Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊
***
"Tak ada yang bisa menggantikan posisi orangtua di hati seorang anak. Cinta dan kasih sayangnya juga sangat istimewa, tidak ada yang bisa menandinginya."
***
KAMAR tidur ber-cat merah muda bercampur magenta, tepat di atas kasur, seorang gadis terbaring lesu sambil merenungkan sesuatu. Genggamannya tidak lepas dari ponsel berwarna pink tersebut.
Ia sedang menunggu chat dari sahabatnya sekaligus orang yang menjadi cinta pertamanya. Rafael Radcliffe. Sudah satu jam lebih lima belas menit gadis itu menunggu balasan dari Rafael, namun sepertinya laki-laki itu mempunyai kesibukan lain yang lebih penting, dari pada dirinya.
Tak lama, terdengar suara notifikasi dari benda pipih tersebut. Dengan secepat kilat, Alca melihat siapa pengirimnya. Sempat ada rasa senang dalam hatinya dan menebak kalau itu Rafa. Namun, harapannya sia-sia karena chat tersebut berasal dari sahabatnya, Anna.
Annalies : Alca!!
Annalies : Heii babyy!!
Salsya : Hadir aku. Kenapa An?
Annalies : Gimana? Dapet gak nomornya?:D
Salsya : Sorry, An. Dia gak mau nomornya kesebar jadi aku nggak enak mau maksain.
Salsya : Maaf banget, ya
Annalies : Yahhh:(
Annalies : Gitu, ya? Ya udah deh gak papa:D Ntar gue usaha sendiri
Salsya : Oke sip.
Ntah kenapa pembicaraan melalui chat itu terasa sangat mengganjal di hati Alca. Seperti akan terjadi sesuatu tak lama lagi. Apakah Anna akan berhasil mendapatkan nomor Rafa dan mereka akhirnya PDKT lalu jadian?
TIDAK!! Itu tidak boleh terjadi. Alca harus apa jika hal semacam itu terjadi di hidupnya? Bisa potek berkali-kali hatinya nanti.
Alca menggeleng pelan dan menyingkirkan segala ke-overthingking-an yang terus menggentayangi kepalanya. Gadis itu kemudian bangkit dari kasur dan menuju lantai dasar. Menyiapkan makan malam sebagai kejutan untuk orang tuanya yang sebentar lagi datang.
"Mau ngapain lo, Ca?" tanya Raka melihat Alca sedang sibuk di dapur.
Alca tidak melihat ke arah Raka, ia sibuk memotong-motong sayuran yang akan dimasaknya. "Yang Abang liat sekarang aku lagi ngapain? Masak, 'kan?" jawab Alca sarkas.
Raka dongkol dibuatnya. Sebenarnya laki-laki itu pun tidak peduli dengan apa yang dibuat oleh adik kembarnya yang kurang ajar, Raka hanya ingin bertanya kepada Alca, sekedar membuka mulutnya yang sudah terkunci rapat setelah pulang dari sekolah karena tidak ada yang bisa ia ajak bicara. Raka berlalu pergi dan duduk di sofa ruang tengah, lalu menyalakan televisi.
Sedangkan Alca terlihat sangat sibuk bereksperimen di dapur. Mencampurkan bahan-bahan makanan untuk membuat sesuatu yang menurutnya enak. Gadis itu belajar masak dari sang bunda.
Cerry, bunda si kembar, pintar dan gemar memasak. Dia tidak ingin asisten rumah tangganya yang memasakkan makanan untuk suami atau anak-anaknya jika dirinya berada di rumah. Karena ketika Cerry berada di rumah, dapur adalah miliknya dan tak seorang pun boleh masuk. Dapur bagai istana untuknya, dan Cerry adalah ratunya. Tempat ia membuat sesuatu dengan penuh cinta untuk keluarganya.
Satu jam tiga puluh menit, Alca sudah selesai dengan semua hidangannya. Sepuluh menit lagi, ayah dan bunda akan pulang dan mereka akan menikmati makan malam bersama, secara lengkap.
Alca memutuskan untuk berganti baju, untuk menyambut kedatangan orang tua tercinta. Gadis itu turun ketika dirinya sudah siap. Tubuhnya terbalut gaun sederhana berwarna merah muda dengan renda hitam. Gaun hadiah dari bunda saat ulang tahunnya. Dibuat dengan tangan Cerry sendiri, rancangan dan semua bahan yang semestinya belum jadi, akhirnya menjadi gaun merah muda indah yang cocok dengan tubuhnya.
Sebentar lagi, orang tuanya akan pulang. Alca sudah berada di ruang tengah, duduk di samping Raka yang sibuk dengan tontonannya.
Raka yang melihat Alca berpakaian sangat rapi pun segera bertanya. "Lo kenapa pake baju begituan?"
"Ihhhh, Abang. Alca itu mau menyambut kedatangannya Ayah sama Bunda. Makanya Alca pakai baju kayak gini, hehe," jelas Alca.
"Ayah sama Bunda kapan pulang? Berapa menit lagi?" tanya Raka.
"Lima menit lagi." Alca melirik jam yang melingkar manis di pergelangan tangannya.
Raka terlihat mengangguk-angguk mengerti. Tak lama kemudian, sebuah mobil berhenti di depan rumah mereka. Alca segera keluar dan melihat mobil sedan milik ayahnya, berhenti di teras rumah.
Hingga keluarlah Cerry beserta Rio juga Camila, yang merupakan adik perempuan Alca dan Raka yang masih berumur lima bulan.
Camila Anviana Adistia adalah anggota baru di keluarga mereka beberapa bulan yang lalu. Cerry dan Rio harus membawa anak bungsu mereka itu. Karena jika ditinggalkan, Cerry tak yakin jika Alca dan Raka bisa mengurus Camila dengan baik. Bukannya tidak percaya dengan kedua anaknya, tetapi Cerry mengkhawatirkan sekolah kedua anak kembarnya itu.
Senyum Alca merekah. Raka yang baru saja keluar pun ikut tersenyum bahagia menyambut kedatangan kedua orang tuanya.
Alca turun ke tanah dan langsung mengambil alih Camila dari gendongan Cerry. Gadis itu memeluk erat adik kecilnya dengan penuh rasa sayang dan rindu yang berat.
"Kalian baik-baik aja 'kan di rumah?" tanya Cerry mengkhawatirkan kedua anaknya.
Alca mengangguk sambil tersenyum manis kepada sang bunda. "Kami baik-baik aja, Bunda. Kalian gimana?"
Rio mengelus sayang kepala Alca sambil tersenyum lembut kepada sang putri. "Baik, Sayang. Kita masuk, yuk! Dingin di luar."
Mereka semua masuk. Alca segera mengarahkan mereka ke ruang makan, dan tak lama kemudian, keluarga kecil itu melaksanakan makan malam dengan penuh kegembiraan. Rasa rindu yang membakar hati mereka, kini telah padam dan terbayarkan.
Raka juga. Lelaki itu diam-diam menyimpan rindu yang sangat besar kepada orang tua yang sangat berarti baginya.
Semua rasa rindu sudah terbayar, dan malam ini, mereka semua memakan masakan Alca dengan sangat lahap. Tawa dan gurauan menghiasi malam iti. Sungguh bahagia sekali rasanya.
-Bersambung-
Jangan lupa vote ya 🙌🏻😄
Supaya authornya rajin update dan semangat buat ceritanya 😄✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Ficção Adolescente[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...