Rindu Senin Pagi | 01

1.4K 64 5
                                    

Hai, Ini adalah cerita ke empat yang saya publish di Wattpad. Cerita kali ini sedikit berbeda, karena terinsipirasi dari kisah nyata.

Support saya dan cerita-cerita saya dengan Vote, Share, dan Follow akun saya. Follow juga Instagram saya: Rizardila...

Terima kasih, dan Selamat membaca tiap susun kata yang saya buat menjadi makna :)

--

Aku Starla Amanda, biasa dipanggil Nur. Iya, maksudnya, Nur sering memanggilku, dengan sebutan Lala. Usiaku kini sudah dua puluh lima tahun. Jika kamu belum seusiaku, kamu harus tahu, hidup itu banyak indahnya. Meski kadang hidup terasa tidak adil, tapi percaya denganku, kamu enggak perlu mengeluh tentang hal ini dan hal itu. Semua berjalan sesuai yang direncanakan, kamu hanya perlu menikmatinya dan mentertawakannya.

Saat ini, pagi, di tahun dua ribu dua puluh, secara tiba-tiba, aku ingat-ingat lagi kehidupanku di tahun dua ribu sebelas. Saat aku masih kelas dua sekolah menengah atas, saat aku merasa hidup sangat menyebalkan, saat aku merasa indahnya cinta tidak untuk orang-orang yang tidak cantik sepertiku.

Namun, bukan itu yang sengaja kuingat. Tapi, soal kehidupanku yang berubah saat melewati tahun itu. Hidup yang tadinya terasa sepi dan tidak berarti, berubah menjadi hidup yang kulewati dengan senyum dan tawa.

Perubahanyang terjadi karena seorang manusia yang tiba-tiba datang dalam ke hidupanku ditahun itu. Perubahan yang terjadi sebab Bintang. Temanku yang selalu membuatkurindu senin pagi.

--

Sial sekali. Di hari pertama memasuki kelas sebelas, aku yang tidak kebagian kursi di bagian belakang terpaksa untuk duduk di bagian depan seorang diri. Meski bukan di paling depan, yaitu satu bangku di belakang kursi paling depan. Namun sama saja, posisi ini mudah sekali terlihat oleh guru. Aku juga bukan orang yang senang belajar, maka bisa kuprediksi tahun ini aku akan mendapat banyak masalah sebab duduk di kursi bagian depan.

Tak lama setelah aku duduk, seorang pria tiba-tiba meletakkan tasnya di samping kursiku. Dia adalah Bintang, aku mengenalnya karena dia teman sekelasku di kelas sepuluh. Selama sekelas dengannya, aku tidak pernah bicara dengannya. Semua perempuan di kelasku juga pernah bilang kalau Bintang sangat cuek.

"Perasaan, kursi lain masih ada yang kosong, kenapa lu duduk di sini?"

Bintang yang baru saja duduk, menoleh ke arahku sambil melepas earphone-nya yang sedari tadi ia pasang.

"Hah?"

Sepertinya ia tidak mendengar ucapanku. "Kursi lain masih ada yang kosong, emangnya harus banget duduk sebangku sama gue?"

Bintang tidak berhenti menatapku. Ia tidak menjawab dalam beberapa detik hingga akhirnya ia membuka mulutnya dan "Haaaah?!" Ledeknya dengan ekspresi yang songong.

"Hah heh hah heh aja lu! Lu kira gue keong?!" Kataku kesal.

Ia memasang lagi earphone yang sejak tadi ia pegang, lalu mengambil ponsel dari saku celananya dan memainkannya. Ia menghiraukanku. Luar biasa menyebalkan. Aku yang emosi segera menggeser sedikit kursiku menjauh darinya, lalu tidur di atas meja dengan tangan terlipat sebagai bantal. Ini awal yang buruk untuk hari pertama kelas sebelas.

Ia mendengarkan musik dengan sangat kencang, sampai-sampai aku bisa mendengar apa yang sedang ia dengarkan mengenakan earphone-nya. Sepertinya lagu rock. Kecang sekali suaranya. Aku biarkan saja, mungkin ia memang senang mendengarkan musik itu.

Tak lama ia memukul-mukul meja dengan tangannya. Kakinya juga bergerak-gerak seolah-olah ia sedang bermain drum. Aku yang sedang menidurkan kepalaku di atas meja merasa sangat terganggu. Ia berisik sekali.

Rindu Senin PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang