Promise!

160 11 0
                                    

******

"Jadi, karena dia trauma dikhianati oleh seorang gadis makanya Karan menjadi seperti sekarang ini maa?" tanya Naina dengan terkejut.

Ela mengangguk dengan sedih.
"Iya Naina, semenjak kejadian itu Karan gak ingin lagi mengenal yang namanya cinta dia benci itu semua. Makanya saat waktu itu mama putuskan kalian untuk menikah, Karan sempat menolak dan dia juga gak suka pernikahan ini kan?"

Naina pun baru menyadari apa yang mendasari sikap buruk Karan padanya selama ini.
"Aku baru tahu ini sekarang maa. Aku juga gak nyangka kalau Karan mengalami pengkhianatan besar besaran dari gadis ini" ujarnya dan kembali menatap foto yang dibawanya.

"Itulah kenapa mama sangat benci dengan gadis jalang ini Ina! Dia jahat, bermuka dua, mama kira dia gadis yang baik, tapi ternyata dia dan keluarganya sama sama munafik! Tapi mama senang karena putra mama gak bersama gadis murahan seperti dia, dan sekarang mama lega Karan mempunyai istri sepertimu Naina. Kamu sangat baik, kamu memiliki sopan santun kepada siapa pun gak seperti gadis ini" Ela mengusap rambutnya dengan bangga, namun kemudian wajahnya terlihat menunduk dan sedih.

"Tapi.. entah kapan ya Karan bisa berubah" lanjutnya dengan murung.

Naina yang melihatnya mengerti dan menggenggam tangan mertuanya.
"Maa, kamu jangan khawatir lagi. Karan kita pasti berubah. Aku janji, aku akan membuat rasa traumanya itu perlahan menghilang. Aku janji, aku akan membentuk Karan yang baru dari Karan yang lama. Percaya padaku maa"

Ela tersenyum dan mengangguk, wanita itu memeluk menantunya dengan kasih sayang.
"Mama selalu percaya padamu Ina. Kamu menantu idamanku" bisiknya.

-

Malam harinya, Naina tengah duduk diteras menyendiri sambil menunggu kedatangan suaminya pulang dari kantor. Gadis itu masih ingat semua yang diceritakan oleh mama mertuanya tentang masa lalu Karan.

Naina kembali menatap foto Karan bersama gadis itu, sekali lagi dia melihat bahwa suaminya sangat bahagia difoto itu.

"Aku udah cukup lama kenal kamu Karan, tapi selama itu aku gak pernah melihatmu tersenyum lepas seperti ini. Hm, kamu semakin terlihat tampan" gumamnya dan mengusap wajah Karan difoto itu sambil tersenyum.

Namun pandangannya beralih pada gadis yang berada disamping Karan. Rica, gadis pengkhianat yang diceritakan oleh mamanya tadi.

"Kenapa Rica? Kenapa kamu menyakiti hati Karanku? Kalau kamu memang gak ingin bersama dia jangan lakuin hal seperti ini, kamu membuat Karanku sakit dan merasakan trauma mendalam. Kata mama, kamu itu jahat. Aku memang gak tahu benar gimana kisah cinta kalian berdua dulu, tapi yang aku tahu kamu gak seharusnya menyakiti Karanku"

Naina menatap tajam pada foto gadis itu, dia juga merasakan sakit hati yang mendalam ketika suaminya sempat terkhianati dulu.

"Tapi tenang, aku akan membentuk Karanku. Aku akan membuat Karan yang baru, dia juga akan tersenyum seperti difoto ini seperti saat bersamamu. Aku janjikan itu" lanjutnya.

Suara pintu terdengar dibuka, Karan datang dan melihat Naina yang memegangi sesuatu sedangkan Naina merasa terkejut dan buru buru menyembunyikan foto itu dibelakang tubuhnya.

"Eh Karan, kamu udah pulang?" tanya Naina dengan gugup.

Sedangkan Karan malah memperhatikan gerak geriknya yang tampak mencurigakan.

"Apa yang kamu sembunyiin itu ha?" ucap Karan dan mencoba untuk melihat sesuatu yang berada dibelakang tubuhnya.

"A..apa? Aku gak sembunyiin apa apa kok" Naina merasa gugup dan dia menaruh foto itu diatas kursi dengan perlahan.

"Tunjukin tanganmu!" perintahnya.

"Ini tanganku" Naina pun memperlihatkan kedua tangannya.

"Gak ada apa apa kan?" lanjutnya.

Karan pun mengernyitkan dahinya dan merasa ada yang aneh dengan gadis itu.
"Awas aja kalau kamu berani mencuri dirumah ini, apalagi mencoba mengambil barang barangku dikamar ini. Aku gak sudi menyimpan pencuri didalam kamarku. Kamu mengerti?" pekiknya.

"Astaga Karan, ngapain aku mencuri dirumahku sendiri? Gak ada gunanya juga. Dan dikamar ini, ngapain aku ngambil barangmu? Itu semua adalah barangmu, aku janji gak akan menyentuhnya sedikit pun. Kenapa kamu terus saja berpikiran buruk padaku?" jawab Naina dengan sedikit kesal, karena Karan malah mengira bahwa dirinya mencuri dirumahnya sendiri.

Sedangkan Karan tidak memperdulikan ucapannya, pria itu dengan acuh membuka jas dan dasinya kemudian menuju kamar mandi tanpa menoleh padanya lagi.

Naina pun menghela nafasnya dengan lega. Untung saja Karan tidak tahu bahwa dirinya sedang membawa fotonya dengan gadis itu, dengan cepat dia menyimpan foto itu dilacinya.

Malam semakin larut, Karan pun menutup laptopnya dan bergegas untuk tidur. Pria itu menata bantal diatas sofa dan ingin memejamkan kedua matanya yang sangat penat, namun tiba tiba lampu dikamar padam dan membuat semuanya gelap. Karan langsung terkejut dan panik.

"Hei! Gelap banget! Aku gak suka gelap!" pekik Karan dan mencoba meraba sekitarnya.

"Astaga, kenapa lampunya harus mati kaya gini sih?!" gerutunya lagi.
"Dimana gadis itu? Hei, gadis payah! Dimana kamu?" teriaknya.

"Ah Karan, lampunya mati ya? Kamu dimana?" pekik Naina karena dia tidak bisa melihat apapun.

"Aku disofa bodoh! Cepet hidupin lampunya, aku takut gelap kaya gini" pinta Karan dengan panik.

"I..iya, bentar" Naina pun berusaha meraba laci meja dan mengambil lilin disana, dengan susah payah gadis itu berusaha menghidupkan lilin.

"Aduh, cepetan dong! Lama banget sih" gerutu Karan lagi, dia sangat tidak suka dengan keadaan gelap.

Namun beberapa saat kemudian, cahaya pun muncul dan memperlihatkan Naina yang datang sambil membawa lilin.

"Hei, kamu kok cuma hidupin satu lilin aja? Mana buatku ha?" protes Karan.

"Maaf Karan, aku cuma bisa nemuin satu lilin aja habisnya gelap gak kelihatan apapun. Aku yang bawa lilin ini dan memberikan cahaya saat kamu tidur" ucapnya.

"Aku gak akan bisa tidur kalau kamu ada disitu!" protesnya lagi.

"Hm, yaudah aku taruh nih diatas meja. Kamu tidur ya" ucap Naina dan tersenyum.

Karan pun hanya acuh padanya, namun saat ini sebenarnya dia merasa tak nyaman dan gelisah untuk tidur karena tetap saja cahaya dari lilin itu hanya sedikit dan membuatnya semakin merasa takut.

Naina seakan mengerti dengan ketakutan Karan, gadis itu menyentuh tangannya dan membuat pria itu tertegun sambil menatapnya.

"Karan, kamu gak usah takut. Ada aku disini, aku akan temani kamu sampai kamu tidur. Dan aku juga akan berusaha cari lilin lagi agar kamu nyaman" ucapnya dan tersenyum, sedangkan Karan malah terus menatapnya.

"Tidurlah" bisiknya, tangannya kini malah semakin menggenggam tangan pria itu.

Lampu pun akhirnya hidup kembali, memperlihatkan dua insan yang masih saling bertatapan dan bersentuhan tangan satu sama lain. Mereka masih belum menyadari sekitar. Termasuk Karan yang entah mengapa terus saja menatap Naina yang tersenyum, ucapannya barusan seperti terdengar sangat berarti ditelinganya.

Namun Karan akhirnya sadar dengan sekitarnya dan dengan cepat menjauh dari Naina.
"Jangan sentuh aku!" perintahnya.

Naina pun menunduk.
"Maaf Karan. Euh.. lampunya udah hidup sekarang, kamu tidur ya. Selamat malam"

Karan tak memperdulikannya lagi, pria itu langsung merebahkan tubuhnya disofa membelakangi Naina yang masih menatapnya. Karan masih mengingat kejadian beberapa detik yang lalu, dimana saat dirinya menatap gadis itu dan merasakan sentuhan tangannya. Karan sendiri pun juga bingung, kenapa dia seperti terhipnotis dengan gadis yang sangat dia tidak sukai itu.

'Kenapa aku jadi kaya gini sih? Gak, aku gak suka ini semua!' batinnya dengan kesal.

Tbc..

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang