Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊
***
"Sesibuk-sibuknya orang tua dalam mengurus pekerjaan, mereka gak akan pernah lupa memikirkan anak-anaknya."
***
LANGIT berubah menjadi warna jingga dengan semburat merah. Kedua mata dengan bulu mata yang lentik itu terus memperhatikan langit yang semakin lama semakin kemerah-merahan. Langit senja yang cerah, tanpa ditutupi dengan awan mendung sedikit pun. Sekarang, gadis itu bersama laki-laki yang menyetir mobilnya sendiri. Tujuan mereka sekarang adalah ke rumah laki-laki itu. Lama sekali Alca tidak mengunjungi rumah sahabatnya itu.
Alca juga sudah meminta izin Raka, dan kakak kembarnya itu memberi izin. Sebentar lagi, mereka akan sampai. Tak ada perbincangan di dalam mobil itu, keduanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Rasa pusing di kepala Alca masih terasa hingga saat ini. Sepulang sekolah tadi, Rafa mengantarnya pulang ke rumah.
***
FLASHBACK ON
Sepulang sekolah tadi ...
Jam dinding sudah menunjukkan waktu pulang. Bel sekolah juga sudah berbunyi beberapa kali, menandakan waktu bagi siswa-siswi untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Ca, mau aku anterin ke rumah dulu atau langsung ke rumah aku?" tanya Rafael lembut ketika Alca hendak turun dari ranjang UKS.
"Aku ke rumah dulu aja, sekalian ganti baju," ucap Alca.
Rafael mengangguk dan segera membantu Alca memakai jaket dan juga tasnya. Setelah itu, keduanya berjalan keluar dari UKS menuju parkiran. Di tengah perjalanan, dua orang gadis menmberhentikan langkah mereka berdua.
"Hai, Rafa. Gue anak baru di sini, hehe, salam kenal, ya. Gue denger, lo itu ketua kelas kita, jadi gue sebagai anggota baru di kelas lo mau kenalan. Kenalin, gue Dian Clarisa," cerocos gadis.
Alca memutar kedua bola matanya. "Kak, permisi, ya, kita mau pulang. Jadi jangan hadang kita dengan basa-basi kakak itu," selanya sinis kepada Dian yang merupakan kakak kelasnya, karena sekelas dengan Rafael.
"Berani banget lo anak kecil. Masih adek kelas aja udah segininya, gimana jadi kakak kelas?" sengit teman Dian, panggil saja Sabrina.
"Stop! Ayo, Ca!" Rafael menggandeng tangan Alca untuk melewati kedua gadis itu.
Dian dan Sabrina yang melihat itu hanya bisa melihat dengan iri. Percayalah, di sekolah itu, hanya Alca satu-satunya perempuan yang bisa mendapatkan perhatian khusus dari Rafael. Banyak gadis yang iri dengan Alca. Bukan hanya itu, mereka juga iri dengan kecantikan gadis itu.
Alca bukan perempuan lemah yang ketika ditindas hanya diam dan menerima serangan apa pun. Melainkan, gadis itu akan melawan mereka dengan teknik bela diri yang ia pelajari dari Raka.
Rafa membukakan pintu mobil untuk Alca dan menyuruh gadis itu masuk. Setelah itu, barulah Rafael masuk dan menyalakan mesin mobilnya.
Tujuan mereka sekarang adalah ke rumah Alca. Tidak butuh waktu lama bagi Rafael untuk sampai di rumah besar berwarna putih itu.
Setelah sampai, Alca segera turun dan masuk. Rafa juga mengikutinya dari belakang. Namun, langkahnya terhenti ketika melihat mobil sedan hitam masuk ke pekarangan rumah. Itu mobil Raka.
Raka keluar setelah memarkirkan mobilnya, lalu menghampiri Rafael yang berdiri di depan pintu. "Alca pulang sama lo?" tanyanya.
Rafael mengangguk mengiyakan.
"Oh, oke deh, ya udah masuk gih. Gue mau ganti baju bentar," ucap Raka sambil berjalan naik ke lantai dua.
Saat melewati kamar sang adik, Raka berhenti dan membuka pintu kamar Alca. Tidak dikunci. Ternyata, Alca sedang mandi. Raka menutup kembali pintu kamar tersebut dan masuk ke kamarnya sendiri.
Sudah biasa bagi Raka untuk mengecek kamar adiknya. Entah itu malam, siang, sore, atau pagi. Laki-laki itu selalu mengeceknya. Ketika berganti baju, Alca selalu mengunci pintu kamarnya dan Raka mengerti hal itu.
Sementara itu, ada Rafa di bawah sedang memainkan ponsel, menunggu Alca bersiap-siap. Tak lama, terlihat Raka turun dan duduk di sampingnya.
"Mau ke mana lo sama Alca?" tanya Raka menyandarkan tubuhnya.
"Alca mau main ke rumah gue, Bunda juga udah kangen sama dia," jelas Rafael mematikan ponselnya lalu dimasukkan ke saku celana.
"Oh gitu, ya udah. Gue kasian juga sama dia, akhir-akhir ini dia kayak kesepian banget. Mungkin karena orang tua gue jarang pulang ke rumah," duga Raka.
"Hmm, gue juga ngeliat itu, sikapnya berubah, gak seceria dulu," balas Rafael menyetujui.
"Ya, gue juga sadar itu. Ya udah deh, lo bawa aja dia ke rumah lo, siapa tau bisa ngembaliin mood-nya," harap Raka tersenyum tipis.
Rafael mengangguk, mengerti.
Tak lama, Alca turun, menghampiri Rafael dan Raka yang sedang mengobrol santai. Gadis itu memakai celana jeans dan sweater rajut berwarna merah. Rambutnya diikat satu ke atas, juga sepatu sneakers yang membalut kedua kakinya. "Ayo, Raf! Bang, Alca main ke rumah Rafa, ya?" izinnya.
"Iya, jangan malem-malem pulangnya." Raka berdiri dan mengelus puncak kepala Alca.
"Siap, Bang," jawab Alca tersenyum manis.
Raka tersenyum ke arah Alca, lalu mencubit gemas pipi tembam Alca membuat gadis itu meringis.
Rafa tertawa melihat tingkah kakak-beradik ini. Setelah itu, ia mengajak Alca untuk berangkat ke rumahnya.
FLASHBACK OFF
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...