Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 😊✨
***
"Biarlah orang mau ngomong apa, aku gak peduli. Omongan mereka cuma angin lalu bagi seorang Alca, jadi kamu gak perlu minta maaf."
***
SETENGAH jam sebelum Alca datang ke kelas, Anna sudah lebih dulu sampai dan masuk kekelas dengan wajah merah padam, karena menahan kemarahan yang kini memuncak.
"An, lo kenapa?" tanya Cinta sesaat ketika gadis itu masuk ke kelas.
"Alca mana?" tanya Anna dengan wajah yang masih menahan emosi.
Lizzi yang mendengar hal itu segera bangkit dan menatap tajam kearah Anna. "Lo tanya Alca dimana? Lo kan yang bawa dia ke belakang sekolah tadii?" teriak Lizzi seakan tidak terima kalau sahabatnya itu kenapa-kenapa.
"Heh! Diem lo! Dia tadi kesini sama cowok gue! Dasar perusak hubungan orang!" Anna tidak kalah nyaringnya saat melawan Lizzi.
"Perusak? Bukannya lo yang selingkuhin Rafa?" Lizzi tidak bisa mengontrol emosinya. Seorang gadis di sampingnya menenangkan Lizzi agar tidak ada perkelahian di kelas itu.
"Jaga mulut lo, ya! Atau–" Anna hendak menyerang, namun ucapannya dipotong oleh Lizzi yang berteriak lebih nyaring dari pada dirinya.
"LO YANG SEHARUSNYA JAGA SIKAP DAN MULUT BUSUK LO ITU!" Lizzi memperingati, gadis itu benar-benar kalap.
Untungnya, tidak ada guru di dekat situ, jadi mereka tidak akan menyelesaikan masalah mereka di ruang BK sewaktu-waktu keduanya diciduk oleh guru.
"Heh! Sudah jangan pada ribut berdua!" lerai ketua kelas yang baru saja masuk.
Anna merasa kalah dan akhirnya keluar dari kelas entah menuju kemana. Sedangkan Lizzi kembali duduk di kursinya sambil memegangi kepalanya yang terasa pening.
"Wahh gila, ngeri banget si Alca. Gue kira polos ya, sekalinya PHO, hahahah." Bisikan-bisikan aneh mulai memenuhi gendang telinga Lizzi.
"Iyaa, gak percaya gue. Apalagi ini Anna sama Rafa, mereka berdua kan sahabatan sama Alca."
"Lah iya emang? Gue baru tau kalau Anna dulu sahabatan sama Alca."
"Iya, ya ampun ngeri banget si Alca. Sampai nikung sahabatnya sendiri."
BRAK!
Lizzi menggebrak meja dengan keras, membuat kedua telapak tangannya perih dan memerah. Gadis itu menatap tajam lurus ke depan. Mendengar gebrakan tadi, seluruh kelas hening dan semua pasang mata menatap kearahnya. "Lo semua gak tau apa-apa, jadi mending diam!" desisnya dengan nada dingin dan menusuk.
Lizzi keluar dari kelas dan di sanalah ia melihat Alca dan Rafa menuju kearah kelas. Lizzi segera memanggil sahabatnya dan mengajaknya masuk.
***
"Ohh, jadi gara-gara itu, aku jadi sorotan di kelas tadi?" ucap Alca sembari mengangguk-angguk.
"Hmm." Lizzi mengangguk.
Kini, keduanya sedang berada di rumah Alca, tepatnya di kamar gadis itu. Orang tua Alca sudah pulang dari rumah sakit, dan Camila juga sudah sadar dari koma, kedua orang tua Alca kini berada di rumah sakit untuk menengok adik kecilnya itu.
"Yaudah deh, biarin aja. Aku gak merasa terganggu kok sama gosipan mereka. Aku cuma nganggap itu angin lalu," jawab Alca santai.
"Hmm, gue tau, Ca, lo terganggu. Pasti lo merasa gak terima kan dibilang perusak? Padahal bukan lo yang salah," ucap Lizzi seolah tau apa yang dirasakan oleh Alca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Novela Juvenil[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...