Kedua insan yang memiliki sikap yang bertolak belakang disatukan dalam sebuah ikatan sakral yang disebut pernikahan.Kainandra Kevin Achiles dan Alafandy Krystall Elxiana.
Terlibat dalam perjodohan antara dua keluarga hanya untuk mengikat tali kedeka...
Gak mungkin! Itu gak mungkin terjadi! Diantara beribu orang yang hidup di Jakarta, kenapa harus dia?! Suami-- ups maksudnya calon mantan suamiku?!
"Hallo, Tal?! Kamu masih disitu 'kan?"
Astaga, aku lupa bahwa teleponku dengan Kai masih tersambung, ditambah Minho yang ada di depanku sedang menatapku heran.
Aku menarik nafasku, menyiapkan mental untuk berbicara dengannya baik-baik dan berharap Kai tidak menyadari bahwa Jeno adalah anaknya.
"Iya, masih. Bisa kasih alamat kamu atau kita ketemuan di Cafe aja? Tolong balikin Jeno!"
"Alamat aku masih sama, Tall--"
Aku dengan cepat memotongnya karena tidak ingin bertemunya di rumah itu "aku mau ketemuan di Senja Cafe aja. Sekarang! Aku lagi di deket situ"
"Oh okey deh"
Tuttt
"Gimana, Tal? Itu orang yang nemuin Jeno?" Tanya Minho dengan khawatir membuatku tersenyum.
"Gapapa kok, No. Jeno baik-baik aja, nanti dia dianter ke Senja Cafe " Jawabanku membuat Minho menghela nafasnya dengan lega, Minho sangat menyayangi Jeno sedari aku masih mengandung Jeno. Bahkan, katanya ia menyukaiku karena Jeno. Jeno yang terlebih dulu membuatnya jatuh cinta, rasa ingin menjaga dan melindungi sebagai Ayah tumbuh saat dia bersama Jeno.
Dengan sigap Minho menggandeng tanganku untuk masuk ke dalam mobilnya, aku yang terkejut bukan main bahkan jantungku berdegup dengan kencang saat melihat tangan kami yang bergandengan.
"Ayoo, Tall! Masuk mobil. Mau gandeng aku sampe kapan? Nanti Jeno marah loh karena nunggu lama" goda Minho membuatku buru-buru melepaskan tangannya. Huh! Kuyakin pipiku sudah merah seperti tomat.
Minho terus tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya membuatku cemberut maksimal. Aku lebih memilih masuk ke dalam mobil daripada harus meladeni tertawanya yang cukup menyebalkan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Jangan ngambek, Mama Jeno. Nanti makin cantik loh" goda Minho semakin menjadi-jadi membuat tanganku terulur untuk mencubit lengan berotot milik Minho.
Minho meringis, cubitanku memang sangat pedas "aduh, ampun Tall! Aku gak ketawa lagi deh"
"Mangkanya jangan godain aku terus, ayo jalan!"
Minho menjalankan mobilnya dengan pelan, aku menatap ke arahnya yang kini tengah fokus menyetir.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
