Kebetulan?

186 18 1
                                    

Backk!

******

Hari perlahan berlalu begitu cepat, Naina kembali pulih dari sakitnya dan menjalankan aktifitasnya seperti biasa. Bahkan keluarga mereka kini telah sibuk mempersiapkan acara pernikahan Diana dan Danny yang akan berlangsung seminggu lagi.

"Gak nyangka kakak aku akan menikah juga. Aku sangat bahagia!" pekik Naina dan memeluk tubuh kakaknya.

Semua keluarga calon mempelai pria dan wanita kini tengah berkumpul untuk mempersiapkan acara pernikahan.

"Semuanya akan kami atur tuan, pernikahan putra putri kami pasti akan berjalan dengan lancar. Dan besok acara pertunangan mereka telah siap dengan baik" ucap Sona pada kedua orangtua Danny.

Diana merasa tersipu mendengarnya, gadis itu begitu bahagia karena impiannya menikah dengan Danny akan segera terwujud begitu juga dengan Danny sendiri.

Sedangkan Naina yang melihat tingkah kedua pasangan itu bersiap untuk meledeknya.
"Ciee.. yang mau nikah! Udah mau sah aja nih kalian berdua"

Diana mencubit pinggang adiknya dengan kesal, "Diem! Jangan mulai lagi deh ngejek kakak Ina" pintanya, Naina pun hanya tertawa melihat wajah kakaknya yang memerah.

Sedangkan Danny memikirkan sesuatu, pria itu menoleh menuju pintu menunggu kedatangan seseorang.

'Kenapa Karan belum datang juga dari tadi? Aku udah nyuruh dia datang agar keluarga Ana mengenalinya, selama ini keluarga mereka kan gak tahu kalau aku punya adik, hanya Ana sendiri yang tahu sejak bertemu kemarin dirumah'

Danny kembali memperhatikan pintu, dan tingkahnya itu diperhatikan oleh Naina.

"Kak Danny, kenapa lihat ke pintu terus? Apa ada seseorang yang kakak tunggu lagi?"

"Ah iya, putra kami belum datang. Sejak tadi kami menunggunya" lanjut mama Danny

"Putra? Apa maksudmu nyonya Ela?" tanya Sona dengan bingung.

"Astaga kami lupa memberi tahu kalian! Putra keduaku, adik dari Danny. Kalian memang gak tahu mereka karena dia tinggal diluar negeri, dan baru beberapa minggu lalu putra kami itu kembali kerumah" ucap Vyas, papa Danny.

"Wah, jadi kak Danny punya adik juga! Aku penasaran, selama ini aku kan gak pernah tahu" gumam Naina.

"Benar, kakak aja baru tahu dan kenal dia kemarin" timpal Diana.

"Sebentar lagi dia datang kok" ucap Danny.

Keluarga mereka pun mengobrol sambil menunggu kedatangan Karan, sedangkan Naina mengingat sesuatu yang dia buat didapur.

"Astaga, aku sampai lupa brownis buatanku!" bisiknya.

"Aku kedapur dulu ya maa, sepertinya kue buatanku udah jadi" lanjut Naina, semuanya tersenyum mendengarnya.

Naina pergi kedapur dan mengeluarkan brownis coklat dari oven yang masih panas. Naina memang sangat suka memasak sama seperti ibunya, apalagi jika membuat segala jenis kue dialah jagonya.

Namun diluar, langkah kaki seseorang telah datang. Dia berhenti dan berdiri didepan menghadap semua keluarga.

Karan.

"Akhirnya datang juga nih anak!" pekik Danny.

"Ah ini dia, putra kami. Karan, adiknya Danny" ucap Ela dan menarik Karan untuk mendekat pada kedua orangtua Diana. Sona dan Daris merasa senang melihat kehadirannya, Karan menyalami tangan mereka dengan hormat.

"Tampan sekali kamu nak. Ini pertama kalinya kami mengenalimu sebagai adiknya Danny, selama ini kami gak pernah tahu tentangmu" ucap Sona sambil menyentuh pipi Karan.

"Ah iya tante, aku..aku mengurus pendidikan diluar negeri" jawab Karan.

"Yaudah, duduk dulu Karan. Akan tante siapkan minum untukmu" Sona pergi kedapur dan menghampiri Naina yang terlihat sibuk menghias brownisnya.

"Cantik sekali bentuknya, pasti enak banget nih brownis buatan kamu!" ucap Sona dengan bangga.

"Iya dong maa, lihat aja semua orang pasti bakalan ketagihan sama brownis buatanku ini!" serunya.

"Ehm, sepertinya kamu masih sibuk nyiapin brownis kamu Ina. Yaudah mama aja yang buatin minum buat adiknya Danny"

Naina yang mendengar perkataan mamanya langsung menoleh.
"Apa? Adiknya kak Danny udah datang? Aduh, harus buru nih selesain brownis aku. Ina ingin adiknya kak Danny nyobain juga" serunya.

"Yaudah makanya buruan sayang!" pinta Sona kemudian membawakan minuman untuk Karan.

"Ini Karan, diminum ya"

Karan mengangguk dan meminumnya. Pria itu menoleh pada Danny yang terlihat bahagia saat melihatnya datang kerumah calon istrinya.

"Ehm permisi, aku mau ketoilet sebentar. Dimana ya tante?" tanya Karan.

"Oh toilet, lurus aja darisini terus ada disebelah kanan" ucapnya, Karan pun mengangguk.

Sedangkan Naina sudah selesai menyiapkan brownis buatannya, namun tangannya begitu kotor karena terkena cream begitu juga dengan wajahnya. Gadis itu hendak membasuhnya diwastafel tapi air tidak mengalir, akhirnya Naina memilih untuk ketoilet.

Dan entah memang kebetulan atau tidak, secara tidak langsung Naina dan Karan berjalan bersamaan menuju toilet. Namun yang sampai lebih dulu adalah Naina, karena jarak dapur dengan toilet tamu sangat dekat.

Sedangkan Karan sampai ditoilet namun melihat pintu toilet itu tertutup. Karan mengetuk pintunya dengan perlahan. Dari dalam Naina tengah membersihkan wajah dan tangannya mendengar pintu terketuk.

"Bentar!" teriaknya.

Karan terdiam, sepertinya dia mengenali suara itu. Kembali pria itu mengetuk pintu dengan cukup kuat.

"Sabar napa ish! Tante, sabar ya. Dikit lagi nih!" teriak Naina lagi.

Sedangkan Karan mengernyitkan dahinya dengan bingung saat mendengar nada bicara itu, dia sangat mengenalinya.

'Kenapa aku merasa mengenali suara itu?' pikir Karan dalam hatinya.

Kembali lagi, Karan mengetuk pintu dengan lebih cepat dan membuat Naina merasa geram dan membuka pintu dengan kasar.

"Kenapa gak bisa sabar sih aku kan.."

Hening.

Keduanya hanya bisa terdiam dan saling menatap satu sama lain. Angin berhembus dengan kencang menerpa wajah mereka berdua. Mereka sama sekali tidak menyangka bisa bertemu disini.

"Ka..Karan kamu?"

"Kamu lagi?!"

Karan mengalihkan pandangannya dengan malas saat menatap wajah gadis itu, sedangkan Naina merasa bahagia bertemu dengannya.

"Karan, kenapa kamu bisa ada dirumahku?"

Mendengar itu Karan terdiam.
Apa, rumahnya? Jadi ini rumahnya?

"Apa? Ini rumahmu?" tanya Karan tak percaya.

Naina mengingat semuanya dia langsung sadar dengan kehadiran Karan.
"Apa jangan jangan kamu.. adiknya kak Danny?"

Karan mengangguk.
"Iya, aku adiknya kak Danny. Oh jadi kamu putrinya calon mertua kakakku ya? Adiknya calon istri kakakku juga? Astaga, aku gak nyangka kita akan jadi keluarga karena hubungan ipar"

Sedangkan Naina juga sama, dia tidak menyangka bahwa Karan adalah adiknya Danny.
"Iya, aku juga sama. Keluargaku sebelumnya gak tahu kalau kak Danny punya adik" ucapnya.

Kemudian Karan hanya menatapnya sinis dan acuh.
"Boleh aku pinjam toiletmu? Aku mengetuknya sejak tadi"

"Euh, i..iya silahkan"
Karan kemudian masuk dan menutup pintu meninggalkan Naina dengan jantungnya yang berdegup tak beraturan.

Tbc..

Aduh, pertemuan mereka gemesinn bangedd sihh😗😗😂

Divote ya! Yang udah mulai mengikuti cerita ini, tolong dukungannya biar terus dilanjut.

FALL IN YOU! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang