Honeymoon?

195 8 2
                                    

Gegara gabut and gatau mo ngapain, yaudah update story aee lah:"))

******

Saat sedang bersantai dikamarnya sambil menikmati hari libur kerja, Karan malah dipanggil oleh sang papa untuk keruang tamu juga bersama dengan Naina. Mungkin papanya itu menugaskannya untuk bekerja kembali dan Karan sangat senang jika itu terjadi, karena sebenarnya dia sangat bosan jika liburan dan tidak kerja dia hanya duduk dan diam dirumah.

Namun berbeda dengan dulu saat dia masih hidup sendiri dengan kebebasannya, Karan sebaliknya sangat suka jika mendapat libur kerja karena dia ingin bersantai dan mengurung diri dikamarnya. Bahkan dulu dia selalu memohon pada papanya untuk memberinya libur beberapa hari agar dia bisa bebas.

Tapi itu dulu, sekarang malah sebaliknya. Karan tidak akan mau terus diam dirumah apalagi selalu menatap wajah istrinya yang tak pernah dia sukai itu. Lebih baik pria itu memilih duduk bekerja dikursi kantor daripada diam dirumah bersamanya.

"Kenapa paa?" tanya Karan dan menatap Vyas sedang duduk dihadapannya.

"Ini untuk kalian berdua" ucapnya dan memberikan sesuatu padanya. Naina menoleh pada Karan yang sedang meraih sesuatu yang diberikan oleh sang papa.

"Apa ini paa? Apa ini jadwal tugasku dikantor yang baru?"

Vyas tersenyum dan menggeleng perlahan, "Papa bilang kan untuk kalian berdua, jadi untuk kamu dan juga istrimu Naina"

"Untuk aku juga papa? Tapi apa?" timpal Naina yang juga penasaran.

"Makanya dibuka dulu dong gimana kalian bisa tahu kalau gak dilihat" ujar Vyas.

Karan pun dengan cepat membuka secarik kertas yang diberikan oleh papanya itu.

"Ha? Tiket bulan madu ke Singapore selama lima hari?" ucapnya dengan terkejut, Naina pun juga tidak menyangka kalau mertuanya itu memberikannya tiket bulan madu.

"Iya, besok kalian akan berangkat" ujar Vyas.

"Tapi paa, aku gak mau bulan madu ini! Lebih baik papa tugaskan aja aku dikantor daripada pergi keluar negeri gak guna kaya gini" protes Karan dan membuang kertas itu, sedangkan Naina yang melihatnya menunduk sedih.

"Karan! Apa maksudmu gak guna? Bulan madu ini sangat berguna buat kamu dan juga Naina. Kalian udah menikah seminggu yang lalu jadi ini waktu yang tepat untuk kalian menghabiskan waktu berdua tanpa ada gangguan keluarga dirumah"

"Aku tetap gak mau paa! Apaan sih pake kaya ginian segala"

Vyas pun kembali kesal dengan sikap putranya yang selalu saja membangkang apapun yang diperintahkannya.
"Kalau kamu menolak dan gak mau pergi, kamu gak akan bekerja diperusahaan papa lagi! Kamu ngerti?!" tegasnya.

Karan pun terkejut ketika papanya malah memberinya ancaman tentang pekerjaannya. Tidak, Karan tidak akan bisa merusak pekerjaan dan karirnya lagi.

"Tapi paa.."

"Gak ada kata tapi! Besok pagi kalian akan berangkat. Titik!" tegas Vyas sekali lagi dan membuat Karan hanya bisa diam dan berusaha meredam amarahnya. Dengan cepat pria itu berlalu naik menuju kamarnya.

Naina memperhatikannya dengan muram, hanya bulan madu saja Karan sudah menolaknya dengan mentah mentah. Apalagi jika ada hal lain yang lebih besar dari ini? Karena pada dasarnya pria itu memang tidak pernah mau bersamanya.

"Naina, kamu jangan murung kaya gitu. Kalian berdua besok pasti akan berangkat. Nikmati bulan madumu disana ya nak, papa sangat berharap Karan bisa menghormati dan menghargaimu sebagai istrinya. Papa ingin dia berubah" ucap Vyas sambil mengusap rambutnya.

Naina berusaha untuk tetap tersenyum menanggapi permintaan mertuanya itu.
"Iya paa, kami akan berangkat besok. Doakan aku ya, semoga perjuanganku gak akan sia sia untuk mendapatkan cinta dari suamiku sendiri"

Vyas mengangguk dan tersenyum, pria itu merasa sangat bahagia memiliki menantu sepertinya.

-

Keesokan harinya, Karan terpaksa mengikuti perintah papanya untuk bulan madu. Pagi pagi sekali mereka sudah siap dan akan berangkat menuju bandara. Semua keluarga juga sangat senang karena mereka akan bulan madu, dengan begitu mereka akan semakin mempunyai waktu untuk bersama.

"Ciee.. yang mau honeymoon nih! Mukanya berseri seri gitu ya" celetuk Diana yang ingin menggoda adiknya kembali.

Naina pun menatap kakaknya dengan tajam sambil menunjuk jemarinya.
"Kakak, penyakitnya jangan kumat lagi deh!" tegasnya.

Semua orang malah tertawa melihatnya, Diana menggelengkan kepalanya kemudian memeluk adiknya itu.

"Iya, gak deh. Nikmati hari harimu disana, jangan lupa oleh oleh buat kakak oke?"

"Tenang aja kak, beres!" serunya.

Ela merasa sangat senang dan memeluknya, "Jangan lupa bawa kabar baik untuk mama" bisiknya tepat pada telinganya dan membuat Naina yang awalnya bingung kemudian mengerti dan menunduk dengan malu.

"Naina cepat nak, Karan udah menuju mobil. Hati hati ya" ucap Vyas.

"Iya, hati hati ya Ina" timpal Danny.

Naina mengangguk dan tersenyum.
"Yaudah, kami berangkat dulu. Sampai jumpa semua" Gadis itu melambaikan tangannya dan semuanya juga melambaikan tangan mereka.

Saat dimobil Karan hanya diam, pandangannya hanya fokus untuk menyetir. Naina menoleh padanya, rasanya ingin sekali untuk berbicara tapi dia takut untuk memulainya karena suasana hati Karan mungkin tidak baik saat ini. Bulan madu ini juga atas perintah papanya, bukan keinginan dirinya sendiri.

Begitu juga saat mereka sudah berada didalam pesawat, Karan tetap diam dan hanya sibuk memainkan ponselnya. Naina berusaha untuk mengobrol padanya karena dia sangat bosan dengan perjalanan yang sangat jauh, tapi pria itu tidak memperdulikannya.

Mereka pun sampai saat sore menjelang akan malam. Karan terlihat sedang menuju resepsionis dan memesan kamar hotel dengan berbicara menggunakan bahasa Inggris sedangkan Naina menunggunya.

"Aku pesan dua kamar hotel selama lima hari disini"

Naina yang mendengarnya merasa bingung. Kenapa Karan malah memesan dua kamar?

"Ini pak kuncinya"

"Terima kasih" Karan pun berjalan begitu saja, dan Naina berusaha untuk mendekatinya.

"Karan!" panggilnya.

Pria itu berhenti pada dua kamar hotel yang jaraknya agak sedikit berjauhan.

"Itu kamarmu. Masuk dan tinggalkan aku sendiri"

"Karan, kenapa kamu pesan dua kamar? Dan.. kamar kita kenapa terpisah? Ini kan bulan madu untuk kita berdua"

Karan yang mendengarnya pun berusaha menghela nafasnya perlahan dan menatap gadis itu dengan tajam.
"Kamu pikir kita akan bulan madu dan aku akan menikmati liburanku bersamamu? Jangan banyak mengkhayal deh, aku disini untuk menikmati liburanku sendiri. Jadi sekarang kamu masuk kekamarmu sendiri, jangan ganggu aku"

Pria itu kemudian masuk kekamarnya begitu saja dan langsung menutup pintu.

"Tapi, Karan!" Naina mengetuk pintu kamarnya namun itu hanya percuma. Dengan perasaan yang sangat sedih, Naina akhirnya memilih untuk masuk kekamarnya sendiri.

Gadis itu mendudukkan tubuh penatnya diatas ranjang dan menghempaskan barang barang dan juga kopernya dengan asal. Air matanya kembali bercucuran ketika mengingat sikap Karan.

"Kenapa Karan kaya gitu banget sih padaku? Hanya untuk menikmati liburan bersama aja rasanya susah banget buat dia" lirihnya dan berusaha untuk tetap tegar.

Tbc..

As always, I want your response!

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang