Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊
***
"Jangan ganggu kenyamanan gue."
-Rafael-***
BEL sekolah berbunyi nyaring. Siswa-siswi yang tadinya jenuh di dalam kelas, langsung kembali segar dan bersemangat. Bel apa lagi kalau bukan bel pulang sekolah.
Begitu juga dengan Alca, Lizzi, dan Anna yang kini membereskan meja mereka dengan bersemangat. Setelah selesai membereskan barang-barangnya, Alca segera keluar dari kelas, menyusul kedua sahabatnya yang sudah lebih dulu.
"Tungguin dong!Main tinggal aja," seru Alca setengah kesal setelah berada di samping Lizzi.
"Lo sih, lama banget beres-beresnya," sahut Lizzi.
"Dihhh, kayak lo gak lama aja." Alca mengerucutkan bibirnya kesal.
Dari kejauhan, Alca melihat Cerry bersama Rafa berdiri di dekat parkiran sekolah. Keningnya berkerut bingung. Itukan bunda? Ngapain bunda kesini?
"Eh, gue duluan ya, bunda gue udah dateng. Bye!" ucap Alca melambaikan tangannya kepada Anna dan Lizzi.Gadis itu segera berlari ke arah parkiran.
"Bunda ngapain disini?" tanya Alca setelah berdiri di depan Cerry yang tengah memakai baju kasual.
"Jemput kamu, tadi Bunda habis belanja jadi sekalian aja jemput kamu," terang Cerry.
Alca menatap Rafa yang berada di samping Cerry. Bukannya menolong, Rafa malah tersenyum manis padanya.
"Sana, lo pulang sama Bunda lo! Gue habis ini ada kerja kelompok juga," suruh Rafa.
"Eh, Kenapa? Alca gak mau pulang sama Bunda?" tanya Cerry.
"Eh? Gak Bunda, gak gitu. Tadi Alca pengen mampir gramedia dulu sebelum pulang, tapi karena Bunda jemput, yaudah ntar aja, hehe," jelas Alca.
Cerry mengangguk-angguk dan langsung mengajak putrinya untuk ikut dengannya ke mobil. Sedangkan Rafa memilih untuk segera pulang dan beristirahat. Sungguh, lega rasanya tidak jadi menemani sahabat kecilnya pergi ke toko buku. Rafa mungkin bisa saja menolak, namun entah mengapa, dirinya tidak tega melihat wajah kecewa Alca ketika dirinya tidak mengiyakan permintaan gadis itu.
***
Sesampainya di rumah, Rafa segera pergi ke kamar dan bersantai di atas kasurnya yang empuk. Kedua matanya terpejam lama, menikmati kenyamanan di kamarnya yang serba biru laut.Saat hendak tertidur, suara notifikasi dari ponsel membuat kedua matanya terbuka kembali.
Rafa bertanya-tanya, siapa yang mengirimnya pesan itu.Tangannya meraih ponsel di atas nakas samping tempat tidurnya. Jarinya bergerak lihai di atas keyboard saat mengetik sandi pengaman ponselnya.
Pesan tersebut berasal dari nomor tak dikenal. Rafa mengernyitkan dahinya. Siapa? tanyanya dalam hati. Rafa mengabaikan pesan tersebut karena tidak mengenal siapa yang mengirim pesan itu.
Namun, tak lama kemudian, notifikasi dari ponselnya terdengar lagi. Rafa mengambil ponselnya dengan kasar. Orang gila mana yang berani mengganggu tidurnya? Rafa membalas pesan tersebut dengan biasa.
+62 34xxxxx : Haii. Ini Rafa, kan?
Rafael : Y, ni spa?
Belum ada balasan lagi selama 10 menit kedepan. Rafa mengabaikannya, dirinya lebih memilih tidur daripada harus menunggu pesan dari nomor tersebut.
***
Entah berapa lama Rafael tertidur pulas. Sampai sebuah belaian lembut di rambutnya membuat laki-laki itu membuka matanya malas, melihat siapa yang mengganggu tidur nyenyaknya ini. Hingga matanya terbuka sempurna. Tepat di hadapannya, seorang gadis duduk sambil menatapnya datar. Siapa lagi kalau bukan Alca?
"Ca? Lo sejak kapan di sini?" tanya Rafa mengucek matanya pelan.
"Lima belas menitanlah. Kamu lagi asyik tidur jadi gak berani bangunin, hehe." Alca sambil nyengir.
"Tapi gue kebangun tuh, berarti lo ganggu gue dong?" tukas Rafa tidak rela tidurnya diganggu.
"Heheh, maap." Alca melebarkan cengirannya, seolah tak merasa bersalah membuat Rafa yang menatapnya datar.
"Bangun ayo! Rafa belum makan, kan? Tadi katanya mau kerja kelompok, gak jadi?" tanya Alca.
"Gak, besok katanya. Males ah, lo aja sana makan. Gue gak mau," tolak Rafa.
Alca menarik lengan Rafa untuk segera turun dari kasur.
Rafa mengerang malas karena dipaksa untuk beranjak. "Caaaaa, gue gak mau. Lo aja," tolaknya sambil melepaskan genggaman Alca dari tangannya.
Mendapat perlakuan seperti itu, membuat senyum Alca memudar. Gadis itu kesal. Dengan cepat, ia keluar dari kamar Rafa dan turun ke lantai satu.
Rafa menengok ke arah pintu dan menyapu bersih ruangan biru itu dengan matanya. Alca sudah keluar dari kandangnya, membuatnya duduk dan merenung. Apakah ia melakukan kesalahan pada gadis itu? Apa gadis itu marah kepadanya? Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Entah mengapa ia mendapat firasat kalau Alca marah kepadanya.
Rafa beranjak dari kasur dan segera turun. Melangkahkan kakinya menuju ruang makan dan menemukan kedua orangtuanya, juga Alca yang sudah duduk di kursi masing-masing.
"Kamu ya! Disuruh makan aja susah banget," bentak Rina saat melihat putranya itu.
"Namanya ngantuk, Nda," ucap Rafa yang segera duduk di kursi samping Alca. Menatap wajah gadis itu yang tanpa ekspresi saat mengoleskan selai coklat di atas roti.
"Kenapa kamu, Rafa?" tanya Ayah Rafa.
"Hah? Gak papa," geleng Rafa.
"Gak usah diladenin, Ca. Biarin aja, diemin. Siapa suruh gak mau bangun pas dibangunin," hasut Ayah Rafa.
Ya, Alca menceritakan semuanya saat membangunkan Rafa tadi kepada kedua orangtua Rafa. Gadis itu tertawa kecil saat mendengar desahan dari mulut Rafa.
"Ca, habis ini ke kamar gue, ya? Gue mau ngomong," ucap Rafa lalu kembali ke kamarnya.
Alca hanya mendengarkan, tidak menjawab. Hanya mengiyakan permintaan Rafa dalam hatinya.
Abdy dan Rina yang menyaksikan itu tertawa pelan, melihat Rafa yang kesal dengan mereka semua. Alca juga ikut tertawa melihat cemberut di wajah Rafa tadi. Sangat menggemaskan.
-Bersambung-
Jangan lupa vote ya 🙌🏻😄
Supaya authornya rajin update dan semangat buat ceritanya 😄✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Fiksi Remaja[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...