Harlah Pondok

1K 40 5
                                    

Mungkin pertemuan sesaat kemarin tidak ada apa-apanya bagimu, namun masih segar dalam ingatanku. Paras mu masih enggan enyah dari pelupuk mataku. Akankah kita bertemu?, aku harap begitu.

Hari ini Adalah haflah pondok pesantren Nurul Mukmin, para santriwan dan santriwati disibukkan dengan berbagai macam acara pondok. Beberapa pengurus gang juga di mintai bantuan untuk membantu masak di dapur. Tak terkecuali Riza dan sekawananya.

" Za, mbak mintak tolong siapin makan untuk para tamu ya" suruh mbak Rita kepada Riza yang lagi sibuk ngiris timun.

Riza dan Laras pergi ke ruang makan nyai Masruroh buat mempersiapkan makan siang untuk para tamu, selepas itu Riza disuruh untuk menyuguhkan minuman untuk para tamu diluar, sepasang mata tak berhenti menatap Riza.

Haikal POV

Pertemuan itu selalu membekas dalam ingatanku, ia enggan enyah dalam Pikiranku. Pikiran yang selalu tertuju akan parasnya yang menyejukkan hati, mungkin pertemuan itu tidak ada apa-apanya baginya, tapi tidak bagiku. pertemuan itu sangatlah berkesan dan membuat alam bawah sadarku betah mengingatnya.
Inginku berkenalan, agar tau ia lebih dalam lagi, tapi nyaliku begitu keok. Semoga kita berjumpa kembali, semoga engkaulah Jawaban atas setiap doa yang aku panjatkan setiap malam. Wahai gadis tanpa nama.

" Lee, Kowe Melu umi Yo neng harlah pondok pak lik Hasyim, abah mu onok undangan neng malang, soale" ujar Bu nyai Riris istri dari KH Misbahul munir yang tak lain adalah Abah Gus Haikal pemilik pondok Al Munir.

" Insallah ngeh mi, soale Kulo bade ngajar" jawab Gus Haikal dengan logat jawanya.

"Lee libur sehari aja, nantik umi bilang ke kang Anwar untuk gantiin kamu, masak ia umi mau ke harlah sendirian" Rajuk sang umi kepada putra sulungnya.

Keesokan harinya Gus Haikal dan ummi Riris siap menuju ke harlah pondok pesantren Nurul Mukmin.

" Lee kamu ingat Syifa anak pak lik mu? yang sering main sama kamu ituloh" tanya ummi Gus Haikal mengingatkan ia pada kenangan masa kecil di saat perjalanan menuju harlah.

" Syifa, yang sering nangis ketika keinginannya tidak dipenuhi itu mi" jawabnya sembari tersenyum mengingat masa kecilnya.

" Iya, Syifa yang itu, sekarang dia telah menjadi seorang ibu loh lee, dia sudah menikah dengan Fahmi putra dari KH Kholil" jelas ibunya. Sedangkan yang diceritakan hanya manggut-manggut kepala. padahal umminya memancing Gus Haikal agar memberi respond.

"Lee, ummi dan abah mu sudah tua Lee, kami ingin kamu segera menikah, Abah dan ummi sudah sepakat tidak akan menjodohkan kamu, karena kami sadar yang akan menjalani mahligai adalah kamu. Pikirkan ya Lee, permintaan Abah sama ummi" nasehat umminya kepada anaknya sambil menepuk punggung anaknya.

Lidah terasa kelu ketika mendengar penuturan ummi.
Tak tau harus menjawab apa, aku belum mengenal kata cinta sebelumnya, ketika hati ini sudah tertuju pada seorang gadis, namun tak ada alamat untuk mengesahkan niat. Tak lama kemudian ia dan ummi Riris telah sampai di PP Nurul Mukmin.

"Assalamu'alaikum"

"Waalikum salam, ehh mbak yu, bagaimana kabarnya mbak?
Niki sinten mbak yu?" Setelah berpelukan ummi Masruroh bertanya soal Gus Haikal, kepada ummi Riris.

" Ini ikal jail ituloh dek, yang selalu membuat Syifa nangis itu" ujar ummi Riris sambil tersenyum mengingat masa-masa itu.

" Welehh Niki Haikal yang selalu jailin Syifa, Aqil sering cerita, tapi saya tidak tau mbak yu, pangling, wahh sudah gede yaa, ganteng lagi. Mana pasangannya?" Tanyak ummi masruroh sambil celingak-celinguk. Sedangkan Haikal yg ditanyak hanya senyum-senyum.

" Haikal belum punya pasangan dek, kalau punya pasti umminya ini tidak kesepian lagi" canda umminya.

" Wahhhh si Haikal kalah sama Syifa ngheh mbak yu, Syifa pun sudah punya anak, oia aku lupa, ayok ke dalam mbak yu" ajaknya ke ummi Riris.

Jodoh tidak ada yang tau. Hati ini selalu resah memikirkan kepada siapa dia berlabuh. Pelabuhan yang akan menjadi pangkalannya tak kunjung ia temui pula.

Tiba-tiba Mataku terpesona pada gadis yang sedang menyuguhkan teh.. yah dia orangnya dia adalah orang yang selalu aku sematkan dalam setiap doaku.

" Lee,, ituloh jawab pertanyaan Bu likmu" tegur umminya, namun yg ditegur belum sadar juga, hingga sang ummi mengikuti kemana arah mata Gus Haikal memandang, lalu tersenyum.

" Rupanya anak ummi, sudah menemukannya" bisik ummi pada Gus Haikal yang masih setia memandangi gadis yang sudah masuk ke dalam.

"Astaghfirullah, nopo gheh mi, boten mi" Gus Haikal menepis,dan salah tingkah.

" Dek... Kelihatannya setelah ini aku butuh bantuan kamu, untuk melamar gadis yang Haikal inginkan, kayaknya dia juga santri mu loh iya tidak kal?" ucap ummi Riris sembari melirik Gus Haikal yang sedang garuk-garuk rambut yang tidak gatal.

" Wahhh boleh-boleh mbak yu, memangnya siapa calonnya?" Tanya ummi Masruroh ke ummi Riris.

" Wahhh kalau itu sihh, biar Haikal saja yang jawab" sindir ummi kepada Gus Haikal.

" Siapa Lee?, biar bu Lik bantu, jika Bu lik bisa"

"Dia gadis yang memakai kerudung abu-abu Bu lik, yang tadi menyuguhkan teh" jelas Haikal sembari malu-malu.

Sedangkan ummi Masruroh tersenyum meski syok, pasalnya gadis itu adalah Riza. Ia adalah gadis yang disukai putra bungsunya yang sedang menempuh studi di Mesir.

" Dek , bagaimana bisa mempertemukan kami setelah acara ini selesai, aku sudah tidak sabar untuk melamarnya" ungkap ummi Riris, yang tidak sabar mau ketemu dengan calon menantunya. Tak ada jawaban dari ummi Masruroh yang ada hanya anggukan sebagai jawaban atas kesanggupannya.

Acara-acara demi acara telah selesai. Kini Nyai masruroh menepati janjinya untuk mempertemukan Gus Haikal dengan wanita idamannya, yang juga idaman putranya. Di kamarnya ia menceritakan semua yang terjadi, termasuk ketika ummi Riris memiliki niat untuk menjadikan Riza menantu.

"Ummi ini semua takdir dari tuhan. Mungkin saja Haikal adalah jodoh Riza bukan putra kita. Kita tidak boleh menghalangi ketetapan Allah mi, yang harus kita lakukan memberi pengertian ke Aqil bahwasanya Riza bukanlah jodohnya" nasehat KH Hasyim Tirmidzi ketika mendengar penuturan istrinya.

" Iya bah ummi akan mempertemukan mereka. Semoga ini yang terbaik ya bah, untuk kita semua" ucap ummi Masruroh lalu bergegas keluar untuk memanggil mbak Rita.

"Rita,, Rita" panggil ummi masruroh kepada Rita yang sedang menuju dapur.

"Enggeh Bu nyai, ada yang bisa Rita bantu?" Tanyaknya pelan.

" Aku Jaluk Tulung, panggilin Riza ya,, suruh ia kemari sekarang" ucap Bu nyai masruroh.

Rita segera bergegas menuju gang A untuk memanggil Riza.

"Assalamu'alaikum, put kamu lihat Riza tidak?" Tanya Rita kepada putri yang sedang nyapu di depan kamar pengurus gang A.

"Waalaikum salam, ehh mbak Rita, Riza didalam mbak, lagi ngoreksi blanko Ubudiyah temen-temen, Bantar mbak putri panggilin" putri bergegas kedalam lalu memanggil Riza, tak lama setelah itu Riza keluar dan nyamperin mbak Rita.

" Ada apa ya mbak?" Tanyak Riza melihat Rita menunggunya.

"Ehh za, Gini aku disuruh Bu nyai untuk memanggil kamu agar segera ke dalem" Riza menyerngitkan dahinya.

"Dan mbak juga kurang faham kalau kamu menanyakan maksudnya, mbak cuma disuruh untuk manggil kamu segera" jawab Rita sebelum Riza menanggapi ucapannya.

" Ya sudah mbak, Riza mau ganti baju dulu" ungkap Riza.

Riza berkecamuk, pasalnya ia tidak tau tujuan ia dipanggil ke dalem.

Maaf baru up date, vote dan komennya selalu ditunggu sama writer....

Cinta Terhalang StatusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang