Rindu Senin Pagi | 02

475 41 2
                                    

Hai, terima kasih yang sudah baca dan vote bab 1. Support cerita saya dengan vote, share, dan follow ya. follow juga ig saya: Rizardila

--

"Tadi gue diomelin Bu Farah gara-gara enggak ngerjain pr." Kataku di depan kelas saat jam istirahat.

"Hahaha. Kenapa enggak lu contek si Bintang?"

"Gimana mau nyontek, Nur. Dia aja setiap hari diem doang kayak tembok."

"Ya lu ajak ngobrol, dong."

"Ah enggak mau ah. Gue pernah ngajak ngobrol, jawabannya ngeselin banget. Males gue ngajak ngobrol dia lagi."

"Hahaha, yaudahlah, nanti juga lama-lama akrab. Sekarang mending kita ke kantin." Ia menarik tanganku untuk berjalan ke kantin.

Kehidupanku di sekolah saat ini terasa tidak menyenangkan. Aku rindu duduk sebangku dengan Nur. Meskipun ia tidak terlalu pintar, setidaknya ia selalu membantuku menyelesaikan tugas-tugas sekolah.

Aku menghabiskan waktu istirahat dengan memakan semangkuk bakso bersama dengan Nur di kantin.

"Oh iya, tadi pagi Fajar nyariin lu, udah ketemu?" Tanyanya.

Di akhir kelas sepuluh, aku sering sekali makan berdua dengan Fajar di kantin. Seperti yang kuceritakan tadi, kami memang sedang dekat, Fajar juga cukup perhatian denganku. Namun hubungan kami hanya sebatas teman. Padahal, kami sudah saling mengenal selama satu tahun. Di kelas, kami juga sering duduk berdua untuk bicara dan bercanda-canda. Namun sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana perasaannya padaku.

Fajar ini hampir mirip denganku. Sama-sama bukan orang yang rajin belajar. Kami sering sama-sama dihukum karena tidak mengerjakan tugas. Itu adalah salah satu hal yang membuat kami dekat. Meskipun begitu, bagiku Fajar sangat baik. Ia sering menemaniku makan ke kantin, ia juga sering mengantarku pulang dengan sepeda motornya.

"Belum. Ada apa emang?"

"Enggak tau, dia enggak ngomong apa-apa, cuma nanyain lu doang." Jawabnya. "by the way, gimana hubungan lu sama Fajar? Ada perkembangan enggak?" Tanyanya.

"Masih gitu-gitu aja."

"Emangnya lu enggak kode-kodein?"

"Enggak ah, enggak perlu kode harusnya dia udah peka kalo gue suka sama dia."

"Iya, sih. yaa semoga aja kedepannya ada perkembangan, ya. Biar enggak digantung terus."

"Hahaha, aamiin."

Tak lama yang sedang dibicarakan datang. Ia duduk di sampingku.

"La." Panggilnya ia memandangku, lalu memandang Nur sebentar sambil tersenyum.

Aku menoleh "Iya? Oh iya, kenapa? Tadi katanya nyariin?"

"Gapapa, kangen aja. Hahaha."

"Ih enggak jelas." Kataku. Padahal aku senang mendengar ia berkata seperti itu. Perempuan mana yang tidak senang dicari-cari dan dirindukan laki-laki yang ia suka?

"Abisan semenjak enggak sekelas, gue jarang liat lu."

"Bukannya lu yang jarang keliatan? Ketemu di kantin juga enggak pernah."

"Hahaha. Iya gue terlalu betah di kelas." Katanya. "Abis ini kelas apa?" Dia nanya.

"Bahasa Indonesia."

"Gurunya Bu Riska bukan?"

"Iyaa bener."

"Kayanya dia enggak masuk, deh. Tadi gue juga pelajaran dia. Cuma dia enggak dateng.

Rindu Senin PagiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang