2 - Ditinggal Sendiri

3.2K 146 0
                                    

Budayakan vote dan komen terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊

***

"Sadarlah diriku! Dia hanya sebatas sahabat untukmu."

***

SETENGAH jam berlalu dan Alca masih berkeliling-keliling dari satu rak ke rak lain untuk mencari novel yang menurutnya menarik. Rafael yang sedari tadi mengekorinya sesekali mengeluh dan menghela napas panjang, karena lelah mengikuti Alca yang belum menemukan buku yang akan dibelinya.

"Aduh Ca, lo mau beli buku apa sih emangnya?" keluh Rafael. Entah yang ke berapa kalinya ia bertanya seperti ini kepada Alca.

"Gak tau, ini masih dicari. Kamu ih, bisa diem gak? Aku lagi konsen bacain sinopsisnya nih." Alca balas menyerang Rafa.

Sekali lagi, Rafael hanya bisa menghela napas berat. Dirinya terjebak di sini bersama gadis manis yang mempunyai sifat menyebalkan naudzubillah. "Gue ada kerja kelompok, Ca," ucap Rafael mengingatkan.

Alca menatap Rafael aneh. Entah mengapa, ada rasa kecewa saat mendengar ucapan laki-laki itu barusan. "Yaudah sana gih, aku minta jemput Abang Raka aja," usirnya tidak ikhlas.

"Ya udah, gue duluan, ya? Ntar kalau udah telpon gue aja, gue jemput," ucap Rafael tidak peka sama sekali.

"Nggak usah, nggak perlu capek-capek, aku minta jemput Abang Raka aja. Kamu sana aja, ntar kalau aku minta jemput, malah ganggu kerja kelompok kamu," sindir Alca menatap buku yang ia pegang.

Dasar manusia kaku, gak peka! ucap Alca dalam hati.

"Abang lo sibuk gak?" tanya Rafael.

"Gak," jawab Alca singkat sambil melihat-lihat novel pada rak di hadapannya.

"Hm, ya udah gue duluan, ya. Lo hati-hati di sini, jangan mau diajak sama sembarang orang!" Rafael memperingati.

"Yeeeee, aku bukan anak kecil umur 5 tahun, ya!" gerutu Alca.

"Hahah, iya deh iya, gue duluan, Ca." Rafael mengacak rambut Alca sebelum meninggalkan gadis itu sendirian di antara rak-rak yang tersusun rapi dan penuh dengan buku.

Alca memperhatikan Rafael sampai laki-laki itu menghilang di balik kerumunan orang-orang. Setelah itu, Alca menghela napas berat, kecewa dengan sikap Rafa.

Walaupun mereka berdua hanya sebatas sahabat, tetapi Alca tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Ia jatuh cinta kepada laki-laki itu setahun yang lalu karena sikapnya yang begitu manis dan lembut. Namun miris, Rafael tidak menyukainya, laki-laki itu hanya menganggapnya sebagai sahabat. Hingga Alca kembali tersadar dan mengusir pikiran-pikiran itu, melanjutkan kegiatannya untuk melihat novel.

***

Tiga puluh menit berlalu, kini, Alca sudah keluar dari Gramedia dan telah mendapatkan apa yang ia mau. Dua buah novel bergenre drama dan romance. Senyum lebar terukir di bibirnya saat memperhatikan kedua novel itu.

"Duh laper lagi, beli makan dulu deh." Alca melanjutkan jalannya menuju tempat makan yang ada di mal tersebut.

Setelah sampai di tempat makan itu, Alca langsung memesan makanan dan menunggu di salah satu bangku sambil bermain ponsel. Hingga tiba-tiba, ponselnya bergetar, menandakan ada telepon masuk entah dari siapa. Di layar ponsel itu tertera nama sahabatnya, Vania Analizzi, yang akrab disapa Lizzi. Alca segera mengangkat telepon itu dan menempelkannya di telinga.

"Hai, Liz. Kenapa?" sapa Alca mengawali pembicaraan.

"Lo di mana? Temenin gue ke salon dong," pinta Lizzi di seberang sana.

"Lagi di mal, di restorannya. Ke sini aja," ajak Alca.

"Di lantai berapa?" tanya Lizzi.

"Lantai 2, tempat kita biasa makan," beritahu Alca.

"Oh okey, otw ya, Beb."

"Sip, Alca tunggu, bye."

"Bye."

Telepon diputus sepihak oleh Alca. Tak lama, makanan Alca datang dan gadis itu segera melahapnya dengan cepat. Masa bodoh dengan orang-orang yang memperhatikannya. Pertama, karena ia datang sendirian. Kedua, karena gadis itu makan seperti orang yang belum makan tiga hari lamanya. Terakhir, ia memiliki paras yang cantik dan baby face.

Setelah makanan dan minuman di hadapan Alca ludes, gadis itu ingin beranjak dari sana, namun tiba-tiba, ia teringat bahwa Lizzi akan datang ke sini untuk mengajaknya ke salon.

Alca kembali duduk dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Tangannya merogoh dompet dan mengeluarkan tiga lembar uang lima puluh ribuan. Gadis itu berdiri dan berjalan ke arah kasir untuk membayar tagihannya.

Setelah membayar, Alca kembali ke tempat duduknya semula. Sekitar lima menit ia duduk, Lizzi datang dan duduk di kursi depan Alca.

"Hai, lo makan gak ngajak-ngajak ya, awas lo!" ancam Lizzi kesal.

"Heheh, sorry baby," cengir Alca. "Aku tadi habis beli novel, karena laper makanya makan dulu sebelum pulang," jelasnya.

"Sama siapa lo ke sini?" tanya Lizzi, ya walaupun sudah bisa menebak dengan siapa Alca datang.

"Sama siapa lagi, kalau bukan Rafa, Liz?" ucap Alca.

"Tepat sasaran, udah gue tebak soalnya, hehehe," seru Lizzi menjentikkan jarinya di depan wajah.

"Hahahah."

"Em, tapi sekarang Rafanya ke mana?" Lizzi bertanya lagi dengan kening berkerut.

Pertanyaan itu membuat tawa Alca mereda. Tatapannya pada Lizzi berubah sedih. "Dia milih kerja kelompok dari pada nemenin sahabatnya ini, padahal 'kan bentar doang," ucapnya pelan.

"Hemm, jahat bener. Ya udah deh yuk! Sekarang kita jalan-jalan aja supaya lo-nya gak loyo," hibur Lizzi dengan senyum lebar.

Alca mengangguk dan ikut tersenyum lebar. Gadis itu memasukkan dompet dan ponselnya ke tas, lalu berdiri dari sana. "Yuk!" ajaknya yang ditanggapi dengan anggukan dari Lizzi.

Setelah keduanya berada di dalam mobil, ponsel Alca kembali berdering. Dari Rafael. Alca segera mengangkatnya dan diletakkan di depan daun telinganya. Alca diam, menunggu Rafael berbicara terlebih dahulu.

"Ca? Lo di mana? Udah selesai beli novelnya?" tanya Rafael.

"Pelan-pelan, kalau nanya satu-satu Rafa. Aku lagi di mobil sama Lizzi, mau ke salon nemenin dia. Udah beli novel tadi sekalian makan," jelas Alca.

"Oh, ya udah bagus deh, gue tutup, ya? Ntar gue hubungin lagi."

"Iyaa."

Rafael menutup telepon sepihak dan Alca kembali memasukkan ponselnya ke tas. Lizzi tidak bertanya, karena gadis itu sudah tahu dengan jelas siapa yang menelpon Alca.

Alca memakai seatbelt-nya lalu menengok ke arah Lizzi yang sedang sibuk bermain ponsel. Mungkin sedang menunggu chat dari seseorang. "Udah belum, Liz?" tanya Alca pelan.

"Hah? Oh udah, yuk kita jalan!" jawab Lizzi.

"Skuyyy!" sorak Alca heboh.

Lizzi menyalakan mesin mobilnya dan mobil berwarna biru navy itu keluar dari area Mal Taman Anggrek.

***

BERSAMBUNG

Prince And Princess [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang