Masakan pertama

174 13 5
                                    

******

Matahari mulai mengintip dari balik tirai jendela dan mengganggu tidur seseorang yang tampak sedang kelelahan. Kedua matanya mengerjap perlahan, berusaha menyeimbangkan cahaya pada retinanya. Karan, pria itu kembali sadar sepenuhnya dan tertegun melihat Naina yang sudah berdiri dihadapannya.

"Kamu? Kenapa aku..aku bisa disini.
Ahh shh.." rintihnya sambil memegangi kepalanya yang sangat pening.

"Ini. Minum obat ini Karan, pusing dikepalamu itu pasti akan berkurang nanti" Naina menyodorkan obat padanya, awalnya Karan hanya diam kemudian dia tidak bisa menolak lagi karena sakit yang dirasanya. Pria itu kemudian meminum obatnya dengan cepat.

Samar samar dia juga masih ingat apa yang terjadi kemarin, dia ingat semalam Naina mengetahui bahwa dia sedang mabuk.

"Kamu bawa aku tidur disini, apa kamu juga tidur disampingku kemarin ha?" tanya Karan dengan tidak suka, karena dirinya tidak akan mau satu ranjang bersamanya.

"Gak, aku tidur disofa. Lihat itu"
Naina menolehkan pandangannya pada sofa yang diatasnya terdapat bantal dan selimut.

Mendengar itu, Karan hanya bisa diam dan hendak bergegas turun namun Naina mencegahnya.
"Kenapa Karan?"

Karan pun menatapnya dengan tidak mengerti.

"Kenapa kamu seperti ini padaku? Kamu sangat benci padaku sampai kamu merusak hidupmu sendiri dengan mabuk mabukan seperti kemarin! Apa kamu gak memikirkan dirimu sendiri, keluargamu, atau siapa pun itu ketika kamu mabuk? Kamu bisa aja celaka Karan, aku gak suka lihat kamu mabuk seperti kemarin. Terus gimana kalau mama papa tahu kamu mabuk kemarin? Untung aja aku berhasil menutupinya" ucap Naina yang kini sedang meluapkan kekesalannya.

"Terserah, aku gak perduli apa katamu. Aku hanya butuh hiburan dan menenangkan hidupku yang kacau ini dengan sedikit alkohol. Apa itu terdengar seperti bencana? Dan aku peringatkan kamu jangan berteriak seperti itu dihadapanku. Kamu bukan siapa siapaku!" bantah Karan dengan cepat menatap tajam kedua matanya.

"Menurutku kamu kemarin itu udah terlihat seperti bencana buatku Karan. Oke, gak masalah mungkin kamu gak menganggapku siapa siapa didalam hidupmu. Tapi aku mohon, jangan mabuk seperti kemarin lagi. Aku takut kalau keluarga akan tahu, mereka pasti akan marah padamu Karan"

"Berhenti mengurus hidupku. Minggir!" ketus Karan dan menyingkirkan Naina dari hadapannya, gadis itu menatap punggungnya dengan sedih.

-

Dibawah tepatnya dimeja makan, semua orang sudah duduk dan bersiap untuk sarapan. Naina dan kakaknya Diana menyiapkan sarapan untuk keluarga suami mereka. Dan ini adalah pertama kalinya Naina melayani mertuanya dengan sangat baik.

"Wah, ini pertama kalinya menantu mama yang imut ini memasak dirumah. Kamu masak apa Ina?" tanya Ela.

"Euh.. Ina masak nasi goreng sama sup kesukaan Karan maa. Dibantuin sama kak Diana juga kok. Semoga mama suka" jawabnya.

"Baunya enak banget ini lo maa! Apalagi nasi gorengnya, kelihatannya ini spesial kan" ujar Vyas dengan gembira.

"Iya papa, aku selalu belajar memasak bersama mama dan juga kakakku dirumah. Semua makanan yang dibuat oleh aku dan kakak pasti mengikuti resep mama dirumah" ucap Naina dengan senyumnya, Diana juga tampak merangkul tubuhnya dengan senang.

"Hmm.. ini enak sekali! Benar kan Danny?"

"Benar banget paa. Apapun yang dimasak oleh istriku dan adik iparku yang manis ini, pasti akan aku habisin" ucap Danny sambil menangkup pipi Naina dan membuatnya tersenyum.

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang