Karan yang dingin

237 18 2
                                    

Update lagii

******

Hujan perlahan menghilang, Naina akhirnya bisa pulang setelah menunggu hujan berhenti. Untung saja taksi lewat melintasinya, dia baru bisa pulang sore harinya.

Gadis itu berjalan dengan perlahan menuju rumahnya, kepalanya terasa berat sekali, bahkan tak terhitung sudah berapa kali dia bersin sejak tadi.

"Ina!" pekik Sona dan terkejut melihat putrinya yang terlihat pucat.

"Kamu kenapa sayang? Kehujanan pulang tadi?" tanya Sona dengan khawatir dan menyentuh tubuh putrinya.

"Baju kamu basah Ina, kenapa gak telfon mama sih?!"

"Hachu!"
Naina bersin kembali dan mengusap hidungnya yang memerah

"Ina lupa bawa hape maa" jawabnya.

"Astaga kamu ya nak, sekarang masuk kekamar dan ganti bajumu ini kamu bisa sakit nanti" pinta Sona, Naina pun hanya mengangguk dengan lemas.

Dan benar saja, suhu tubuh Naina memanas. Dia kini sedang terbaring diranjang karena demam nya itu. Sona merasa khawatir melihat kondisi putrinya, kemudian mengompres tubuhnya sebentar lalu memberikan obat yang diberikan oleh dokter.

"Naina, astaga kenapa kamu bisa sakit dek!" ucap Diana yang langsung menghampirinya.

Sona menceritakan semuanya pada Diana, karena Naina sedang tertidur. Setelah mendengarnya, Diana menggelengkan kepalanya.

"Kenapa pake lupa bawa hape segala sih? Harusnya tunggu dulu hujannya berhenti baru pulang, ini malah dilawan kan jadi sakit kaya gini!" protes Diana.

"Udah Ana, adek kamu lagi tidur. Mungkin dia memang buru buru tadi pagi jadi lupa bawa hapenya. Udah, biarin adek kamu istirahat dulu" pinta Sona.

Diana menatap wajah adiknya dan mengusap keningnya.
"Mama udah kasih Ina obat kan?"

Sona mengangguk.
"Udah, tadi mama juga udah panggil dokter. Ohya, Danny mana? Gak pulang kerumah?"

"Danny masih dikantor maa, aku kan pulang duluan karena khawatir dengan Ina. Jadi Danny lanjutin pekerjaan dulu" ucap Diana, Sona pun hanya mengangguk.

Malam harinya, Diana melihat keadaan adiknya yang masih tertidur pulas. Gadis itu mengecup kening adiknya itu dengan sayang.

"Cepet sembuh dek, kakak gak suka liat kamu sakit" bisiknya. Diana memang sangat menyayangi adiknya, bahkan dia bisa menunda apapun demi adik kecilnya itu.

Drtt..

Diana mengambil ponselnya dan melihat ada panggilan masuk dari Danny. Gadis itu menutup pintu kamar Naina dan mengangkat telfon dikamarnya.

'Sayang, gimana keadaan Ina sekarang?'

'Dia lagi tidur, udah aku kasih obat. Ina demam karena pulang kehujanan tadi'

'Kebiasaan itu anak, selalu aja ceroboh'

'Tau tuh, dia juga lupa bawa hape!'

'Yaudah sayang, semoga aja Ina cepet sembuh ya'

'Iya sayang. Ohya, kamu udah pulang dari kantor?'

'Udah, nih masih makan'

'Ish, yaudah makan dulu. Nanti aku telfon lagi, ntar diomelin mama kamu lagi kalau makan sambil main hape'

'Hahaa iya sayang. Daa muach!'

'Daa muach!'

-

Danny menutup telfonnya yang baru beberapa detik lalu tersambung dengan Diana kekasihnya itu. Danny tersenyum saat mengingat wajah Diana, gadis yang teramat dia cintai itu. Sudah lebih dari dua tahun mereka menjalin hubungan, dan sebentar lagi Danny akan mantap untuk melanjutkan hubungan mereka kejenjang yang lebih serius yaitu pernikahan mereka.

"Gimana adeknya Ana? Dia baik baik aja kan Dan?" tanya papa Danny.

"Iya paa, dia udah istirahat kok. Katanya dia demam gara gara kehujanan pulang kampus, terus lupa bawa hape juga" jawab Danny sambil melahap makan malamnya.

"Semoga Ina cepet sembuh ya, kasian dia" timpal sang mama.

Danny hanya mengangguk, mereka pun melanjutkan makan malam. Namun suara pintu rumah tiba tiba terbuka dan menampilkan seorang pria yang datang dan berjalan melewati meja makan begitu saja dengan acuh.

"Karan!"

Danny memanggilnya, dan membuat pria itu menghentikan langkahnya.
Ya Karan, pria itu.

"Kenapa kak?"

"Kok kamu baru pulang? Sini makan malam dulu" pinta Danny.

"Nanti aja kak, aku mau kekamar"

"Eh tunggu sayang! Gimana kuliah kamu dikampus baru itu? Kamu kan baru aja pindah dari California, semuanya baik baik aja kan hm?" tanya mama.

Karan mengangguk dengan malas.
"Baik maa. Karan kekamar dulu ya" ucapnya.

"Turun nak, kita makan bersama!" pinta sang papa, Karan pun hanya diam dan tetap melangkah naik menuju kamarnya.

Danny yang melihat tingkah adik kandungnya hanya menggeleng pelan.
"Kenapa lagi dengan anak itu? Baru aja dia pindah kemari duahari yang lalu, awas aja kalau sampai dia berbuat ulah lagi!"

"Gak Dan, Karan gak mungkin berbuat kesalahan. Dia memang seperti itu sifatnya sekarang, dingin dan irit kalau bicara bahkan sama keluarganya sendiri gara gara gadis itu! Mama membenci gadis itu! Karena dia Karan kita yang dulunya ceria menjadi seperti ini" umpat sang mama sambil menghentakan sendok dan garpu kepiringnya.

"Udah maa, gausah emosi" tegur sang papa, namun istrinya malah berlalu pergi kedapur.

"Bener kata mama paa, semenjak Karan putus dengan kekasihnya itu dia menjadi kacau seperti ini, bahkan pendidikannya" lanjut Danny.

"Karan memang sangat mencintai Rica, tapi Rica malah mengkhianatinya dan membuat anak itu menjadi hancur karena patah hati" timpal papa.

"Dan, membuat Karan gak ingin bersentuhan lagi dengan cewe. Gimana kalau dia akan menikah paa? Apa dia terus akan seperti itu" gumam Danny bingung.

"Heh, papa juga bingung nak. Sudahlah, kita jalani saja dulu jangan membuat adikmu itu semakin stres nanti"

Danny pun hanya bisa mengangguk mendengar perintah papanya.

Tbc..

Selamat tahun baru 2020 yaa buat kalian semuaa✨✨

Semoga kita semua menjadi pribadi yg lebih baik lagii:)))

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang