Cobaan

848 41 3
                                    

Segala hal yang terjadi di dunia ini adalah kehendaknya, kita tidak bisa menangkal atau menghindari skenario yang sudah di atur oleh sang pencipta.

Keluarga dari kedua belah pihak calon mempelai, kian sibuk mempersiapkan pernikahan Gus Aqil dan Ning  salsa. Gaun, gedung dan cetring pun telah usai di urus.

Kini keduanya tengah di sibukkan dengan menyebarkan undangan.

"Lee, itu ada 52 undangan sesuai pesanan mu, katanya kamu mau bagikan ke temanmu" ujar sang ummi sedang mempersiapkan undangan yang akan ia sebar saudara-saudaranya di Madura. karena ini adalah pernikahan anak bungsunya, jadi banyak kalangan yang akan di Undang, mengingat pernikahan putra-putrinya sebelumnya selalu tertutup.

"Enggeh mi, nantik Aqil kasih ke teman-teman" Gus Aqil tengah sibuk membaca kitab hadist. Gus Aqil memang menyerahkan acara pernikahannya kepada orangtuanya, Ia tidak ikut andil dalam mempersiapkan pernikahan.

Begitupun dengan keluarga Ning salsa tanpa sibuk menyiapkan pernikahan yang tinggal 2 pekan.

"Abi, salsa izin mau menyampaikan undangan ke dek sila di Gending" 

"Loh gak sekalian Mamat saja yang nganterin, kamu dirumah saja. Gak baik calon pengantin keluyuran menjelang pernikahan" nasehat abi nya, nampak khawatir.

"Abi tenang saja, salsa akan hati-hati kok." Bantahnya sambil tersenyum.

"Tapi habis dari rumah sila, kamu langsung pulang ya, firasat Abi gak enak" salsa mengangguk dan mencium tangan abi nya, lalu ngambil helm di almari.

" Loh, kok pakai helm?" Selidik KH Zainuddin.

"Salsa pengen pakai motor bi, biar gak repot"

"Dianter pakai mobil sama Mamat saja ya?" Tawar KH Zainuddin lagi.

"Tidak usah Abi, biar kang Mamat istirahat, kasian tadi malam nganterin salsa sampai malam cari sovenir pernikahan"

" Ya sudah kalau begitu, kamu dijalan hati-hati ya, jangan ngebut!" Setelah mengucapkan salam, Ning salsa menghidupkan motor kesayangannya yang sudah lama tidak dinaikin.

Selepas ashar, ngaji kitab di wilayah putra sudah menjadi kebiasaan. Semenjak lulus S2 Gus Aqil ditugaskan untuk menggantikan Abah Hasyim ngaji kitab. Ditengah pengajian yang dia pimpin tiba-tiba mas-mas dalem menghampirinya, sehingga terpaksa ia menghentikan ngaji kitabnya.

"Ada apa ya mas Yusuf, kelihatannya sangat penting, sampai menyusul saya ke masjid" tanyak Gus Aqil yang begitu penasaran dengan kabar yang akan yusuf sampaikan.

" Gini Gus, saya di suruh memanggil Gus Aqil secepatnya, katanya  Bu nyai sangat penting sekali, kalau Gus Aqil lagi ngaji, katanya disuruh selang dulu, tapi saya kurang tau ada apa gerangan, tadi Bu nyai terlihat menangis" kata-kata Yusuf menambah rasa penasaran Aqil, sehingga ia berjalan sedikit cepat.

Setelah sampai di rumahnya, ia langsung mencari keberadaan, ummi dan abah nya, namun nihil.

" Mbak Rita, ummi kemana? Kok abah sama ummi tidak ada"

" Abah sama ummi tadi buru-buru kerumah sakit Gus, tadi ummi juga berpesan pada saya, katanya Gus Aqil nyusul ke rumah sakit keramat jati. Bu nyai tidak menjelaskan secara detail, namun tadi Bu nyai terlihat begitu sedih  sekali"

"Ya sudah, Aqil berangkat dulu ya"

Rasa penasaran Gus Aqil semakin besar, pasalnya ia tidak tau apa yang sedang terjadi di rumah sakit, tanpa pikir panjang ia mengemudikan mobilnya untuk menyusul ummi sama Abah ke rumah sakit. Sewaktu di perjalanan ada notifikasi what'sAap dari ummi.

Gus Aqil shock membaca pesan tersebut, sehingga menambah kecepatan agar segera sampai ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit ia langsung menanyakan ruang ICU kepada resepsionis. Ia melihat Abi, ummi dan calon mertuanya lagi menunggu di depan kamar yang disebutkan oleh petugas resepsionis.

Aqil POV

"Lee, kamu yang sabar ya Lee" ummi langsung memelukku ketika melihat ke beradaan ku.

Aku mencoba untuk tegar, walau perasaanku tak karuan. Aku langsung nyamperin calon ayah mertuaku, yang sedang  tertunduk lesu.

" Abi, kronologisnya bagaimana kok bisa ini terjadi?" Tanyak  Aqil pada calon Abah mertuanya.

" Abi, sudah melarangnya untuk tidak menyebarkan undangan sendiri, karena tadi firasat abi memang tidak enak. Namun larangan abi di gubris olehnya, Kanya ingin melepas rindu ke sari. Abi seharusnya tetap melarangnya, bukan malah memperbolehkan, pasti hal ini tidak akan terjadi..."  Aku sangat shock dan begitu terpukul ketika mendengarkan penjelasan langsung dari Abi.

Setelah beberapa menit kemudian, tampak dokter keluar dari ruangan itu.

" Dok bagaimana dengan keadaan anak saya, apakah dia baik-baik saja.?"

" Bapak yang sabar ya, untuk saat ini pasien sudah melewati masa kritisnya, kita akan pindahkan pasien ke IGD setelah Maghrib nantik, untuk kejelasannya saya akan  jelaskan  di ruangan  saya, mari pak" dokter mengajar KH Zainuddin untuk ke ruangannya.

Karena sudah menjelang magrib Abah sama ummi izin pulang, sedangkan aku menunggu kabar dari calon abi mertuaku, yang tak kunjung datang. Setelah sejam aku lihat abu sedang berjalan ke ICU dimana aku berada, ia terlihat terlihat begitu rapuh, sesaat aku melihatnya ia kelimpungan mau jatuh aku berlari kearahnya  untuk menahan agar tidak jatuh.

" Aku tidak bisa menjaganya dengan baik qil" ujarnya pilu, segera aku papah dia ke kursi dekat ruang ICU. Aku tak berani menanyakannya lebih lanjut, setelah melihat keadaannya yang begitu rapuh, aku putuskan untuk menanyakannya kepada dokter setelah salsa di pindahkan ke IGD.

Selepas sholat Maghrib, salsa mulai dipindahkan ke ruang IGD oleh beberapa suster, aku  dan abi Zainuddin mengikutinya. Karena tadi sebelum kami tinggal ke mushola, belum ada instrsuktur  dari dokter untuk pindah.

Wanita yang beberapa bulan yang lalu menerima pinangan ku dengan  ikhlas, kini dia terbujur kaku diatas tempat tidur dengan seperangkat alat medis yang nempel di badannya. Aku begitu sedih melihatnya, rasanya separuh jiwaku hilang.

Memang rasa itu belum sepenuhnya tumbuh, tapi niat untuk mencintainya segenap hati dan menjadikannya wanita satu-satunya selain ibu, dan mbak ku yang aku sayangin itu telah terpatri ketika ia diikrarkan sebagai tunangan ku, yang dua seminggu lagi akan menjadi istriku.

Aku pupuk rasa itu, agar selalu tumbuh subur, walau aku sendiri tak menyangkal, sekelebat ingatan akan Riza masih hinggap. Namun aku sudah berusaha untuk menghilangkannya.

Aku tersadar dari lamunanku ketika, abi zainudin menyentuh pundak ku, agar berdiri dan memberi celah untuk dokter memeriksa salsa.

" Pak saya mohon waktunya sebentar untuk mengecek pasien ya" tanpa menunggu lagi aku langsung berdiri, dan minggir.

" Silahkan dok"

Setelah dokter memeriksa keadaan salsa dan keluar. Aku izin ke abi dan buk Dhe Halimah (mbak dari KH Zainuddin) segera  ku menyusul dokter untuk menanyakannya lebih lanjut.

"Assalamu'alaikum, Permisi dok," aku membuka pintu, dan dokter mempersilahkan ku untuk duduk.

"silahkan duduk pak, ada yang bisa saya bantu?"

" Saya ingin menanyakan keadaan salsa dok, karena saya tidak tega untuk bertanya langsung ke calon ayah mertua saya"

" Terjadi permasalahan yang sangat serius pada otak pasien karena kecelakaan itu. Karena kepalanya terbentur keras maka terjadilah  pendarahan jaringan pada otak pasien. Pembengkakan yang terjadi pada otak pada tengkorak menjadi terhimpit dan otak mengalami tekanan yang cukup kuat, sehingga menyebabkan oksigen yang mengalir menuju otak dan mengakibatkan koma, saya tidak bisa memprediksi kapan pasien akan sadar, kita hanya bisa berserah diri pada sang kuasa"

Mendengar penuturan dokter dadaku langsung sakit, seakan sulit bernafas.

Gimana readers, ditunggu komentar dan votenya ya....... Hug virtual...

Cinta Terhalang StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang