Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊
***
"Lo gak akan pernah tau, Liz. Sakitnya terjebak didalam Friendzone. Ketika lo liat dia lagi sama orang lain dan lo gak bisa nyuruh dia buat jauhin orang lain itu karena lo gak punya hak apa-apa sama dia."
-Salya Adistia-
***
TIDAK sampai 30 menit, mereka sudah sampai di tempat bermain tersebut. Timezone, sebuah tempat hiburan arkade yang bisa dimainkan dari usia anak-anak sampai orang dewasa. Pada sore itu, di tempat tersebut tidak terlalu ramai, dan mereka bisa leluasa untuk memainkan banyak game tanpa menunggu.
Anna sangat senang karena Rafa mengabulkan keinginannya untuk bermain di sini, namun tidak bagi Alca yang keinginannya langsung ditentang oleh Rafa dengan mengabulkan keinginan Anna.
Gadis berambut panjang yang diikat ponytile itu hanya duduk diam di kursi samping mesin minuman. Alca merogoh tasnya untuk mengambil ponselnya dan memainkannya.
Lizzi yang melihat sahabatnya duduk lesu di kursi segera mendekat dan duduk di sebelah gadis itu. "Gak mau ikutan main, Ca?" tanya Lizzi.
"Gak, kamu aja sana," tolak Alca tanpa menoleh.
"Hemm, gue males. Lo mau pulang?" tawar Lizzi.
"Gak, biar aku pulang sama Rafa aja. Kamu kalau mau pulang duluan aja gak papa," jawab Alca.
Lizzi diam, tidak berbicara lagi setelah itu. Dirinya sibuk memperhatikan Anna dan Rafa yang asyik bermain bola basket. Mereka sedang berlomba untuk memperebutkan nilai tertinggi.
"Raf, lo udah berapa?" tanya Anna yang ngos-ngosan karena terlalu lelah untuk melompat-lompat guna memasukkan bola basket kering.
"Tiga puluh, lo?" Rafa balas bertanya.
"Yahhh, ketinggalan setengah poin deh gue. Lima belas nih, hehehe."
Rafa tersenyum singkat lalu kembali melemparkan bola terakhirnya. Poinnya menjadi 31 dan waktu permainan habis. Tak lama,dari mesin bola basket keluar beberapa tiket yang bisa ditukar dengan hadiah di Timezone.
"Dapat berapa?" tanya Anna antusias.
Rafa menghitung tiket yang jumlahnya sama dengan poin bola masuk kering, 31. Sedangkan milik Anna hanya 15 tiket.
"Tiga puluh satu. Lo lima belas, ya?" tebak Rafa.
"Hehe, iya nih. Lo jago banget main basket. Atlet, ya?" tebak Anna.
Rafa menggeleng pelan. "Gak sih, cuma suka aja main basket."
Anna ber-oh-ria mendengar jawaban Rafa. Setelah itu, mereka segera bermain arkade yang lain untuk mengumpulkan banyak tiket dan ditukarkan dengan sesuatu yang berharga.
Jam sudah menunjukkan pukul setengah lima sore. Alca harus segera pulang karena Gramedia akan tutup tepat jam lima sore. Gadis itu berjalan kearah Rafa dan menepuk pundak laki-laki itu. Rafa tidak mengacuhkannya karena sibuk bermain, sedangkan Anna seperti pura-pura tidak tahu dan ikut tidak mengacuhkan Alca.
Dada Alca sesak. Gadis itu mengatur napasnya untuk meredakan sesak di dadanya. Lizzi yang masih berada dikursi tidak menyadari hal itu. Gadis itu sibuk bermain ponselnya untuk melihat barang-barang baru dari brand favoritnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...