Aku kembali bersekolah. Kini aku menjalani hidup yang baru sebab tidak lagi berharap pada laki-laki yang pernah dekat denganku di kelas sepuluh. Aku sedih kemarin, setelah sedihku reda karena Bintang yang telah menenangkanku namun nyatanya di malam hari, kesedihan itu muncul lagi.
Aku tidak bisa tertidur dengan tenang. Pikiranku terus tertuju pada Fajar. Aku masih tidak bisa menerimanya. Aku menyayanginya, dan berharap untuk memilikinya. Namun Fajar tidak memiliki perasaan yang sama denganku. Aku masih belum bisa menerima itu. Hatiku begitu sakit saat menyadari aku tidak bisa bersamanya.
Untungnya, hari ini, suasana di kelas lebih seru dari sebelumnya. Bintang yang dulu jarang bicara, kini sudah banyak bicara. Aku sering bercanda-canda dengannya di kelas. Aku senang duduk sebangku dengannya. Selain bisa membantuku menyelesaikan tugas-tugas sekolah, Bintang juga membantuku menyelesaikan permasalahan hati.
Awalnya memang terkadang aku masih memikirkan tentang Fajar. Memikirkan hal-hal yang dulu pernah aku lewati dengannya. Duduk sebelahan, makan bersama di kantin, dan diantar pulang olehnya. Namun Bintang selalu bisa membuatku melupakan tentang itu.
Aku rasa bukan hanya aku yang merasa senang berteman dengan Bintang. Abas juga demikian.
Setelah merasa hidupnya nyaman di sekolah, seolah untuk berbalas budi atas kebaikan Bintang, Abas sering sekali membelikan Bintang makanan. Ia tahu, kalau abas sangat senang dengan risol mayo pedas yang dijual oleh Pak Jum di kantin.
Saat istirahat, Abas membelikan Bintang risol mayo pedas tersebut, lengkap dengan segelas es teh manis. Padahal Bintang tidak pernah meminta. Dari yang aku lihat, Bintang ini cukup mandiri. Ia bukan tipe orang yang senang menyusahkan orang lain. Jika ia mau risol mayo pedas, ia pasti membelinya sendiri ke kantin. Tidak menyuruh-nyuruh orang lain.
Awalnya Bintang menolak saat dibelikan itu, namun terpaksa ia menerimanya karena sudah terlanjur di beli. Sayang sekali jika makanan sudah dibeli, namun tidak ada yang memakannya. Apalagi makanan itu adalah salah satu makanan kegemarannya.
--
Hari berjalan, Abas selalu memberikan sesuatu pada Bintang di jam istirahat. Terkadang aku melihat Abas membelikannya roti. Abas juga pernah membelikan Bintang goreng-gorengan. Padahal Abas tau, kalau bintang selalu membawa bekal ke sekolah. Namun, entah apa yang ada di pikirannya. Ia terus membelikan sesuatu pada Bintang di jam Istirahat.
Hampir semua orang kini segan dengan Bintang dan Abas. Bintang seolah dijadikan raja oleh Abas. Apa yang Bintang mau, Abas berusaha belikan. Padahal Bintang tidak pernah meminta. Namun Abas begitu baik pada Bintang.
Terkadang, aku juga ikut merasakan kebaikan Abas. Jika suatu waktu Abas membeli makanan, dan Bintang sudah kenyang, setengah makanan itu diberikan padaku. Katanya, sayang kalau enggak dimakan. Enggak baik juga kalo kita enggak makan pemberian orang. Aku cukup senang saat ia memberikannya padaku. Padahal, aku tidak pernah membantunya saat ia diganggu oleh orang-orang itu.
Seperti yang terjadi siang ini di jam istirahat, Abas membelikan Bintang sate ayam dengan lontong. Namun, Bintang sudah membawa bekal.
"Sate ayam?" Tanyanya pada Abas. "Kok tumben makanan berat?"
"Gapapa." Balas Abas singkat.
"Ini, makan aja." Kata Abas sambil menyodorkan makanan itu pada Bintang.
"Emang lu udah makan?"Bintang nanya.
"Udah." Jawab Abas. Ia meletakkan makanannya di atas meja Abas. Lalu duduk menghadap depan sambil memainkan ponselnya.
Bintang terdiam sesaat. Lalu ia menggeser kotak makan yang ia bawa dari rumah ke depanku. "Lu makan bekel gue, La."
"Loh?" Aku terheran. Baru kali ini ia memberikan bekalnya untukku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rindu Senin Pagi
Roman d'amourKisah ini terinspirasi dari kisah nyata. Kisahku, perempuan bodoh yang terpaksa duduk sebangku dengan laki-laki pintar yang menyebalkan. -- Aku mencarinya di dalam tas, semua isi tas kukeluarkan dan kuletakkan di atas meja. Namun tetap tidak ada. Ak...