Browndong manis

187 16 0
                                    

******

Naina kembali menuju dapurnya dan menyiapkan brownis buatannya dengan perasaan yang berbeda dari sebelumnya. Kali ini gadis itu merasa sedikit canggung dan juga gugup tentunya, dia begitu tak menyangka bahwa Karan pria yang berada dihatinya itu akan menjadi keluarganya juga sekarang.

Sedangkan Karan menunjukan wajah masamnya ketika duduk diruang tamu, dia berpikir bagaimana bisa Naina adalah bagian keluarga dari calon istri kakaknya, itu berarti mereka juga menjadi ipar.

"Karan, kamu kenapa murung gitu? Ada masalah?" tanya Diana yang sejak tadi memperhatikannnya.

Karan hanya menggeleng dan tersenyum tipis. Kemudian semua orang melihat kedatangan Naina yang berjalan perlahan dengan gugup sambil membawa brownisnya.

"Ini dia yang kita tunggu!" seru Diana.

"Kemari sayang, semuanya sudah menunggu brownis buatan kamu ini" ujar Sona dan menghidangkannya untuk semua orang.

"Silahkan dicoba" ucap Naina, namun kedua matanya merasa gugup saat menatap Karan yang berada diseberangnya.

"Ehm.. ini enak banget! Ina memang paling jago kalau bikin kue" gumam Danny, begitu juga semua orang menyukainya.

"Karan, ayo dicoba brownis buatan Naina. Naina ini putri tante, adiknya Diana" ucap Sona, sedangkan Karan rasanya tak berselera untuk mencoba apapun dari gadis aneh itu.

Sona kemudian menyenggol lengan putrinya dan berbisik.
"Ina cepet berikan buat Karan, katamu dia juga harus mencobanya"

Naina mengangguk dengan gugup,
"I..iya maa" Kemudian gadis itu berjalan mendekati Karan dan memberikan sepotong brownis dengan canggung.

"Silahkan"

Karan terdiam dan menatapnya, Naina juga menatapnya namun gadis itu tahu tatapan Karan selalu tajam pada dirinya tidak pernah bersahabat. Karan kemudian mengambilnya dan membuang tatapannya dengan cepat.

"Terimakasih" ucapnya.

Naina mengangguk dan duduk disamping Sona, kedua matanya terus memperhatikan Karan yang terdiam sambil memegang piring namun tidak berniat untuk mencoba brownis buatannya itu.

"Loh Karan, ayo dicoba dong. Kok malah kamu pegang doang" protes papanya.

"Iya ini enak lo sayang! Ina memang paling pintar kalau memasak, sama seperti mamanya" lanjut sang mama.

"Iya paa" Karan pun menyendok sedikit saja brownis itu dan memasukannya kemulutnya, sedangkan Naina masih memperhatikannya gadis itu berharap sekali Karan bisa menyukai sesuatu yang dibuatnya.

'Aku harap Karan menyukainya' batin Naina sambil menutup keduamatanya.

"Gimana sayang? Enak kan?" tanya sang mama kembali.

Karan mengangguk dengan perlahan.
"Enak"

Mendengar itu, Naina langsung membuka matanya dan tersenyum senang.
'Karan menyukai brownis buatanku! Ini pertama kalinya dia menyukai sesuatu dariku' lanjutnya dalam hati.

Setelah menjelang sore hari, keluarga Vyas pun pamit pulang. Naina menatap Karan yang lebih dulu berjalan keluar, gadis itu memilih untuk menemuinya dia ingin bicara padanya.

"Karan, tunggu!"

Karan berhenti dan terdiam, tidak ingin membalikan tubuhnya. Naina merasa gugup untuk berbicara.

"Kamu suka brownis buatanku. Rasanya sangat enak kan?" ucap Naina dengan senang.

Karan pun akhirnya berbalik dan menatapnya, pria itu mengenakan kacamatanya dan membuat gadis dihadapannya semakin terpesona melihat ketampanannya.

'Astaga, tuhan rasanya aku mau pingsan sekarang!'

"Iya memang benar, rasanya enak. Aku suka. Ternyata kamu selain cerewet dan menjadi pengganggu dalam hidupku bisa juga membuat kue seenak itu" ucap Karan dengan sinis.

Naina tidak perduli dengan ucapan Karan lebih memuji atau menghinanya, yang penting dia senang karena Karan mau bicara dan menjawab ucapannya.

"Ah i.iya, aku senang banget kamu suka"
ucapnya gugup, sedangkan Karan tak memperdulikannya lagi pria itu hendak masuk mobil lebih dulu namun lagi lagi Naina menghentikannya.

"Tunggu! Aku belum selesai bicara" cegahnya.

"Apa lagi?"
Karan kembali bersikap dingin.

"Boleh aku minta nomor hapemu gak? Kedua kakak kita sebentar lagi akan menikah dan menjalin hubungan yang serius, kita berdua juga akan menjadi keluarga nanti. Jadi, aku butuh kontak untuk komunikasi sama kamu biar nanti kita bisa sama sama menyiapkan acara.."

"Cukup! Gausah bertele tele, aku juga mengerti maksudmu apa. Ngomong aja kaya kereta api" umpatnya dan membuat Naina membungkam mulutnya dengan malu.

"Nih ambil!" Karan memberikannya secarik kertas yang tertuliskan nomornya, Naina menerimanya dengan gembira.

"Terimakasih Karan"

"Apa aku bisa pergi sekarang?"

Naina mengangguk.
"I..iya silahkan"

Karan kemudian masuk menuju mobilnya dan Naina merasa sangat bahagia, akhirnya dia bisa mendapatkan nomor pria itu. Bahkan saat dikampus dia tidak bisa mendapatkannya dan jarak mereka saat dikampus sekarang semakin jauh karena Karan memilih untuk pindah kelas bagian paling atas dan membuat Naina jarang sekali melihatnya, tapi sekarang dia tidak menyangka Karan menjadi lebih dekat dengannya karena pria itu adalah adiknya Danny. Apalagi mereka akan mempunyai hubungan keluarga satu sama lain. Ah, senangnya!

Sementara disisi lain, Ela dan Vyas kedua orangtua Karan sejak tadi melihat mereka berdua berbicara. Ela tersenyum dan merasakan sesuatu yang berbeda saat mereka sedang bersama, sedangkan suaminya senang melihat putra dinginnya itu dekat dengan seorang gadis kembali.

Tbc..

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang