Budayakan vote terlebih dahulu sebelum membaca 🙌🏻😊
***
"Cerita sama kamu itu bikin aku seperti tertarik kembali ke waktu dimana kita selalu menghabiskan waktu bersama dan seperti mengingatkan gue indahnya dunia persahabatan tanpa adanya rasa cinta sedikitpun."
***
ANGIN berembus kencang menerpa wajah gadis cantik itu. Untung saja, ia memakai helm jadi rambutnya tidak terlalu berhamburan keluar. Alca berniat memotong rambutnya nanti saat akhir pekan karena rambut coklatnya itu sudah sangat panjang hingga di bawah pinggang.
Kini, Alca berada di atas motor besar milik Rafa. Cowok itu mengajak Alca pulang karena bundanya yang menyuruhnya membawa Alca kerumah untuk makan siang. Bukan hanya Alca, namun Raka juga, tetapi sepertinya laki-laki itu akan pulang bersama dengan Lizzi.
Tak lama kemudian, hujan turun rintik-rintik. Lama-kelamaan hujan tersebut menjadi deras dan lebat. Angin kencang bertiup menerbangkan rambut Alca yang tidak tertutup helm.
Rafa memilih untuk berteduh sebentar di depan sebuah kafe.
"Duhh pake kehujanan segala lagi," keluh Alca sembari melepas helmnya dan memperhatikan bajunya yang basah sebagian.
"Hmm, gak bawa jaket?" tanya Rafa.
"Enggak," jawab Alca.
Rafa melepas jaket yang ia pakai lalu menyampirkannya di bahu Alca untuk menutupi baju gadis itu yang terlihat tembus pandang karena basah. "Kenapa?" tanya Alca yang sepertinya tidak tahu akan hal itu.
"Udah, pake aja," jawab Rafa yang terlihat seperti orang salah tingkah. Ia tidak melirik ke arah Alca saat mengatakannya.
"Emang kamu gak kedinginan?" tanya Alca.
"Udah lah pake aja, baju lo basah," jawab Rafa.
"Tapi gak sebasah–" Ucapan Alca terhenti saat ia melirik bajunya yang basah dan menyadari kalau seragamnya tembus pandang jika terkena air.
Rafa hanya diam memandangi Alca yang sepertinya sudah mengerti mengapa ia menyuruh gadis itu memakai jaketnya. Cowok itu tertawa kecil melihat perubahan ekspresi Alca yang menurutnya sangat menggemaskan. Ekspresi malu bercampur bingung.
"Oh ok, jaket kamu aku pake," ucap Alca dengan semburat merah yang mewarnai kedua pipinya.
"Iya, Ca kita masuk kafe yuk! Dingin di luar, sekalian gue mau tanya soal Anna yang tadi," balas Rafa memberikan saran.
Alca hanya mengangguk. Gadis itu mengikuti Rafa yang lebih dulu berjalan masuk. Bunyi lonceng di atas pintu kaca membuat perhatian orang di dalam kafe mengarah ke mereka. Hanya sebagian, tidak semua.
Alca dan Rafa duduk di pojok ruangan agar dapat menikmati indahnya hujan, di samping jendela kaca besar yang tidak ditutupi gorden sama sekali. Gadis itu memandangi hujan yang turun dengan derasnya di luar sana. Teringat masa-masa kecilnya bersama dengan Rafa dan Raka dulu.
"Permisi, Kak, mau pesan apa?" tanya seorang pelayan perempuan yang barusan datang ke meja mereka.
Alca melirik name tag yang ada di sebelah kanan atas baju pelayan itu. Cherina Halim.
"Hot Cappucino satu, lo apa, Ca?"tanya Rafa kepada Alca setelah menyebutkan pesanannya.
"Emm aku milk tea pakai boba," ucap Alca.
"Milk tea-nya hangat atau dingin?" tanya pelayan itu.
"Yang hangat aja, Kak," jawab Alca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince And Princess [SUDAH TERBIT]
Teen Fiction[TELAH TERSEDIA DI SHOPEE TOKOBOOK.COM03] "Lo itu satu-satunya sahabat cewek gue. Jadi please, jangan tinggalin gue, Ca! Gue mohon." Ucapan itu sontak membuat tubuh Salsya terpaku di tempat. Ia begitu terkejut mendapatkan pengungkapan yang disertai...