Sebuah perjuangan

157 11 0
                                    

******

Hari ini adalah weekend untuk Karan, karena pekerjaannya sudah cukup dan Danny yang akan menangani urusan kantor. Liburnya pun sudah diminta oleh papanya sendiri agar Karan lebih sering berdiam diri dirumah bersama istrinya.

Siang ini, Naina berniat untuk memberikan syal buatannya pada Ela. Wanita baya itu kini tengah duduk disofa ruang tamu bersantai bersama Diana.

"Mama, aku ingin bilang sesuatu" ucapnya.

"Iya sayang, kenapa?" tanya Ela.

Sedangkan Diana sudah mengetahui bahwa adiknya itu memang membuat syal kesukaan Ela dengan sangat baik.
"Oh, Naina pasti mau ngasih ini untuk mama" ujarnya.

"Euh, iya maa. Ini hadiah dariku, maaf aku gak bisa ngasih waktu kemarin karena aku belum selesai menjahitnya" lirih Naina.

 Ini hadiah dariku, maaf aku gak bisa ngasih waktu kemarin karena aku belum selesai menjahitnya" lirih Naina

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ela pun mengambilnya dengan senang.
"Syal? Wah, cantik banget!
Kamu buat ini sendiri untuk mama?"

"Iya maa, Ina buat syal itu dan menjahitnya dengan tangannya sendiri. Karena dia tahu mama sangat suka syal dan selalu memakainya dimana pun, jadi Ina ingin memberikan hadiah spesial untukmu" jelas Diana.

"Kemarin aku gak bisa ngasihnya tepat waktu, aku lupa lanjutin lagi karena kemarin sibuk nyiapin pesta. Maaf ya maa kalau aku jadi orang yang paling akhir ngasih mama hadiah. Ini semua memang gara gara aku yang ceroboh dan pelupa" gumamnya.

Sedangkan Ela menggelengkan kepalanya kemudian memeluk tubuhnya dengan bangga.

"Kamu gak perlu salahin diri sendiri kaya gitu. Apa bedanya kemarin dan sekarang? Bagiku ini masih ulang tahunku sekarang. Makasih ya sayang, kamu memang gadis yang sangat baik. Dan syal ini, mama sangat suka apapun yang kamu kasih pasti akan aku terima" ucapnya dan membuat Naina tersenyum senang.

Naina dan Diana pun memeluknya dengan sayang, begitu juga dengan Ela yang merasa bangga mempunyai kedua menantu yang sangat baik.
"Aku sangat beruntung mempunyai menantu seperti kalian berdua sayang" bisiknya dan mengecup satu persatu rambut mereka.

Sedangkan disisi lain Karan tampak mengintip dan melihat semuanya. Ketika Naina memberikan hadiah syal buatannya itu pada mamanya.

'Aku kok ngerasa gak enak kaya gini ya? Sepertinya aku memang harus minta maaf pada gadis itu karena aku telah menghinanya dihadapan semua orang kemarin. Gadis itu sangat baik pada mamaku, kalau dia baik pada keluargaku dan gak mengusik mereka aku akan tenang' Karan pun memilih untuk kekamarnya ketika melihat Naina yang sudah naik keatas.

Mereka tak sengaja berpapasan dipintu, ketika Naina akan keluar dari kamar dan Karan yang akan masuk. Naina menatapnya sedangkan Karan juga menatapnya dengan malu malu. Merasa tak ada perbincangan apapun, Naina pun hendak melangkah pergi.

"Naina, tunggu!" cegah Karan dan membuatnya berhenti.

"Iya, ada apa?"

"Aku minta maaf" ucapnya dengan menatapnya gugup.

"Maaf? Buat apa?"

"Soal kemarin itu, aku udah menghina kamu dihadapan semua orang tentang hadiah ulang tahun mama. Aku pikir kamu sengaja dan gak niat memberikan apapun untuk mamaku, tapi.. kamu udah berusaha bahkan membuat syal itu dengan tanganmu sendiri. Kamu juga udah begadang dan gak tidur karena itu. Aku ucapkan makasih karena kamu sangat menghormati mamaku"

Naina pun tersenyum mendengarnya.
"Gak masalah Karan, aku baik baik aja kok. Kamu gak perlu minta maaf kaya gini, dan masalah mama aku juga sangat menyayanginya. Dia sangat baik dan juga sayang padaku, dia udah aku anggap seperti mamaku sendiri Karan. Jadi.. aku pasti akan selalu menghormatinya, kamu gak usah khawatir tentang itu"

Karan pun tidak ingin menatap Naina lagi, baginya ini semua sudah cukup untuk berbicara pada gadis itu.
"Baguslah kalau gitu" ucapnya kemudian duduk disofa menatap kearah lain, sedangkan Naina masih menatapnya kemudian dia melangkah pergi.

Naina menutup pintu dan berhenti disana, gadis itu merasa sangat senang hari ini. Entah kenapa, sikap Karan padanya lebih baik dari sebelumnya.

"Ini sebuah kemajuan yang besar! Dulunya Karan bahkan gak mau ngomong sedikit pun padaku tapi sekarang lihat, dia juga memikirkan perasaanku. Ini awal yang baik Naina, saatnya tepati janjimu pada mama untuk membuat Karan bangkit dari masa lalunya" ucapnya dengan sangat bersemangat, kini tekadnya semakin bulat. Hari ini, dia mengobarkan bendera perang untuk perjuangannya sendiri.

Tbc..

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang