Tempat favorit

140 9 0
                                    

******

Malam ini, Naina sudah siap untuk pergi bersama Karan. Ini pertama kalinya mereka pergi berdua, rasanya senang sekali untuknya. Dia juga harus terlihat cantik dihadapan calon suaminya.

"Udah siap Ina?" tanya Sona.

Naina berdiri dari meja riasnya dan menatap mamanya dengan senyuman.

"Bentar lagi Karan akan sampai. Ini saatnya supaya kamu bisa mengenal Karan lebih dekat sayang. Mama yakin, kamu pasti bisa. Mama tahu kok, Karan sebenarnya dia itu baik mungkin seiring berjalannya waktu sikapnya pasti bisa berubah padamu" ucap Sona sambil mengelus rambutnya.

Sedangkan Naina langsung memeluk tubuh mamanya dengan sayang.
"Iya maa. Aku harus banyak bersabar, agar aku dan Karan bisa semakin mengenal lebih dekat lagi"

"Iya sayang" Sona mengecup kening putrinya dengan kasih sayang.

Beberapa saat kemudian, mobil Karan terdengar dan Sona menyambut kedatangannya.

"Silahkan diminum Karan" ucapnya sambil menyodorkan secangkir kopi pada Karan.

"Makasih tante" Karan berusaha bersikap senormal mungkin dihadapan beliau, padahal sebenarnya saat ini dia benar benar malas sekali pergi berdua bersama dengan Naina.

"Nah ini dia anaknya udah turun" lanjut Sona saat melihat Naina yang datang menghampiri mereka.

Karan melihatnya sekilas, gadis itu tersenyum manis padanya. Dia terlihat berdandan rapi hanya karena ingin pergi bersamanya malam ini. Dengan cepat, selanjutnya Karan membuang pandangannya.

"Ayo"

Naina mengangguk dengan malu.

"Hati hati ya nak" ucap Sona.

Karan pun mengangguk dan dia berjalan lebih dulu menuju mobil dengan Naina yang mengikutinya. Setelah mereka duduk berada didalam mobil, Karan diam dan menatap kearah depan sambil menarik nafasnya perlahan.

"Kamu mau kemana?" ucapnya bahkan tanpa menoleh.

"Euh, terserahmu aja deh. Aku ngikut" jawab Naina.

Setelah mendengar jawaban dari gadis itu, Karan menancap gas dengan terburu buru dan menjalankan mobilnya dengan cepat. Sungguh, hidup tenangnya benar benar hancur karena ada Naina, si pengganggu baginya.

Sedangkan Naina memperhatikan Karan dan terus saja menatapnya.
'Apa Karan senang bisa pergi berdua denganku? Ah gak masalah, ini awal yang baik. Sebelum bisa mendapatkan hatinya, aku harus berteman dulu dengannya'

Dia tetap tersenyum sambil menatap wajah pria dingin itu.

Mobil mereka berhenti disebuah tempat yang cukup gelap, lampu pun hanya sedikit untuk menerangi tempat tersebut. Naina mengernyitkan dahinya saat Karan berhenti ditempat ini.

"Ayo turun" ucap Karan, dia lebih dahulu keluar dan meninggalkan dirinya.

Naina mengikuti langkahnya dan melihat Karan yang duduk dikursi taman sambil mendongakkan kepalanya menatap langit. Naina kemudian duduk disampingnya juga, mengikuti arah pandangan pria itu yang ternyata kini sedang sibuk menatap ribuan bintang dilangit. Sungguh indah, dia tersenyum menatapnya.

"Karan, kenapa kamu ngajak aku kesini?" tanya Naina kemudian.

Namun Karan tak menjawab, pandangannya malah tetap fokus melihat langit. Naina kemudian menyentuh pundaknya.

"Karan"

"Apa?" ketusnya.

"Aku bertanya, kenapa kamu ngajak aku ketaman?" lanjutnya.

"Kamu bilang terserah aku mau kemana. Yaudah jadi terserahku dong mau ketaman kek, mau kekebun kek, terserahku" jawabnya benar benar dingin.

Naina yang mendengarnya hanya bisa mengalah, "Oh iya, aku pikir kita akan pergi kerestoran untuk makan malam"

"Gak, aku gak lapar. Kalau kamu mau makan pergi saja sendiri"

"Ah gak kok, aku juga gak lapar"

Selanjutnya Karan mengacuhkan dirinya lagi. Pria itu bangun dari duduknya dan berdiri. Naina terus memperhatikan tingkah pria itu. Karan mengambil ponselnya dan kemudian dia memotret langit yang begitu indah, langit malam yang penuh bintang dan juga sinar bulan purnama yang cukup terang.

Naina melihat Karan yang sedang tersenyum saat melihat hasil potretannya. Gadis itu terpana, ini pertama kali dia melihat senyum muncul dari wajah dingin seorang Karan.

'Senyumnya manis sekali..'
batin Naina.

"Karan, kamu ternyata suka memotret juga ya?"

Namun Karan tak menjawabnya, pria itu kini malah sibuk dengan ponselnya.

"Ehm itu bagus sekali, langitnya indah banget. Apalagi sekarang bulan purnama! Ternyata disini tempat yang begitu indah, aku kira tempat ini gak ada apapun karena kalau dilihat dari luar cuma seperti tempat yang gelap. Tapi ternyata kalau udah masuk kesini, kita bisa lihat pemandangan yang menakjubkan. Karan, aku gak nyangka bisa berada ditempat indah ini. Baru pertama kali aku ketempat tersembunyi tapi indah seperti ini" gumam Naina sambil terus menikmati sekitarnya.

"Heh, asal kamu tahu tempat ini adalah tempat favoritku. Kalau aku sedang banyak pikiran, masalah, atau perasaan apapun dalam hidupku pasti aku kesini. Karena bagiku, disini tempatku untuk membagi semua perasaanku. Dan gak akan ada yang bisa menggantikannya. Bahkan aku ketempat ini selalu sendirian, gak ingin bersama siapapun"
Karan berbicara mengungkapkan seluruhnya sambil menatap pemandangan indah dihadapannya.

Naina yang mendengarnya begitu senang, akhirnya Karan mau membagi cerita hidupnya padanya.

"Kamu ketempat ini selalu sendirian Karan? Tapi malam ini, kamu mengenalkan tempat tersembunyi ini padaku" ucap Naina dan membuat Karan tersadar dari perkataannya barusan, pria itu malah diam dan tak bicara lagi.

"Kenapa? Benar kan, kamu membawaku kesini. Hari ini, ditempat ini, kamu bersamaku Karan. Ditempat favoritmu, tempatmu mencurahkan semua perasaanmu sejak dulu" lanjutnya.

"A..aku.. aku.. mengajakmu kesini karena aku gak tahu mau kemana tadi. Dan gak ada hubungannya dengan kisah hidup yang sempat aku ceritakan tadi. Anggap aja apa yang aku bicarakan tadi itu gak pernah ada!" tegas Karan dan menatap Naina dengan tajam, dia terlihat gugup karena baru menyadari apa yang dia lakukan.

Naina yang mendengarnya kemudian hanya bisa diam, dan setelah itu mereka tak saling bicara lagi karena Karan malah sibuk dengan ponselnya.

Malam pun semakin larut, Naina sudah berada dirumah dan diantar pulang oleh Karan beberapa menit yang lalu. Tidak ada makan malam romantis seperti yang dia inginkan sejak tadi, tapi ada cerita yang bisa dia ukir tentang Karan. Hari ini, pria itu mau berbicara dengannya walaupun hanya sebentar. Tapi semua perkataannya sangat berarti bagi Naina.

"Karan, tanpa kamu sadari kamu mulai membagi hidupmu denganku. Aku senang sekali. Setelah kita menikah nanti, aku janji aku akan selalu mendampingimu, kita berdua akan saling membagi cerita dan mengukir kisah kita berdua"

Naina tersenyum dan menatap langit malam dari jendelanya, beberapa menit kemudian kantuknya datang. Gadis itu memilih untuk merebahkan tubuhnya diranjang dengan hati yang cukup gembira.

"Oke, selamat malam!"

Tbc..

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang