Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊
***
"Tuhan aku cinta dia,
tapi apakah boleh perasaan ini tercipta untuknya?"***
HUJAN deras mengguyur Kota Jakarta sejak satu setengah jam yang lalu. Mata gadis itu beralih menatap jam yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya dengan jenuh. Kedua telapak tangannya tergerak untuk memeluk cangkir kopi hangat yang berada di depannya, di atas meja.
Awalnya, gadis berambut panjang itu tidak ingin singgah di kafe ini. Namun, karena hujan turun dengan lebat, tidak mungkin ia melanjutkan perjalanan menuju rumahnya dengan membawa sepeda kesayangannya.
Tak lama kemudian, ponsel gadis itu berdering, membuatnya terkejut. Pasalnya, ia tengah melamun menatap ke luar jendela besar kafe itu. Di layar ponsel berwarna pink itu tertera nama yang sangat familiar. Dia, sahabat laki-lakinya, Rafael. Tangannya tergerak untuk mengangkat telepon tersebut dan meletakkannya di sebelah daun telinganya.
"Hallo?" sapanya pelan supaya tidak ada yang memperhatikan.
"Ca, lo di mana? Gue nyariin di rumah gak ada, jadi beli novelnya gak?" tanya laki-laki di seberang sana.
"Ih jadi. Aku lagi di kafe, kejebak hujan, nih. Kesel banget sumpah," gerutu Alca dengan bibir mengerucut.
Di seberang sana, Rafael sedang tersenyum gemas mendengar suara Alca yang sedang kesal. "Lagian udah tahu mendung malah keluyuran. Lo di kafe mana? Biar gue jemput," putus Rafael.
"Emm, di Star's Cafe. Cepetan, ya, Rafa? Karena princess Alca yang cantik ini sudah menunggu kedatanganmu," ucap Alca dengan penuh percaya diri.
Rafael memutar bola matanya malas, kemudian tertawa kecil. "Iya iya. Ya udah, gue otw."
"Okey, see you, bye."
"Bye." Rafael mematikan teleponnya dan segera melesat ke kafe dimana Alca berada.
***
Salsya Adistia POV
Lonceng kafe berbunyi, menandakan ada seseorang yang baru memasuki kafe ini. Mataku langsung ke arah pintu dan menemukan laki-laki itu–laki-laki yang menjadi sahabatku dari kecil sekaligus cinta pertama seorang Alca ini–telah berdiri di depan pintu kafe.
Itu adalah Rafa. Ya, kini, mata laki-laki itu menyorot tepat ke bola mataku, dia jalan ke arah si gadis kutu buku ini duduk dan berhenti di depan meja yang sedang aku duduki sambil termangu menatapnya.
"Udah dibayar?" tanyanya membuat lamunanku tentang dia buyar seketika.
"Hah? Oh udah, tadi udah aku bayar," jawabku sambil mengangguk cepat.
Rafael ikut mengangguk dan segera menggandeng tanganku untuk ikut sama dia. Kaget? Tentu saja! Sungguh hal ini tidak nyaman bagi jantung. Dengan spontan, aku berdiri dan mengikuti langkah panjangnya. Karena kaki-kaki pendekku ini, aku jadi agak kesusahan untuk menyamakan langkah kaki dia sama langkah kakiku sendiri. Aduh, bener-bener gak pengertian! Bisa pelanan dikit nggak, sih, jalannya?!
"Sepeda aku gimana, Raf?" tanyaku setelah masuk ke mobil Rafael.
"Tenang aja, gue udah titipin sepeda lo ke si empunya kafe," jawabnya santai sambil memasang sabuk pengaman.
Aku manggut-manggut menanggapi jawabannya yang super santai itu, walaupun berat untuk meninggalkan si Mini tersandar tidak berdaya di dinding kafe sendirian. Setelah itu, aku diam dan asyik menatap hujan yang turun semakin deras lewat kaca jendela mobil.
"Ca," panggilnya, membuatku langsung menoleh ke kanan.
"Hm?"
"Kita langsung ke Gramedia aja, ya? Gue ada kerja kelompok habis ini," terang Rafael.
Gue cuma manggut-manggut, mengerti dengan apa yang dia ucapkan. "Okey, gak papa, yang penting aku bisa punya novel baru," seruku penuh semangat. Ya iyalah, Alca itu pecinta novel nomor satu di dunia. Mungkin novel di rumahku sudah satu lemari gede. Itu juga karena aku ngoleksi mulai sekolah dasar sih ya makanya banyak, haha.
"Mau kerja kelompok apa, Raf?" tanyaku basa-basi untuk menghilangkan hening di mobil. Tangan gue terulur untuk menekan salah satu tombol radio di mobil miliknya. Rafa tidak menghentikanku.
"Kimia," jawab Rafael.
"Oh, gitu."
Rafael mengangguk saat mendengar balasan gue. Entah karena apa, tiba-tiba Rafael mengacak rambut panjangku, dan membuat aku mencebik karena kondisi rambut panjang itu sekarang sangat memprihatinkan.
"Rafa jahat! Hueeee." Aku merengek sambil mendengus kesal.
"Hahah, udah dong jangan gitu, gak jadi gue temenin nih?" ancamnya terkekeh pelan.
"Eh? Iya iya iya, gak kok gak gitu lagi. Ya udah nih Alca rapiin sendiri rambut Alca, ya." Aku mengambil sisir dari tas selempang gue dan segera merapikan rambutku sendiri.
Tak lama, aku mendengar Rafael cekikikan seperti kuntilanak saat melihatku sibuk merapikan rambut.
"Kamu kenapa? Kesambet nenek lampir, hah?" sengitku sambil melemparkan tatapan sinis ke arahnya.
"Hah? Gak, hehe." Rafael seperti menahan tawanya saat menjawab pertanyaanku.
Setelah itu, aku kembali sibuk untuk merapikan rambut panjang yang sudah kusut bak benang terlilit. Semua ini gara-gara Rafa!!
Tak lama kemudian, kita sampai di depan Mal Taman Anggrek yang di dalamnya terdapat Gramedia dengan buku-buku dari penulis-penulis terkenal.
Kami berdua turun dari mobil dan segera masuk ke mal tersebut. Saat itu, keadaan mal lumayan ramai oleh pengunjung. Karena aku gak sabar buat cepet-cepet sampai di gramedia, aku gak peduli sama Rafael yang tertinggal jauh di belakang. Bodo! Jalannya seperti siput, sangat lamban.
"Alca, Alca," panggil Rafael dari belakang seraya menahan pergelangan tanganku.
Seketika itu, jantung ini rasanya mau lepas dari tempatnya. Aku jantungan ya Allah, Astagfirullahaladzim Gusti!
"Lo kenapa ngilang-ngilang sih? Sama-sama aja jalannya. Lo ilang gue yang repot," omel Rafael yang mana, hanya aku yang bisa membuat dan menyaksikannya secara langsung. Laki-laki ini sangat dingin dan cuek di hadapan semua perempuan yang ia temui, kecuali pada sahabat perempuan super cantik dan lucunya ini.
"Iya iya, aku 'kan gak sabar, Raf." Bibirku mencebik dan menatap ke arahnya dengan murung.
"Hemm, ya udah. Ayo, lanjut jalan!" Rafael menggandeng tanganku mungkin agar sahabatnya ini gak lepas lagi dari jangkauannya. Bener-bener kaya bapak lagi jagain anaknya tau gak? Heran banget. Huhh!
Eh, tapi gak papa sih, hehe. Aku sangat senang bisa dijagain sama pangeran tampan kayak dia, ASIK! HAHAHAHAHA, KESEMPATAN EMAS ALCAA. JANGAN DILEWATKAN! WUHUUU!
***
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Roman pour Adolescents[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...