis yang membuatku menggila.
"Waalaikum salam, sinten gheh, lagi mencari siapa nang?" tanyak wanita paruh baya, yang aku yakini adalah ibu dari wanitaku itu. Ia menelisik penampilanku dari atas sampai bawah. Aku lama termenung dan mulai tersadar untuk mencium tangannya.
"Kulo Haikal ibu, apa benar ini adalah rumah Riza yang mondok di Nurul Mukmin paiton Probolinggo?" Tanyaku, kulihat ibu itu mulai cemas.
" Ada apa dengan Riza nang, kenapa lagi dengan dia, Riza baru balik pondok kemarin, apa penyakitnya kambuh lagi ?" Tanya ibunya terlihat sangat cemas.
"Dek Riza sakit apa ya Bu?, mohon maaf saya tidak tau kalau dek Riza sakit, saya kesini ada maksud lain yang ingin saya sampaikan kepada ibu dan bapak" aku shock pasalnya aku benar-benar tidak mengetahui kabar gadisku itu.
" Dia kenak tifus, kemarin ibu bawak pulang, karena ibu sama bapak cemas, takut terjadi apa-apa dengannya, oea ibu sampai lupa, Ayuk masuk nang!" Cerita ibunya lalu mengajakku untuk ke dalam, aku mulai memasuki ruang tamu yang terlihat sederhana.
" Ohh iya Bu, bapak dimana?" Aku begitu penasaran dengan keberadaan calon bapak mertuaku, pasalnya aku belum melihat keberadaan bapak mertua rasanya geli sekali menyebutnya.
" Ohh bapak masih di ladang nang, habis ini paling Dateng,,, lah itu bapak" tunjuk nya melihat pria paruh baya membawa cangkul di pundaknya sembari bertopi khas petani, aku tersadar lalu mulai mengambil tangannya untuk aku cium.
" Rak usah Lee, tangan bapak kotor" tolaknya namun aku tetap mengambil tangannya. Ia mulai duduk, tak sabar rasanya ingin mengutarakan niatku itu. Ibu bapak Riza saling bertatapan seakan menanyakan maksud kedatanganku.
"Ehhhmm, sebelumnya perkenalkan nama saya Haikal Abdilah munir putra dari Abah Misbahul munir dan ummi Riris safiqiyah, saya kesini berniat untuk meminang putri bapak dan ibu" semua kata itu keluar begitu lancar dari mulutku, mereka terperanga mendengar penuturan ku,
"Olah jadi Niki gus Haikal, dari pondok Nurul Munir?" Ucap bapak terbata-bata saat mengetahui statusku. Sedangkan aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya.
" Ngapunten Gus,Kulo boten ngertos" ucap ibunya serasa malu kepadaku.
" Boten nopo-nopo Bu, Kulo seneng diperlakukan ibu seperti itu,"
"Jadi bagaimana Bu pak? sebenarnya saya sudah mengutarakan niat saya kepada dek Riza di pondok paman saya, tapi masih belum ada jawaban dari dek Riza, sewaktu itu dek Riza meminta waktu 2 Minggu untuk memikirkannya lagi" ceritaku, mereka diam, tanpa memberikan tanggapan apapun, aku tau mereka saat ini bingung.
" Sebelumnya kulo dan keluarga ngapurane Gus, sebenarnya Kulo karo keluarga seneng, Gus Haikal berkenan untuk bertandang ke gubuk kami. ini adalah anugerah dan Sebuah kehormatan bagi saya bisa didatangi Gus Haikal. Apalagi kedatangannya bermaksud baik kepada anak saya. Tapi kalau masalah itu, saya tidak berani mengambil sikap Gus, karena yang akan menjalankan bahtera itu adalah anak saya dan jenengan. Yang bisa saya dan istri saya lakukan adalah merestui kalian berdua, namun itu keputusannya saya serahkan kepada Riza. Mohon maaf Gus jika tutur saya tidak selaras dengan keinginan Gus Haikal." Ujar bapaknya bijak.
" Boten nopo-nopo pak, Kulo meriki hanya ingin mendapatkan restu dari bapak dan ibu. Saya akan menunggu kabar dari dek Riza" ucapku mantap.
"Kulo nyuwun pamit gheh Bu, pak, soalnya. Ada jadwal ngajar di madrasah" aku pamit kepada kedua orang tua Riza, lalu meninggalkan tempat itu dengan ketidak pastian. Sesampai di rumah ummi langsung menyamperiku
"Piye lee hasilnya?" Tanyanya berbinar-binar.
" Nunggu kabar dari dek Riza mi, tapi insallah ibu sama bapaknya sudah merestuiku" ucapku memasuki rumah setelah menyalami tangan ummi.
" Sabar Lee, jodoh tidak akan kemana, nantik ummi suruh Bu likmu menanyakan kabarnya" ummiku menyusul ku kedalam rumah.
Haikal POV off
Terlihat perempuan, sedang mengepakkan kedua tangannya, seraya bermunajat kepada sang maha pencipta atas kehidupannya.
" Jika ia adalah salah satu takdir yang engkau ciptakan untukku. Ia adalah jalan untukku agar lebih dekat denganmu, maka aku ikhlas menjalani takdir itu. Amin ya rob semoga ini adalah jalan yang terbaik" salah satu serpihan doa yang dipanjatkan sembari meneteskan air mata.
Flashback
"Za kamu dapet inter lokal, katanya ustadzah Fatimah kamu segera ke kantor pesantren!" Kata Jannah, Riza langsung bergegas menuju pesantren.
"Za, itu ibumu nelvon dari tadi, langsung kamu angkat saja za," ujar ustadzah Fatimah
"Enggeh ustadzah"
"Assalamu'alaikum Bu"
"Waalaikum salam, piye Nok kabare, tidak kumat lagi toh, penyakitmu?" tanya ibunya begitu cemas akan keadaannya.
"Boten bu"
"Gini nok, tadi ada Gus Haikal kerumah, dia tadi bilang bahwa ingin melamarmu kepada bapak dan ibu. Ibu kan bapakmu seneng ada cah Lanang yang berbudi pekerti baik, dari keluarga pesantren ingin melamarmu. Tapi bapak tadi bilang bahwa semua keputusan ada di tanganmu, kamu berhak menentukan jalan hidupmu" ungkap ibunya sedih, tidak sama dengan ketika ibu menyampaikan bahwa ia dilamar.
"Pendapat ibu bagaimana, jika saya jadi sama Gus Haikal, apa ibu sama bapak senang?" Aku ingin mengerti perasaan mereka, aku hanya ingin mereka bahagia.
" Ibu sama bapak Yo pasti seneng to ndok kalau kamu bahagia, apalagi mantune seorang Gus" ucap ibuku sepertinya gembira.
"Ngeh pun Bu, insallah Riza siap menjalaninya."putusku untuk mengakhiri percakapanku via phone dengan ibuku. Menetes air mata dari mataku, pasalnya ada rasa sangat kecewa mengatahui respon orang tua tidak sama dengan keinginanku. tetapi jika itu membuat bapak dan ibuku bahagia akan aku lakukan.
"Kamu sholat istikharah dulu dok, jangan tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, ibu lan bapakmu ingin yang terbaik buat kamu,
Yo wes Yo, ibu tak masak sek, assalamu'alaikum" putus ibuku mengakhiri percapakan."Waalaikum salam"
Flash back off
***
Riza POV
Keesokan harinya aku ke dalem memenuhi panggilan Bu nyai masruroh yang aku prediksikan akan menanyakan jawabanku.
Saya mintak tolong komennya ya, dan jangan lupa follow akun saya. Akan ada banyak cerita yang lebih seru dari lzada cerita perdana saya ini.
Vote, komen dan follow selalu aku tunggu.. have a nice reading.😉😉😉😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Terhalang Status
RomanceJodoh adalah teka-teki yang sulit dipecahkan melalui akal sehat manusia. Kita hanya bisa berharap jodoh kita sesuai dengan keinginan kita, manusia tidak bisa mengintervensi jodoh, karena hanya tuhan yang mempunyai wewenang atas itu. Kisah yang begi...