Naina yang tulus

218 16 0
                                    

******

Karan baru saja selesai membersihkan tubuhnya dengan air hangat, berhubung tadi diluar hujan begitu deras jadi dia memutuskan untuk mandi air hangat agar tidak demam. Karan mengusap rambutnya yang basah, kini pria itu bertelenjang dada dan menghempaskan bokongnya diranjang.

Entah mengapa, Karan jadi mengingat Naina. Apa dia terlalu jahat meninggalkannya sendiri kehujanan dan tidak mau membantunya sedikit pun?

"Gimana dengan gadis itu sekarang? Heh, pasti dia sekarang sakit gara gara kehujanan. Males banget, dia pikir mobilku itu tumpangan apa?!" umpatnya, bahkan pria itu tidak merasa bersalah sedikit pun.

"Bodoamat, aku gak perduli tentang gadis aneh itu! Bahkan bukan hanya dia aja, tapi semua perempuan didunia ini! Perempuan semuanya pengkhianat mereka gak ada yang tulus, hanya bermuka dua! Aku sangat membencinya!"

Karan kemudian melempar tubuh penatnya keranjangnya yang empuk dan tidak ingin memikirkan siapapun.

Tok..tok..

"Karan! Buka pintunya, kakak ingin bicara sama kamu"

Karan membuka kedua matanya kembali yang sempat terpejam saat mendengar suara kakaknya Danny. Dengan malas, pria itu membuka pintu dan membiarkannya masuk.

Danny duduk diatas ranjang dengan Karan yang terlihat dingin.

"Gimana kuliah kamu? Apa kamu suka kuliah dikampus itu? Kamu udah punya teman kan disana?" tanya Danny dengan beruntun.

Karan mengusap dahinya dengan malas saat mendengar pertanyaan kakaknya.
"Semuanya baik kak, aku udah bilang kan tadi dibawah" jawabnya.

"Ehm, kamu harus bisa lupain semua yang terjadi diCalifornia itu Karan. Termasuk Ri.."

"Cukup kak! Kenapa jadi bahas kesana? Aku muak!" pekik Karan.

"Bukan, kakak gak maksud buat bahas gadis itu. Tapi kakak cuma ingin kamu ubah sikapmu ini, jangan menjadi pria yang begitu dingin cintailah semua orang yang ada disekelilingmu Karan" pinta Danny dengan perlahan.

"Udahlah kak, gausah nasehatin aku. Aku capek, mau tidur!"

Mendengar itu, Danny berdiri dan merasa gemas sendiri dengan tingkah adiknya yang keras kepala.
"Sampai kapan kamu mau kaya gini terus Karan?! Kamu itu udah dewasa, kakak sebentar lagi juga memutuskan akan nikah. Kalau kakak udah nikah nanti, kakak pasti khawatir dengan kamu"

Sedangkan Karan hanya diam mendengarnya, kemudian menatap Danny dengan sendu.

"Aku baik baik aja kak, gausah khawatirkan aku. Berbahagialah dengan hidup kakak sendiri, aku gamau jadi penghalang itu semua" ucapnya.

"Tapi Karan.."

"Aku mohon kak, keluar dari kamar. Aku capek sekali, ingin istirahat sekarang" lanjutnya lagi.

Danny pun akhirnya mengalah kemudian hanya bisa tersenyum dan menyentuh pipi Karan sebentar lalu meninggalkan kamarnya.

Keesokan harinya, Karan pergi kekampusnya seperti biasa. Harinya berjalan dengan baik, dan itu semua karena dirinya tidak bertemu atau bahkan menatap Naina. Tapi Karan bingung, kenapa gadis itu tidak kekampus sekarang.

"Hai Karan!" Kunal menepuk bahunya dan tersenyum, disampingnya juga ada Meghna kekasihnya.

Karan hanya tersenyum dengan tipis, pria itu bersantai sambil meneguk minumannya.

"Gimana kamu seneng gak kuliah dikampusku ini? Udah lama banget kita gak kontak setelah dua tahun lalu kamu pergi pindah keluar negeri, kita jadi gak pernah bertemu lagi" gumam Kunal.

Sedangkan Karan hanya mengangguk
"Lumayan. Hariku sekarang cukup menyenangkan karena gak ada gadis aneh si pengganggu itu!" umpatnya.

Kunal mengernyitkan dahinya bingung
"Gadis aneh? Maksudmu?"

Karan baru menyadari bahwa dia menyebut gadis itu, kenapa dia jadi memikirkannya?

"Maksudmu Naina?" tanya Meghna yang sejak tadi mendengar obrolan mereka.

Karan yang mendengarnya merasa salah tingkah, sedangkan Kunal menatap pada kekasihnya.

"Oh Naina? Aku juga gak lihat dia sekarang, kemana dia?" tanya Kunal.

"Kata kakaknya dia demam dan harus istirahat. Dia demam karena saat pulang kelas kemarin kehujanan" jawab Meghna.

"Astaga, semoga Ina baik baik aja" lanjut Kunal.

Sedangkan Karan yang mendengarnya hanya bisa diam. Pria itu memikirkan bahwa dugaannya kemarin benar, Naina sakit karena hal kemarin. Karena dirinya juga tidak mau memberikan tumpangan pada gadis itu.

Sejenak Karan merasa sedikit bersalah, namun detik berikutnya pria itu menggelengkan kepalanya untuk kembali bersikap acuh. Kenapa dia harus begitu memperdulikan gadis aneh itu? Harusnya bagus sekali jika gadis itu sakit dan tidak masuk kampus, Karan tidak lagi akan melihat tingkahnya yang sok akrab padanya dan dia juga akan merasakan hari tenangnya dikampus.

"Aku pergi dulu" ucap Karan dan berlalu pergi.

Sedangkan Kunal dan Meghna hanya saling menatap melihat sikap pria itu.

-

"Dek makan yang banyak biar kamu cepet sembuh" Diana kini tengah menyuapi sesendok bubur pada Naina yang sedang bersandar diranjangnya.

"Kakak udah izinin aku kan?" tanya Naina.

Diana mengangguk.
"Tenang aja. Beres!" jawabnya dan memberikan air minum.

"Nih obatnya diminum"
Naina kemudian meminum obatnya, Diana tersenyum dan membaringkan tubuh adiknya kembali.

"Kakak kerja dulu ya, kamu harus istirahat yang banyak biar cepet sembuh" ucap Diana dan mengecup keningnya, Naina tersenyum dan mengangguk.

Setelah Diana pergi dari kamarnya, Naina malah memikirkan wajah Karan yang tiba tiba melintas diotaknya. Naina ingat bagaimana sikap dingin Karan kepadanya, bahkan sedikit pun tidak mau untuk berteman dengannya, sekedar berbicara banyak saja sepertinya mustahil.

Naina merasa Karan tidak mungkin menyukainya, berbeda dengan dirinya yang kian hari makin mengagumi dan mencintai pria itu. Wajahnya yang tampan selalu hadir dalam mimpi mimpinya.

Naina menyentuh dadanya yang berdebar seperti biasanya saat memikirkan Karan.

"Apa aku salah ya suka dengan Karan? Pria itu bahkan gamau berteman denganku, gimana caranya cintaku bisa terbalas olehnya? Apa dia memang sedingin itu pada semua orang" gumam Naina dengan kesedihannya.

Tbc..

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang