Kebencian Karan

179 10 0
                                    

******

Setelah acara pertunangan selesai, Naina mencari keberadaan Karan yang langsung menghilang sejak acara selesai. Naina ingin meminta maaf masalah cincin yang melukai jemarinya tadi. Gadis itu mendapati Karan yang sedang berdiri diteras rumah menyendiri, menyingkir dari keramaian orang orang dibawah.

"Karan" panggil Naina dengan perlahan, mendengar suaranya pria itu berbalik dan menatapnya.

"Apa?" ketusnya.

"Aku..aku minta maaf karena tadi itu. Aku gak tahu sama sekali kalau cincinnya gak muat dijarimu Karan" lirih Naina dengan bersalah.

"Apa jarimu terluka? Coba sini aku lihat" Naina buru buru hendak meraih tangan Karan, namun lagi lagi pria itu menepisnya.

"Udah aku bilang menjauh dariku, dan jangan pernah sentuh aku! Itu semua memang selalu kamu lakuin kan? Kamu memang gak pernah bisa melakukan apapun dengan benar!" umpat Karan dengan tatapan tajamnya dan membuat air mata lolos jatuh dari pelupuk mata Naina.

"Kenapa kamu bersikap kaya gini terus sama aku Karan.. Kenapa?" lirihnya sekali lagi, Naina lelah dengan sikap Karan yang tidak pernah bersahabat dengannya.

"Karena aku gak menyukaimu! Dan itu gak akan pernah. Kamu dengar?" jawab Karan sambil menunjuk wajah Naina dengan jemarinya.

"Apa begini caramu bersikap dengan calon istrimu Karan?!" pekik seseorang yang membuat keduanya menoleh.

Vyas dan juga Danny menghampiri mereka. Vyas terlihat marah dengan sikap putranya yang tidak sopan.

"Kenapa kamu terus saja seperti ini Karan? Beginikah caramu bersikap?! Naina itu calon istrimu, dia akan menjadi pendamping hidupmu nanti. Tapi kenapa kamu kasar sekali dengannya?" Vyas menatap tajam pada putranya yang kini tak berani menatapnya.

"Kalau papa sedang bicara, tatap kedua mata papa Karan! Jangan jadi anak pembangkang kamu!" bentaknya.

Karan pun menatap papanya dengan perlahan, "Maaf paa. Karan memang salah, tadi refleks aja aku bersikap begitu. Karena gadis ini melakukan apapun sesuka hatinya" umpatnya sambil melirik Naina dengan penuh kebencian.

"Karan, kenapa kamu seperti menganggap Naina ini orang asing? Dia sekarang udah jadi tunanganmu Karan, bahkan bentar lagi jadi istrimu. Jadi tolong sedikit, hargai dia" ucap Danny.

"Danny benar, Karan. Berhenti bersikap seperti itu lagi pada Naina. Dia adalah calon istrimu, hormati dia juga! Dan satu lagi, jangan sampai kamu mempermalukan papamu lagi Karan" tegas Vyas kemudian berlalu pergi meninggalkannya.

"Kamu dengar apa kata papa tadi kan? Dan juga jangan mengecewakan aku, kakakmu Karan" lanjut Danny sambil menepuk nepuk pundaknya.

"Naina, ayo ikut aku. Mama tadi menyuruhku untuk manggil kamu"
Danny menatap pada Naina, gadis itu mengangguk dan mengikutinya.

Namun Naina masih menatap Karan kebelakang dengan tatapan sedihnya, tapi berbeda dengan Karan yang muak untuk melihat wajah gadis itu. Karan memilih untuk pergi, karena semua orang malah menyalahkannya.

Keesokan harinya, Karan kembali bekerja dikantor. Pria itu melanjutkan pekerjaannya seperti biasa, namun pikirannya yang tak biasa. Fokusnya terbagi dengan dirinya yang beberapa hari lagi akan menikah.

"Dirumah semua orang malah memarahiku karena gadis itu! Kenapa sekarang seperti dia yang menguasai pikiran papa, mama, bahkan kak Danny?! Keterlaluan!" umpatnya dan mengetik pekerjaannya dilayar laptop dengan kesal.

Tok..tok..

"Masuk!"

Perlahan, seseorang membuka pintu ruangannya.
"Karan, ini aku"

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang