Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 😊✨.
***
"Sini duduk di sampingku, ceritakan semua yang membuat hati kamu sesak dan sakit, aku yakin kalau diriku bisa jadi pendengar yang baik untuk semua cerita hatimu."
***
HALAMAN belakang tampak sepi sore itu. Ya, karena anak-anak yang main disana sudah beranjak dewasa dan sudah jarang untuk bermain. Sepertinya, mereka tidak merindukan halaman belakang itu, namun halaman belakang itu merindukan tiga orang anak yang dulu sering bermain disana.
Alca dan Rafa kini duduk di sebuah ayunan kayu yang baru saja dibikin ulang oleh dirinya dan kakak iparnya, Roni. Dulu, ayunan ini memiliki warna selaras dengan batang pohon yang ada di sampingnya. Sampai sekarang, pohon itu tidak ditebang dan dibiarkan tumbuh rimbun disana. Kini, ayunan coklat kehitaman tersebut berubah menjadi warna biru langit.
"Udah berapa lama ya kita gak main ke sini?" tanya Alca membuka suara.
"Ntah, intinya sudah lama banget," jawab Rafa.
Alca berdiri, lalu berjalan menuju pohon besar yang kini sedang memayungi dirinya dari panas matahari sore. Gadis itu duduk di bawah pohon tersebut, di atas rerumputan hijau yang bersih.
Melihat hal itu, Rafa juga ikut duduk di samping Alca.
Alca memperhatikan Rafa yang kini duduk di sampingnya sedang memasang wajah sendu. "Cerita sama aku, semua yang ada di hati kamu, semua yang ganggu pikiran kamu. ku bakal berusaha jadi pendengar yang baik buat kamu, Raf."
Rafa memilih berbaring di pangkuan Alca, membuat gadis itu sedikit terkejut. "Ntaran, habis ini gue cerita."
"Hmm." Alca kini berusaha menahan debaran jantungnya yang kian cepat dan terasa seperti ingin melompat keluar.
Alca merasakan angin kencang menampar lembut wajahnya dari samping. Ia sangat merindukan suasana ini. Suasana yang dulu sering ia rasakan bersama dengan Rafa dan Raka.
"Ca," panggil Rafa.
"Ya?" jawab Alca.
"Gue kayaknya salah mencintai orang deh, iya, kan?" tanya Rafa.
"Hm? Gak kok, kamu pantas mencintai siapa aja, Anna yang gak pantas nerima cinta kamu," tukas Alca.
"Gue gak percaya dia beneran selingkuh di belakang gue," ucap Rafa lagi.
Alca diam sejenak, bingung harus berkata apa.
"Lo gak harus ngomong apa-apa kok, Ca. Lo mau dengerin aja gue udah senang," lanjut Rafa seolah mengerti isi pikiran Alca.
Alca tersenyum sendu, tangannya bergerak untuk mengusap rambut Rafa.
"Gara-gara satu yang pergi, gue jadi gak mudah percaya lagi sama cewek," ucap Rafa malas.
Kening Alca berkerut. "Aku cewek, tapi kamu masih percaya tuh sama aku."
"Kecuali lo, lo tuh beda. Jangan samakan diri lo sendiri dengan perempuan yang lainnya." Ucapan Rafa seketika membuat pipi Alca bersemu merah.
Alca mengalihkan pandangannya.
Rafa yang menyadari hal itu langsung duduk dan menatap gadis di depannya.
"Rafa ih, jangan buat ku salting!" teriak Alca.
"Sssttt, gak ada hari tanpa teriak ya lo emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Ficção Adolescente[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...