7 - Diskotik

1.9K 103 3
                                    

Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊

***

"Gue emang brengsek, tapi sebrengsek-brengseknya gue, gak pernah tuh yang namanya ngerusak cewek."
-Raka Adipati-

***

SUASANA dunia malam yang hingar-bingar, pencahayaan yang sangat minim, dentuman musik yang sangat keras, dan lampu disko mewarnai tempat para pecinta dunia malam itu.

Seorang lelaki melangkah memasuki tempat tersebut dengan beberapa temannya. Bukan pertama kali ia masuk ke tempat seperti ini, dan bukan pertama kali juga tempat yang satu ini mereka datangi.

Twins club menjadi markas mereka untuk bersenang-senang atau sekadar kumpul bareng. Klub sekaligus diskotek ini adalah milik Dion Mahardika dan Daren Mahardika yang merupakan saudara kembar. Maka dari itu diberi nama Twins club.

Dion dan Daren adalah sahabat Raka, keduanya berada di dalam kelas yang sama, dan satu lagi dari mereka bernama Farel Ananta yang juga sekelas dengan ketiganya. Sekarang, keempat laki-laki jangkung dan tampan itu menjadi pusat perhatian di dalam klub tersebut. Banyak di antaranya adalah para wanita malam.

Mereka berempat duduk di kursi khusus yang dibuat ayah si kembar untuk tamu VIP, dan mereka adalah salah satu dari tamu VIP tersebut. Saat keempatnya sudah duduk di kursi masing-masing, banyak perempuan-perempuan berpakaian minim yang datang mendekat.

Farel yang terkenal buaya di dalam klub itu, langsung menarik lengan salah satu perempuan yang menurutnya menarik dan seksi. Perempuan itu duduk di pangkuan Farel, sedangkan tangan laki-laki itu memeluk pinggang perempuan tersebut.

Ketiga sahabatnya yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng.

"Ketagihan nih bocah," ucap Raka sambil menyesap kopinya.

"Ya, gitu deh," tambah Dion.

Daren yang sedang mengedarkan pandangan, tiba-tiba terkunci dengan satu perempuan yang berdiri celingukan seperti sedang mencari seseorang. "Siapa, ya? Kayak kenal," gumamnya.

"Hah? Lo ngomong apaan?" tanya Dion yang samar-samar mendengar gumaman Daren.

Daren segera mengalihkan pandangannya ke arah Dion. "Hah? Enggak gak papa," elaknya. Tak ayal, ia kembali memusatkan pandangan ke arah perempuan tadi, tetapi ternyata sudah tidak ada di sana. Daren berusaha mencarinya, namun tidak ketemu. Mungkin perempuan itu sudah pergi.

Raka yang melihat Daren seperti itu pun bingung. "Lo kenapa sih, Ren? Nyari siapa lo?" tanyanya karena penasaran.

"Enggak. Gak nyari siapa-siapa," elak Daren lagi.

Raka mulai curiga. Tiba-tiba, pengelihatannya menangkap seorang gadis yang sangat ia kenal. Itu ... masa sih? gumamnya dalam hati. "Eh Bro, gue ke toilet bentar, ya," alibinya kepada teman-temannya.

"Yoo, hati-hati," pesan Dion.

"Awas ya, Rak, hehe," ucap Daren menimpali.

Farel? Tidak usah ditanya, ia sudah hanyut dalam nafsunya.

Raka mendekati gadis itu, penasaran. Apakah benar gadis itu adalah dia? Saat sudah dekat, Raka mengayunkan tangan dan mendaratkannya tepat di bahu gadis itu.

Sontak, gadis bergaun putih selutut itu terkejut dan menoleh ke arah Raka. Benar, dia adalah Lizzi. Perempuan yang setau Raka tidak pernah masuk ke tempat seperti ini, dan setahu Raka sangat anti dengan dunia malam. Ya, semua informasi itu ia dapatkan dari Alca, adiknya.

"Rak-Raka?" Rupanya, Lizzi sedang menangis, entah karena apa.

"Lo kenapa?" tanya Raka panik.

Lizzi terus menangis dan tidak menjawab pertanyaan Raka. Hingga Raka membawanya ke luar. Di dekat klub tersebut terdapat taman kecil yang sangat tenang, dan Raka membawanya ke sana.

Sekarang, Raka dan Lizzi duduk di bangku taman, tepatnya di bawah sinar lampu yang berfungsi menerangi jalan taman tersebut.

"Lo kenapa? Cerita ke gue! Ada yang macem-macemin lo?" tanya Raka sama paniknya seperti tadi.

Lizzi berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

Raka yang melihat itu pun segera berlari ke pedagang kaki lima yang menjual minuman, membeli air mineral untuk Lizzi. Setelah kembali, ia memberikan botol di tangannya kepada gadis yang sedang duduk di sampingnya.

Setelah Lizzi tenang, Raka mengulangi pertanyaannya. "Lo kenapa, Liz?" Suaranya begitu lembut dan halus.

Kali pertama seorang Raka Adipati bersikap manis dengan setulus hati kepada seorang gadis. Raka memang terkenal buaya, namun itu tidak berarti kalau dia akan sehalus dan selemah lembut ini kepada gadis yang tidak mengacuhkannya, seperti Lizzi.

Jika tidak diacuhkan, ya mending pergi. Toh tidak ada gunanya juga memaksakan kehendak pada orang lain. Namun, hal itu tidak berarti apa-apa bagi Raka untuk seorang Vania Analizzi.

Lizzi menatap bola mata Raka. Ada rasa tulus yang teramat dalam di sana, dan gadis itu melihatnya. "Gue di tipu, hiks." Lizzi mulai bercerita.

FLASHBACK ON

Beberapa jam yang lalu ...

Tepat jam setengah tujuh malam, Lizzi mendapat pesan dari sepupu jauhnya, Cherina Halim yang akrab di sapa Cece.

1 massage from : Cece

"Hari ini adik gue ultah, dateng, ya, An. Alamatnya di Jalan xxx Twins Club. Gue tunggu, ya, An jam 8 malem."

Mendapat undangan seperti itu, membuat hati Lizzi senang. Sudah lama juga mereka berpisah dan tidak pernah bertemu lagi sejak dua tahun lalu.

Lizzi segera mandi dan mencari baju yang pas untuk dipakai ke acara ulang tahun adik sepupunya tersebut.

Jam delapan malam, Lizzi sudah berdiri di depan tempat yang dituju. Ia datang sendirian, karena tidak mengenal siapa saja yang diundang ke pesta ulang tahun ini. Awalnya, Lizzi biasa saja. Namun, setelah melihat banyak perempuan yang memakai baju sangat pendek, ia mulai curiga. Tempat apa ini? Mana kue ulang tahunnya?

Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang hinggap di kepala Lizzi. Dirinya menjadi pusat perhatian karena memakai baju yang tidak cocok untuk dipakai di tempat seperti ini. Gaun putih yang sangat mencolok dengan renda pink yang menghiasi pinggiran gaun selutut itu.

Lizzi merasa aneh berada di dalam sana. Atmosfernya sangat berbeda dan mengerikan. Baru pertama kali ini ia melihat tempat seperti ini.

Ini tempat apa? Gue di mana? Di mana Cece? Ya ampun, apa gue salah tempat? Enggak kok, betul. Terus ini tempat apa?

Lizzi mulai menangis saat beberapa laki-laki mendekati dan menggodanya. Ia ingin berteriak, tetapi ia tahu itu percuma, tidak akan ada yang peduli. Malah dirinya dianggap aneh oleh orang-orang di situ.

Satu lagi, di tempat ini, tidak ada Cece. Entah di mana dia. Lizzi berusaha kabur dari jeratan laki-laki yang mengerubunginya. Setelah berusaha dengan sekuat tenaga, gadis itu berhasil lolos. Ia mencari tempat yang longgar dan di situlah Raka menemukannya.

Lizzi menarik napas lega, bahwa yang menepuk pundaknya adalah Raka, bukan laki-laki aneh seperti tadi.

FLASHBACK OFF

***

BERSAMBUNG

Prince And Princess [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang